Google ads

Minggu, 28 Februari 2016

Ascariasis



Ascariasis adalah penyakit yang menginfeksi manusia yang disebabkan oleh parasit roundworm Ascaris lumbricoides. Ascariasis merupakan suatu infeksi saluran cerna (usus) yang disebabkan oleh parasit roundworm. Kemungkinan besar bahwa setengah dari penduduk dunia terinfeksi parasit ini, dan ascariasis umumnya terjadi di daerah tropis dan pada daerah dengan tingkat kebersihan yang kurang. Spesies lain dari genus Ascaris pun bersifat parasit, dan dapat menyebabkan penyakit pada hewan lokal.
Infeksi dapat terjadi secara ingesti dari kontaminasi makanan dengan feses yang mengandung telur Ascaris. Larva masuk ke saluran cerna / usus, mencapai paru-paru, dan akhirnya pindah ke saluran nafas. Disana akan terjadi perubahan bentuk dan matang di dalam usus, panjangnya dapat mencapai 30 cm.
Infeksi biasanya asimtomatik, khususnya jika cacing dalam jumlah kecil. Walaupun demikian, cacing-cacing tersebut dapat juga menyebabkan  inflamasi, demam, dan diare dan permasalahan serius jika cacing menyerang bagian tubuh lainnya.
II. ASCARIS LUMBRICOIDES
Siklus hidup :
Ascaris lumbricoides tinggal di lumen dari usus kecil, dimana dapat berpindah dengan berbas. Kelaminnya berbeda. Ukuran yang betina 20-35 cm, dan yang jantan 12-30 cm. Produksi telurnya sangat banyak, dan diperkirakan 240000 telur per harinya oleh tiap-tiap cacing betina tersebut. Telurnya akan dikeluarkan melalui feses. Telur diembrionasi di luar/ lingkungan luar tubuh dan menjadi infektif 2-3 minggu dan telur membutuhkan tanah untuk berubah menjadi larva. Telur yang terembrionasi akan tertancap pada usus halus. Pada paru-paru, mereka MOULT tiap dua kali. Mereka menuju dinding alveolar dan pindah ke dalam bronkiolus. Lalu setelah itu akan mencapai trachea dan berada pada tubuh manusia. Pada saat mencapai usus kembali, mereka akan matang dan menjadi dewasa dalam 60-80 hari. Dewasa dapat hidup 6-12 bulan, dan maksimum yang pernah dilaporkan adalah 12-18 bulan. Cacing dapat tumbuh jadi sebesar pensil dan dapat hidup selama 1-2. tahun.
.           Infeksi pada saluran cerna disebabkan oleh cacing dewasa, Ascaris lumbricoides dan secara klinis akan menyebabkan nausea, abdominal pain, dan batuk. Cacing juga akan keluar bersama feses atau dahak. Jadi secara umum cacing ini dapat menyebabkan kerusakan saluran cerna dan juga dapat berpindah ke organ peritoneal.

  • Telur akan dapat berkembang pada tanah sebelum menginfeksi manusia lain. Cacing ini dapat berada pada sayuran atau buahan yang tidak bersih, yang akan masuk melalui mulut dari tangan yang mengandung cacing tadi, selain itu ada juga kemungkinan air mineral terkontaminasi tanah yang mengandung cacing ini. Dalam beberapa kasus lain, cacing ini juga bisa masuk ke dalam tubuh melalui inhalasi..
  • Telur akan menuju lambung dan masuk ke duodenum, bagian awal dari usus halus.
  • Larva cacing ini juga dapat menembus dinding usus dan masuk ke jaringan lalu dilanjutkan  kedalam pembuluh darah dan mengikuti peredaran darah..
  • Larva selanjutnya masuk ke hati dan jantung, setelah itu masuk ke paru-paru.
  • Di paru-paru, larva tumbuh, dan sampai ke beberapa tahap perkembangan. Setelah itu mereka bersiap untuk meninggalkan paru-paru, kira-kira 9 hari sejak telurnya mulai tumbuh.
  • Larva selanjutnya bergerak ke luar tubuh kembali
  • Kemudian larva kembali masuk ke usus halus dan selanjutnya matang. Yang betina akan berukuran 45 cm sedangkan yang jantan lebih kecil.
  • Pematangan alat reproduksi betina dimulai saat telur diproduksi.
  •  Ketika menginfeksi manusia, telur  biasanya telah berkembang di dalam tanah. Pada saat kelembaban udara tinggi maka telur akan menginfeksi manusia bahkan biasanya dua orang sekaligus. Jika kondisi cukup lembab atau dingin, telur akan dorman dalam waktu yang cukup lama, kemudian akan matang jika kondisi lingkungan lebih baik.
Ascaris lumbricoides secara khusus memang sebagai parasit pada manusia, ini berarti bahwa dia tidak menginfeksi anjing, kucing, atau hewan domestik lainnya, tapi pengecualian terhadap babi. Roundworm yang berupa Ascaris suum akan menginfeksi usus besar babi, dan ini sangat mirip dengan A. Lumbricoides
Semua proses mulai dari  telur sampai cacing dewasa didalam usus akan memakan waktu dua hingga tiga bulan. Cacing rata-rata hidup dalam jangka waktu satu tahun dan yang betina dapat menghasilkan sampai dengan enam juta telur selama hidupnya. Dan ini merupakan cacing yang sangat banyak dan sangat parah didalam menginfeksi manusia.
III. EPIDEMIOLOGI
Amerika Serikat
Pada tahun 1974,  sekitar 4 juta orang, terutama di wilayah selatan, terkena Ascariasis. Prevalensinya tidak begitu diketahui.
International
Prevalensi dari Ascariasis cukup tinggi pada anak-anak yang berumur 2-10 tahun, dengan intensitas yang tinggi untuk terjadinya infeksi  pada anak yang berumur 5-10 tahun yang mempunyai infeksi simultan dengan jenis Helminthes lainnya, seperti  Trichuris trichuria  dan Hookworm. Selanjutnya, di Vietnam terjadi pada wanita yang hidup di daerah pedesaan, khususnya yang bersentuhan dengan tanah lansung di dalam pekerjaannya dan yang tinggal di rumah tanpa kakus, mempunyai resiko yang tinggi untuk terjadinya Ascariasis. The Centers for Disease Control and Prevention (CDC) memperkirakan pada tahun 2005 penderitas Ascariasis adalah 86 juta di Cina, 97 juta di Asia Timur dan Pasifik, 173 juta di Sahara Afrika, 140 juta di India, 97 juta di Asia Selatan, 84 juta di Amerika Latin dan Karibia, dan 23 Juta di Timur engah dan Afrika Utara.
Mortality/Morbidity
  • Ascariasis sebagian besar menyerang anak-anak, tapi juga pada dewasa. Pada anak-anak obstruksi usus disebabkan oleh beban cacing yang berat (≥60) yang sebagian besar menyababkan penyakit. Diperkirakan 2/1000 dari anak yang diinfeksi mengalami kerusakan usus per tahunnya.
  • Orang dewasa yang menderita Ascariasis  sebagian besar bersifat komplikasi seperti dengan hati dan inilah yang sering menyebabkan keparahan.
  • Kerusakan usus, biasanya pada terminal ileum pada anak-anak,sebagian besar menyebabkan komplikasi yang cukup fatal dan menyebabkan kematian sekitar 8000-100000 per tahun, menurut WHO. Disamping adanya kerusakan usus tadi, toksin juga ddilepaskan oleh cacing degeneratif yang menghasilkan inflamasi pada usus besar, ischemia, dan fibrosis.

IV. PATOFISIOLOGI DAN PENYEBAB
Ascaris lumbricoides merupakan anggota nematode (rounworms) yang menginfeksi manusia. A. lumbricoides dewasa bewarna putih atau kuning dengan panjang 15-35 cm. Mereka hidup 10-24 bulan pada jejenum dan bagian tengah ileum dan usus. Tiap harinya, A.lumbricoides betina menghasilkan 240000 telur, yang difertilisasi oleh cacing jantan yang berada didekatnya.. telur dapat bertahan hidup pada tanah hingga 17 bulan. Infeksi terjadi setelah tangan menyentuh tanah yang terkontaminasi oleh cacing ini kemudian lansung memegang makanan, dsb atau pun lewat kuku dan masuk ke usus halus.
Telur akan tertancap pada duodenum, dan akan menghasilkan larva  yang terpenetrasi ke dinding usus halus dan berpindah via peredaran darah ke hati lalu ke jantung dan paru-paru. Larva akan menetap di kapiler alveoli, terpenetrasi ke dinding alveoli dan naik ke cabang-cabang bronchial masuk ke orofaring. Mereka kemudian kembali ke usus halus, lalu berkembang menjadi cacing dewasa disana. Dan akan matang dan melepaskan telurnya ke dalam feses. Siklus hidupnya komplit dalam waktu 2-3 bulan, dan cacing dewasa dapat hidup dalam waktu 1-2 tahun.
pada saat mencapai hati dan paru-paru, maka dapat menyebabkan pneumonia dan eosinofilia. Gejala dari pneumonitis ini termasuk  wheezing, dyspnea, nonproductive cough, hemoptysis, and fever. Larva juga dapat mencapai jejunum, dan dari dia matang hingga dewasa membutuhkan waktu 65 hari.
Cacing dewasa akan mengambil makanan dari hostnya. Anak-anak dalam kondisi ini akan menyebabkan defisiensi protein, kalori, atau pun vitamin A, yan dapat menghambat pertumbuhan dan meningkatkan kemungkinan terjadinya penyakit infeksi lainnya seperti malaria. Cacing yang sudah dewasa kemungkinan dapat menyebabkan kerusakan usus, saluran cerna secara umumnya, pankreatitis, atau pun usus buntu. Rata-rata beban cacing berkisar antara 16-4 dan ini tergantung juga terhadap hostnya, umumnya tergantung pada umur, geophagy, dan imunitas. Cacing tidak bertambah banyak di dalam host.

V. GEJALA
Pasien yang terinfeksi cacing ini biasanya tidak menampakkan gejala dalam waktu yang cukup lama. Pada saat fase larva masuk ke dalam tubuh, maka dapat menyebabkan kerusakan visceral, peritonitis dan inflamasi, kerusakan hati, keracunan, dan pneumonia. Cacing yang besar dapat menyebabkan defisiensi nutrisi, kadang-kadang fatal, termasuk kerusakan usus besar (umumnya terjadi pada anak-anak)  dan kerusakan empedu atau pankreas. Cacing ini juga dapat menyebabkan torsi dan ganggren pada ileum, yang dapat menyebabkan kematian.
Gejala yang cukup sering tampak walaupun setelah terinfeksi dalam waktu lama :
*       Cacing pada feses
*       coughing up worms
*       hilang nafsu makan
*       demam
*       wheezing
Gejala yang dapat menyebabkan kefatalan adalah :
*       vomiting
*       Nafas pendek
*       abdominal distention (swelling of the abdomen)
*       abdominal pain
*       intestinal blockage
*       biliary tract blockage (includes the liver and gallbladder)
Sebagian orang yang tanpa menampakkan gejala tidak dapat diprediksi jumlahnua, akn tetapi ini dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan  dan berat badan yang bertambah sangat lambat. Jika infeksi cukup berat maka dapat menimbulkan abdominal pain. Untuk cacing yang immature yang menginfeksi paru-paru, maka dapat menyebabkan batuk dan kesulitan dalam bernafas, bahkan dalam kondisi lain jika infeksi cukup berat dapat menghambat kerja saluran cerna terutama usus.
VI. DIAGNOSIS
Pulmonary: asthma, pneumonia, aspergillosis, strongyloidiasis, hookworm, atau infeksi parasit lainnya. Pada usus kemungkinan dapat menyebabkan masalah yang serius. Postprandial dyspepsia akan memunculkan duodenal ulcar, hiatal hernia, pancreatic or gall bladder disease. Sehingga dalam hal ini untuk mengetahui penyebabnua dibutuhkan pemeriksaan sample feses jika terinfeksi oleh cacing ini. Dalam hal ini tidak dilakukan tes darah karena tes ditujukan pada organ yang terinfeksi, kecuali dalam kondisi lain. Dokter dapat memastikan diagnosanya dengan adanya telur Ascariasis pada feses tersebut.
Pada keadaan cukup berat, cacing ini dapat menyebabkan batuk atau vomit, dan cacing ini dapat keluar dari tubuh termasuk dari hidung. Sehingga dalam keadaan seperti ini pemeriksaan lender hidung atau saliva mulut juga sangat memungkinkan. Tes lain yang dilakukan seperti melalui sample feses, darag, gambar juga akan dapat membantu pemeriksaan Ascariasis.
Stooltests
Kira-kira 2 bulan setelah terinfeksi telur cacing ini, maka cacingnya akan matang dan mulai bertelur beribu-ribu jumlahnya dalam sehari. Telur ini akan bergerak ke system pencernaan sehingga nantinya akan tercerna dan ditemukan di dalam feses. Untuk mendiagnosa Ascariasis, pemeriksaan feses untuk melihat telur dan larva cacing ini dilakukan secara miikroskopis.
Bloodtests
telur cacing ini tidak akan muncul di feses 40 hari setelah terinfeksi. Dan pada beberapa kasus, jika terinfeksi oleh cacing betina, maka telur tidak akan tampak dalam jumlah yang banyak.  Pemeriksaan darah ini bertujuan untuk melihat peningkatan jumlah sel darah putih (eosinofil) yang mengidentifikasikan terkena Ascariasis.
Imagingtests
jika terinfeksi cacing dalam jumlah besar, maka masa dari cacing ini akan terlihat melalui X-ray. Ultrsound juga dapat menunjukkan adanya cacing pada pancreas dan hati. Scan ACT atau MRI juga dapat menunjukkan adanya cacing pada hati dan empedu.
VII. CARA PEMBERANTASAN
A. Tindakan pencegahan.
1) Memberi penyuluhan kepada masyarakat tentang kebersihan perorangan, terutama pembuangan tinja yang saniter, dan mencuci tangan sesudah buang air besar dan sebelum memasak atau menjamah makanan. Menyebarkan informasi tentang risiko mengkonsumsi buah atau sayuan mentah atau yang tidak dimasak dan minum air yang tidak terjamin kebersihannya.
2) Membuang tinja dengan cara yang saniter.
3) Melindungi sumber air umum dari kontaminasi tinja. Saringan air dari pasir menghilangkan hampir semua kista dan filter tanah diatomaceous menghilangkan semua kista. Klorinasi air yang biasanya dilakukan pada pengolahan air untuk umum tidak selalu membunuh kista; air dalam jumlah sedikit seperti di kantin atau kantong Lyster sangat baik bila di olah dengan yodium dalam kadar tertentu, apakah itu dalam bentuk cairan (8 tetes larutan yodium tincture 2% per quart air atau 12,5 ml/ltr larutan jenuh kristal yodium) atau sebagai tablet pemurni air (satu tablet tetraglycin hydroperiodide, Globaline ®, per quart air). Biarkan lebih kurang selama 10 menit (30 menit jika dingin) sebelum air bisa diminum. Filter yang mudah dibawa dengan ukuran pori kurang dari 1,0 µm efektif untuk digunakan. Air yang kualitasnya diragukan dapat digunakan dengan aman bila di rebus selama 1 menit.
4) Memberi penyuluhan kepada orang dengan risiko tinggi untuk menghindari hubungan seksual oral yang dapat menyebabkan penularan fekal-oral.
5) Instansi kesehatan sebaiknya membudayakan perilaku bersih dan sehat bagi orang-orang yang menyiapkan dan mengolah makanan untuk umum dan menjaga kebersihan dapur dan tempat-tempat makan umum. Pemeriksaan rutin bagi penjamah makanan sebagai tindakan pencegahan sangat tidak praktis. Supervisi yang ketat perlu dilakukan terhadap pembudayaan perilaku hidup bersih dan sehat ini.
6) Disinfeksi dengan cara merendam buah dan sayuran dengan disinfektan adalah cara yang belum terbukti dapat mencegah penularan A. lumbricoides. Mencuci tangan dengan baik dengan air bersih dan menjaga sayuran dan buah tetap kering bisa membantu upaya pencegahan; kista akan terbunuh dengan pengawetan, yaitu dengan suhu diatas 50oC dan dengan iradiasi.
B. Pengawasan penderita, kontak dan lingkungan sekitar.
1). Laporan kepada instansi kesehatan setempat; pada daerah endemis tertentu; di sebagian besar negara bagian di AS dan sebagian besar negara didunia penyakit ini tidak wajib dilaporkan, Kelas 3C (lihat tentang pelaporan penyakit menular).
2). Isolasi : Untuk penderita yang di rawat di rumah sakit, tindakan kewaspadaan enterik dilakukan pada penanganan tinja, baju yang terkontaminasi dan sprei. Mereka yang terinfeksi dengan A. lumbricoides dijauhkan dari kegiatan pengolahan makanan dan tidak diizinkan merawat pasien secara langsung. Ijinkan mereka kembali bekerja sesudah kemoterapi selesai.
3). Disinfeksi serentak : Pembuangan tinja yang saniter.
4). Karantina : Tidak diperlukan.
5). Imunisasi kontak : Tidak dilakukan.
6). Investigasi kontak dan sumber infeksi : Terhadap anggota rumah tangga dan kontak lain yang dicurigai sebaiknya dilakukan pemeriksaan tinja secara mikroskopis.
C. Penanggulangan Wabah:
Terhadap mereka yang diduga terinfeksi sebaiknya dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk menghindari “false positive” dari A. lumbricoides atau oleh etiologi lain. Investigasi epidemiologis dilakukan untuk mengetahui sumber dan cara penularan. Jika sumber penularan bersifat “common source”, misalnya berasal dari air atau makanan, tindakan yang tepat perlu dilakukan untuk mencegah penularan lebih lajut.
Secara umum, Untuk mencegah penyebaran ascariasis di rumah maka dapat dilakukan dengan :
v  Memcuci tangan dengan sabun dan rendam dalam air hangat selama 10 detik setelah menggunakan toilet atau pun sebelum mengambil makanan
v  Bersihkan selalu kamar mandi dan toilet
v  Avoid sharing towels or face washers.
Untuk mencegah infeksinya oleh makanan:
* masak makanan yang mengandung rantai penularan dengan baik, seperti sayur-sayuran.
* selalu cuci dengan baik sayuran dan buahan sebelum dimakan
* masaklah makanan hingga temperature masakan mencapai 100 derajat
Untuk mencegah infeksi di saat perjalanan/ berada di Negara lain :
v  Cegah penggunaan makanan mentah, umumnya sayuran dan buahan
v  Minumlah minuman yang benar-benar jelas dan terdaftar atau air mineral yang umum
v  Jangan meminum minuman yang mengandung ice
VIII. PENATALAKSANAAN
Obat-obatan yang dapat membunuh cacing Ascaria disebut Ascarides, diantaranya :
Mebendazole

Cara Kerja : Mebendazol adalah suatu turunan benzimidazole yang memiliki khasiat sebagai obat antelmintik (obat kecacingan) yang mempunyai jangkauan luas terhadap cacing-cacing parasit antara lain :
Ascaris lumbricoides (cacing gelang)

Trichuris trichiura (cacing cambuk)
Enterobius vermicularis (cacing kremi)
Ancylostoma duodenale (cacing tambang)
Necator americanus (cacing tambang)
Pada manusia pemberian secara oral efektif terhadap cacing-cacing tersebut.
Prevalensi infeksi cacing A. lumbricoides (cacing gelang) dan T. trichiuria (cacing cambuk) masih tinggi di berbagai daerah di Indonesia, demikian pula dengan prevalensi infeksi cacing A. duodenale dan N. americanus (cacing tambang) yang masih tinggi di daerah pertambangan dan perkebunan.
Adapun kelompok yang masih rentan terhadap infeksi cacing adalah anak-anak usia sekolah.

Indikasi : Mebendazol digunakan untuk pengobatan penyakit kecacingan seperti di bawah ini :
Ascariasis (penyakit cacing gelang)
Trichuriasis (penyakit cacing cambuk)
Enterobiasis (penyakit cacing kremi)
Ancylostomiasis (penyakit cacing tambang)
Necatoriasis (penyakit cacing tambang)
Infeksi cacing campuran

Dosis :
Ascariasis : 100 mg, 2 kali sehari selama 3 hari
Trichuriasis : 100 mg, 2 kali sehari selama 3 hari
Enterobiasis  : 100 mg dalam dosis tunggal
Ancylostomiasis / Necatoriasis : 100 mg, 2 kali sehari selama 3 hari.
Infeksi campuran : 100 mg, 2 kali sehari selama 3 hari atau 500 mg dalam dosis tunggal untuk semua jenis infeksi.
Efek Samping : Kadang-kadang terjadi nyeri perut, diare, sakit kepala, demam, gatal-gatal, ruam kulit.
Kontraindikasi : Tidak boleh diberikan pada anak-anak usia balita dan wanita hamil.
Interaksi Obat : Meningkatkan kerja insulin yang diberikan secara eksogen dan obat-obat hipoglikemik oral.
Perhatian :Tidak boleh melebihi dosis yang dianjurkan.
Ibu yang menyusui agar menghentikan pemberian ASI selama menggunakan obat ini.
Mebendazol kadang-kadang dapat meningkatkan sekresi insulin dalam tubuh, sehingga pada penderita diabetes melitus harus hati-hati apabila diberikan bersama-sama dengan insulin atau obat anti diabetik oral lain.
Pada pemakaian jangka panjang dan dosis besar kemungkinan dapat terjadi neutropenia (penurunan salah satu jenis sel-sel darah putih) yang akan kembali normal bila pengobatan dihentikan (reversible).

Albendazol
Indikasi:
Albendazol berkhasiat membasmi cacing di usus yang hidup sebagai parasit tunggal atau majemuk.
Albendazol efektif untuk pengobatan cacing gelang (Ascaris lumbricoides), cacing cambuk (Trichuris trichiura), cacing kremi (Enterobius vermicularis), cacing tambang (Ancylostoma duodenale dan Necator americanus), cacing pita (Taenia sp.) dan Strongyloides stercoralis.

KontraIndikasi:
Albendazol menunjukkan sifat teratogenik embriotoksis pada percobaan dengan hewan. Karena itu obat ini tidak boleh diberikan pada wanita yang sedang mengandung. Pada wanita dengan usia kehamilan masih dapat terjadi (15 – 40 tahun), albendazol dapat diberikan hanya dalam waktu 7 hari dihitung mulai dari hari pertama haid.

CaraKerja:
Hasil percobaan preklinis dan klinis menunjukkan bahwa albendazol mempunyai khasiat membunuh cacing, menghancurkan telur dan larva cacing. Efek antelmintik albendazol dengan jalan menghambat pengambilan glukosa oleh cacing sehingga produksi ATP sebagai sumber energi untuk mempertahankan hidup cacing berkurang, hal ini mengakibatkan kematian cacing karena kurangnya energi untuk mempertahankan hidup.

Dosis:
Dosis umum untuk dewasa dan anak di atas 2 tahun :
400 mg sehari, diberikan sekaligus sebagai dosis tunggal. Tablet dapat dikunyah, ditelan atau digerus lalu dicampur dengan makanan.
Pada kasus dimana diduga atau terbukti adanya penyakit cacing pita atau Strongyloides stercoralis, dosis 400 mg albendazol setiap hari diberikan selama tiga hari berturut-turut.


Efeksamping:
Perasaan kurang nyaman pada saluran pencernaan dan sakit kepala pernah terjadi pada sejumlah kecil penderita, tetapi tidak dapat dibuktikan bahwa efek samping ini ada hubungannya dengan pengobatan.
Juga dapat terjadi gatal-gatal dan mulut kering.

Perhatian:
Hati-hati bila diberikan pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal dan hati.
Jangan diberikan pada ibu menyusui.
Sebaiknya tidak diberikan pada anak-anak di bawah umur 2 tahun.

Piperazin
Derivat piperazin terbukti efektif terhadap Ascaris. Angka penyembuhan (Cure rate) cukup tinggi, terhadap A.lumbricoides, telah diketemukan antara lain oleh WHO (6) dengan pemberian 3 gram piperazin hexahidrat memberikan angka penurunan sebesar 76%, dengan piperazin phosphat 4,0 gram10 hari setelah pengobatan angka penyembuhan sebesar 70,7%,Tatsushi Ishizaki dan Muneo Yokogawa mengguna-
kan piperazin hidrat dengan dosis 80 mg/kg angka penyembuhan 78,5% .
Dosage is 75 mg/kg (max 3.5 g) as a single oral dose.
Pyrantel pamoat (Antiminth, Pin-Rid, Pin-X) (C11H14N2S.C23H16O6)
golongan : anti terapi.
Indikasi : Pengobatan cacing : Enterobius vermicularis, Ascaris lumbricoides,  Trichuris trichiura, dan Ancilostoma duodenale.
Dosis : untuk anak dan dewasa : Ascaris lumbricoides , Enterobius vermicularis, atau Trichostrongyliasis : 11 mg/kg BB dosis tunggal maksimum 1 gr ; dan pemberian untuk seluruh keluarga yang berkontak dengan pasien. Enterobius vermicularis pengobatan diulangi setelah 2 minggu.
Cara pemberian : oral bersama jus dan susu
Lama penggunaan : sesuai petunjuk pada dosis.
Farmakologi : Absorbsi : Pemberian oral sedikit diabsorbsi, Metabolisme : Dimetabolisme sebagian di hepar, Kadar puncak serum : 1-3 jam, Ekskresi : di feses dan urin.
KI : Hipersensitif terhadap Pirantel Pamoat.
Efek samping : Susunan syaraf pusat : Demam, sakit kepala, pusing; Kulit : Rash; Saluran cerna : Kram abdomen, diare, mual dan muntah, anoreksia dan tenesmus; Hepatik : Gangguan enzim hepar; Neuromuskuler : Letih dan lesu.
Peringatan : Hati-hati penggunaan pada pasien dengan gangguan hati, anemia, malnutrisi, ibu hamil.
Mekanisme kerja : deppolarisasi dari ganglion akan memblok perpindahan neuromuscular nicotinat, yang menyebabkan paralisis spastik dari cacing. Pirantel pamoat ini akan menginduksi kerusakan intestinal secara komplit dari cacing.
Tiabendazol
Tiabendazol ini kemungkinan menyebabkan perpindahan dari cacing ke dalam esofagus, jadi biasanya dikombinasi oleh piperazin.
Heksil resorsinol
Efektif dalam bentuk dosis tunggal.
Santonin
Lebih toksik dibandingkan heksilresorsinol.

IX. EVALUASI HASIL TERAPI
Terapi dianggap berhasil jika tidak ditemukannya lagi gejala yang ada. Atau pun dengan pemeriksaan laboratorium seperti pada feses untuk melihat masih ada atau tidakkah A. lumbricoides di dalam tubuh.






DAFTAR PUSTAKA
  1. Habbari K, Tifnouti A, Bitton G, Mandil A (September 1999). "Helminthic infections associated with the use of raw wastewater for agricultural purposes in Beni Mellal, Morocco". East. Mediterr. Health J. 5 (5): 912–21.
  2. Pawlowski, ZS; Schultzberg K (1986). "Ascariasis and sewage in Europe". in Block JC. Epidemiological Studies of Risks Associated With the Agricultural Use of Sewage Sludge: Knowledge and Needs (EUR). Elsevier Science Pub Co. pp. 83–93. ISBN 1-85166-035-6. 
  3. "Ascaris Infection Fact Sheet". http://www.cdc.gov/ncidod/dpd/parasites/ascaris/factsht_ascaris.htm#contagious. 
  4. Baird JK, Mistrey M, Pimsler M, Connor DH (March 1986). "Fatal human ascariasis following secondary massive infection". Am. J. Trop. Med. Hyg. 35 (2): 314–8. PMID 3953945. http://www.ajtmh.org/cgi/pmidlookup?view=long&pmid=3953945. 
  5. "Ascaris lumbricoides". http://www.path.cam.ac.uk/~schisto/Nematodes/Ascaris.html. 
  6. James A. Phills et al., Pulmonary Infiltrates, Asthma and Eosinophilia due to Ascaris Suum Infestation in Man, 286 New England Journal of Medicine 965-70 (1972)
  7. FDA/CFSAN Risk Assessment for Food Terrorism and Other Food Safety Concerns
  8. Wu ML, Jones VA (January 2000). "Ascaris lumbricoides". Arch. Pathol. Lab. Med. 124 (1): 174–5. PMID 10629158. http://journals.allenpress.com/jrnlserv/?request=get-abstract&issn=0003-9985&volume=124&page=174. 

Tidak ada komentar:

Google Ads