Ascariasis adalah
penyakit yang menginfeksi manusia yang disebabkan oleh parasit roundworm Ascaris lumbricoides. Ascariasis
merupakan suatu infeksi saluran cerna (usus) yang disebabkan oleh parasit
roundworm. Kemungkinan besar bahwa setengah dari penduduk dunia terinfeksi
parasit ini, dan ascariasis umumnya terjadi di daerah tropis dan pada daerah
dengan tingkat kebersihan yang kurang. Spesies lain dari genus Ascaris pun
bersifat parasit, dan dapat menyebabkan penyakit pada hewan lokal.
Infeksi dapat terjadi secara ingesti dari kontaminasi makanan dengan
feses yang mengandung telur Ascaris. Larva masuk ke saluran cerna / usus,
mencapai paru-paru, dan akhirnya pindah ke saluran nafas. Disana akan terjadi
perubahan bentuk dan matang di dalam usus, panjangnya dapat mencapai 30 cm.
Infeksi biasanya asimtomatik, khususnya jika cacing dalam jumlah kecil.
Walaupun demikian, cacing-cacing tersebut dapat juga menyebabkan inflamasi, demam, dan diare dan permasalahan
serius jika cacing menyerang bagian tubuh lainnya.
II. ASCARIS
LUMBRICOIDES
Siklus hidup
:
Ascaris lumbricoides tinggal di lumen dari usus kecil, dimana dapat
berpindah dengan berbas. Kelaminnya berbeda. Ukuran yang betina 20-35 cm, dan
yang jantan 12-30 cm. Produksi telurnya sangat banyak, dan diperkirakan 240000
telur per harinya oleh tiap-tiap cacing betina tersebut. Telurnya akan
dikeluarkan melalui feses. Telur diembrionasi di luar/ lingkungan luar tubuh
dan menjadi infektif 2-3 minggu dan telur membutuhkan tanah untuk berubah
menjadi larva. Telur yang terembrionasi akan tertancap pada usus halus. Pada
paru-paru, mereka MOULT tiap dua kali. Mereka menuju dinding alveolar dan
pindah ke dalam bronkiolus. Lalu setelah itu akan mencapai trachea dan berada pada
tubuh manusia. Pada saat mencapai usus kembali, mereka akan matang dan menjadi
dewasa dalam 60-80 hari. Dewasa dapat hidup 6-12 bulan, dan maksimum yang
pernah dilaporkan adalah 12-18 bulan. Cacing dapat tumbuh jadi sebesar pensil
dan dapat hidup selama 1-2. tahun.
. Infeksi pada saluran cerna disebabkan
oleh cacing dewasa, Ascaris lumbricoides dan secara klinis akan menyebabkan
nausea, abdominal pain, dan batuk. Cacing juga akan keluar bersama feses atau
dahak. Jadi secara umum cacing ini dapat menyebabkan kerusakan saluran cerna
dan juga dapat berpindah ke organ peritoneal.
- Telur akan dapat berkembang pada tanah sebelum menginfeksi manusia lain. Cacing ini dapat berada pada sayuran atau buahan yang tidak bersih, yang akan masuk melalui mulut dari tangan yang mengandung cacing tadi, selain itu ada juga kemungkinan air mineral terkontaminasi tanah yang mengandung cacing ini. Dalam beberapa kasus lain, cacing ini juga bisa masuk ke dalam tubuh melalui inhalasi..
- Telur akan menuju lambung dan masuk ke duodenum, bagian awal dari usus halus.
- Larva cacing ini juga dapat menembus dinding usus dan masuk ke jaringan lalu dilanjutkan kedalam pembuluh darah dan mengikuti peredaran darah..
- Larva selanjutnya masuk ke hati dan jantung, setelah itu masuk ke paru-paru.
- Di paru-paru, larva tumbuh, dan sampai ke beberapa tahap perkembangan. Setelah itu mereka bersiap untuk meninggalkan paru-paru, kira-kira 9 hari sejak telurnya mulai tumbuh.
- Larva selanjutnya bergerak ke luar tubuh kembali
- Kemudian larva kembali masuk ke usus halus dan selanjutnya matang. Yang betina akan berukuran 45 cm sedangkan yang jantan lebih kecil.
- Pematangan alat reproduksi betina dimulai saat telur diproduksi.
- Ketika menginfeksi manusia, telur biasanya telah berkembang di dalam tanah. Pada saat kelembaban udara tinggi maka telur akan menginfeksi manusia bahkan biasanya dua orang sekaligus. Jika kondisi cukup lembab atau dingin, telur akan dorman dalam waktu yang cukup lama, kemudian akan matang jika kondisi lingkungan lebih baik.
Ascaris lumbricoides secara khusus memang sebagai
parasit pada manusia, ini berarti bahwa dia tidak menginfeksi anjing, kucing,
atau hewan domestik lainnya, tapi pengecualian terhadap babi. Roundworm yang
berupa Ascaris suum akan menginfeksi usus besar babi, dan ini sangat mirip
dengan A. Lumbricoides
Semua proses mulai dari telur sampai cacing dewasa didalam usus akan
memakan waktu dua hingga tiga bulan. Cacing rata-rata hidup dalam jangka waktu
satu tahun dan yang betina dapat menghasilkan sampai dengan enam juta telur selama
hidupnya. Dan ini merupakan cacing yang sangat banyak dan sangat parah didalam
menginfeksi manusia.
III. EPIDEMIOLOGI
Amerika Serikat
Pada tahun
1974, sekitar 4 juta orang, terutama di
wilayah selatan, terkena Ascariasis. Prevalensinya tidak begitu diketahui.
International
Prevalensi
dari Ascariasis cukup tinggi pada anak-anak yang berumur 2-10 tahun, dengan
intensitas yang tinggi untuk terjadinya infeksi
pada anak yang berumur 5-10 tahun yang mempunyai infeksi simultan dengan
jenis Helminthes lainnya, seperti
Trichuris trichuria dan Hookworm.
Selanjutnya, di Vietnam terjadi pada wanita yang hidup di daerah pedesaan,
khususnya yang bersentuhan dengan tanah lansung di dalam pekerjaannya dan yang
tinggal di rumah tanpa kakus, mempunyai resiko yang tinggi untuk terjadinya
Ascariasis. The Centers for Disease Control and Prevention (CDC) memperkirakan
pada tahun 2005 penderitas Ascariasis adalah 86 juta di Cina, 97 juta di Asia
Timur dan Pasifik, 173 juta di Sahara Afrika, 140 juta di India, 97 juta di
Asia Selatan, 84 juta di Amerika Latin dan Karibia, dan 23 Juta di Timur engah
dan Afrika Utara.
- Ascariasis sebagian besar menyerang anak-anak, tapi juga pada dewasa. Pada anak-anak obstruksi usus disebabkan oleh beban cacing yang berat (≥60) yang sebagian besar menyababkan penyakit. Diperkirakan 2/1000 dari anak yang diinfeksi mengalami kerusakan usus per tahunnya.
- Orang dewasa yang menderita Ascariasis sebagian besar bersifat komplikasi seperti dengan hati dan inilah yang sering menyebabkan keparahan.
- Kerusakan usus, biasanya pada terminal ileum pada anak-anak,sebagian besar menyebabkan komplikasi yang cukup fatal dan menyebabkan kematian sekitar 8000-100000 per tahun, menurut WHO. Disamping adanya kerusakan usus tadi, toksin juga ddilepaskan oleh cacing degeneratif yang menghasilkan inflamasi pada usus besar, ischemia, dan fibrosis.
IV.
PATOFISIOLOGI DAN PENYEBAB
Ascaris lumbricoides merupakan anggota nematode (rounworms) yang menginfeksi
manusia. A. lumbricoides dewasa bewarna putih
atau kuning dengan panjang 15-35 cm. Mereka
hidup 10-24 bulan pada jejenum dan bagian tengah ileum dan usus. Tiap harinya, A.lumbricoides betina menghasilkan
240000 telur, yang difertilisasi oleh cacing jantan yang berada didekatnya..
telur dapat bertahan hidup pada tanah hingga 17 bulan. Infeksi terjadi setelah
tangan menyentuh tanah yang terkontaminasi oleh cacing ini kemudian lansung
memegang makanan, dsb atau pun lewat kuku dan masuk ke usus halus.
Telur
akan tertancap pada duodenum, dan akan menghasilkan larva yang terpenetrasi ke dinding usus halus dan
berpindah via peredaran darah ke hati lalu ke jantung dan paru-paru. Larva akan
menetap di kapiler alveoli, terpenetrasi ke dinding alveoli dan naik ke
cabang-cabang bronchial masuk ke orofaring. Mereka kemudian kembali ke usus
halus, lalu berkembang menjadi cacing dewasa disana. Dan akan matang dan
melepaskan telurnya ke dalam feses. Siklus hidupnya komplit dalam waktu 2-3
bulan, dan cacing dewasa dapat hidup dalam waktu 1-2 tahun.
pada saat mencapai hati dan
paru-paru, maka dapat menyebabkan pneumonia dan eosinofilia. Gejala dari
pneumonitis ini termasuk wheezing,
dyspnea, nonproductive cough, hemoptysis, and fever. Larva juga dapat mencapai
jejunum, dan dari dia matang hingga dewasa membutuhkan waktu 65 hari.
Cacing
dewasa akan mengambil makanan dari hostnya. Anak-anak dalam kondisi ini akan
menyebabkan defisiensi protein, kalori, atau pun vitamin A, yan dapat
menghambat pertumbuhan dan meningkatkan kemungkinan terjadinya penyakit infeksi
lainnya seperti malaria. Cacing yang sudah dewasa kemungkinan dapat menyebabkan
kerusakan usus, saluran cerna secara umumnya, pankreatitis, atau pun usus
buntu. Rata-rata beban cacing berkisar antara 16-4 dan ini tergantung juga
terhadap hostnya, umumnya tergantung pada umur, geophagy, dan imunitas. Cacing
tidak bertambah banyak di dalam host.
V. GEJALA
Pasien yang terinfeksi cacing ini biasanya tidak menampakkan gejala
dalam waktu yang cukup lama. Pada saat fase larva masuk ke dalam tubuh, maka
dapat menyebabkan kerusakan visceral, peritonitis dan inflamasi, kerusakan
hati, keracunan, dan pneumonia. Cacing yang besar dapat menyebabkan defisiensi
nutrisi, kadang-kadang fatal, termasuk kerusakan usus besar (umumnya terjadi
pada anak-anak) dan kerusakan empedu
atau pankreas. Cacing ini juga dapat menyebabkan torsi dan ganggren pada ileum,
yang dapat menyebabkan kematian.
Gejala yang cukup sering tampak walaupun setelah terinfeksi
dalam waktu lama :
Cacing pada feses
coughing up worms
hilang nafsu makan
demam
wheezing
Gejala yang dapat menyebabkan
kefatalan adalah :
Nafas pendek
abdominal distention (swelling of the abdomen)
abdominal pain
intestinal blockage
biliary tract blockage (includes the liver and gallbladder)
Sebagian orang yang tanpa menampakkan gejala tidak dapat diprediksi
jumlahnua, akn tetapi ini dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan dan berat badan yang bertambah sangat lambat.
Jika infeksi cukup berat maka dapat menimbulkan abdominal pain. Untuk cacing
yang immature yang menginfeksi paru-paru, maka dapat menyebabkan batuk dan
kesulitan dalam bernafas, bahkan dalam kondisi lain jika infeksi cukup berat
dapat menghambat kerja saluran cerna terutama usus.
VI. DIAGNOSIS
Pulmonary: asthma, pneumonia, aspergillosis, strongyloidiasis, hookworm,
atau infeksi parasit lainnya. Pada usus kemungkinan dapat menyebabkan masalah
yang serius. Postprandial dyspepsia akan memunculkan duodenal ulcar, hiatal
hernia, pancreatic or gall bladder disease. Sehingga dalam hal ini untuk
mengetahui penyebabnua dibutuhkan pemeriksaan sample feses jika terinfeksi oleh
cacing ini. Dalam hal ini tidak dilakukan tes darah karena tes ditujukan pada
organ yang terinfeksi, kecuali dalam kondisi lain. Dokter dapat memastikan
diagnosanya dengan adanya telur Ascariasis pada feses tersebut.
Pada keadaan cukup berat, cacing ini dapat menyebabkan batuk atau
vomit, dan cacing ini dapat keluar dari tubuh termasuk dari hidung. Sehingga
dalam keadaan seperti ini pemeriksaan lender hidung atau saliva mulut juga
sangat memungkinkan. Tes lain yang dilakukan seperti melalui sample feses,
darag, gambar juga akan dapat membantu pemeriksaan Ascariasis.
Stooltests
Kira-kira 2 bulan setelah terinfeksi telur cacing ini, maka cacingnya akan matang dan mulai bertelur beribu-ribu jumlahnya dalam sehari. Telur ini akan bergerak ke system pencernaan sehingga nantinya akan tercerna dan ditemukan di dalam feses. Untuk mendiagnosa Ascariasis, pemeriksaan feses untuk melihat telur dan larva cacing ini dilakukan secara miikroskopis.
Kira-kira 2 bulan setelah terinfeksi telur cacing ini, maka cacingnya akan matang dan mulai bertelur beribu-ribu jumlahnya dalam sehari. Telur ini akan bergerak ke system pencernaan sehingga nantinya akan tercerna dan ditemukan di dalam feses. Untuk mendiagnosa Ascariasis, pemeriksaan feses untuk melihat telur dan larva cacing ini dilakukan secara miikroskopis.
Bloodtests
telur cacing ini tidak akan muncul di feses 40 hari setelah terinfeksi. Dan pada beberapa kasus, jika terinfeksi oleh cacing betina, maka telur tidak akan tampak dalam jumlah yang banyak. Pemeriksaan darah ini bertujuan untuk melihat peningkatan jumlah sel darah putih (eosinofil) yang mengidentifikasikan terkena Ascariasis.
telur cacing ini tidak akan muncul di feses 40 hari setelah terinfeksi. Dan pada beberapa kasus, jika terinfeksi oleh cacing betina, maka telur tidak akan tampak dalam jumlah yang banyak. Pemeriksaan darah ini bertujuan untuk melihat peningkatan jumlah sel darah putih (eosinofil) yang mengidentifikasikan terkena Ascariasis.
Imagingtests
jika terinfeksi cacing dalam jumlah besar, maka masa dari cacing ini akan terlihat melalui X-ray. Ultrsound juga dapat menunjukkan adanya cacing pada pancreas dan hati. Scan ACT atau MRI juga dapat menunjukkan adanya cacing pada hati dan empedu.
jika terinfeksi cacing dalam jumlah besar, maka masa dari cacing ini akan terlihat melalui X-ray. Ultrsound juga dapat menunjukkan adanya cacing pada pancreas dan hati. Scan ACT atau MRI juga dapat menunjukkan adanya cacing pada hati dan empedu.
VII. CARA PEMBERANTASAN
A. Tindakan pencegahan.
1) Memberi penyuluhan kepada masyarakat tentang
kebersihan perorangan, terutama pembuangan tinja yang saniter, dan mencuci
tangan sesudah buang air besar dan sebelum memasak atau menjamah makanan.
Menyebarkan informasi tentang risiko mengkonsumsi buah atau sayuan mentah atau
yang tidak dimasak dan minum air yang tidak terjamin kebersihannya.
2) Membuang tinja dengan cara yang saniter.
3) Melindungi
sumber air umum dari kontaminasi tinja. Saringan air dari pasir menghilangkan
hampir semua kista dan filter tanah diatomaceous menghilangkan semua kista.
Klorinasi air yang biasanya dilakukan pada pengolahan air untuk umum tidak
selalu membunuh kista; air dalam jumlah sedikit seperti di kantin atau kantong
Lyster sangat baik bila di olah dengan yodium dalam kadar tertentu, apakah itu
dalam bentuk cairan (8 tetes larutan yodium tincture 2% per quart air atau 12,5
ml/ltr larutan jenuh kristal yodium) atau sebagai tablet pemurni air (satu
tablet tetraglycin hydroperiodide, Globaline ®, per quart air). Biarkan lebih kurang selama 10
menit (30 menit jika dingin) sebelum air bisa diminum. Filter yang mudah dibawa
dengan ukuran pori kurang dari 1,0 µm efektif untuk digunakan. Air yang
kualitasnya diragukan dapat digunakan dengan aman bila di rebus selama 1 menit.
4) Memberi penyuluhan kepada orang dengan risiko tinggi
untuk menghindari hubungan seksual oral yang dapat menyebabkan penularan
fekal-oral.
5) Instansi kesehatan sebaiknya membudayakan perilaku
bersih dan sehat bagi orang-orang yang menyiapkan dan mengolah makanan untuk
umum dan menjaga kebersihan dapur dan tempat-tempat makan umum. Pemeriksaan rutin bagi penjamah makanan sebagai tindakan
pencegahan sangat tidak praktis. Supervisi yang ketat perlu dilakukan terhadap
pembudayaan perilaku hidup bersih dan sehat ini.
6) Disinfeksi
dengan cara merendam buah dan sayuran dengan disinfektan adalah cara yang belum
terbukti dapat mencegah penularan A.
lumbricoides. Mencuci tangan dengan baik dengan air bersih dan menjaga
sayuran dan buah tetap kering bisa membantu upaya pencegahan; kista akan
terbunuh dengan pengawetan, yaitu dengan suhu diatas 50oC dan dengan
iradiasi.
B. Pengawasan penderita,
kontak dan lingkungan sekitar.
1). Laporan
kepada instansi kesehatan setempat; pada daerah endemis tertentu; di sebagian
besar negara bagian di AS dan sebagian besar negara didunia penyakit ini tidak
wajib dilaporkan, Kelas 3C (lihat tentang pelaporan penyakit menular).
2). Isolasi :
Untuk penderita yang di rawat di rumah sakit, tindakan kewaspadaan enterik
dilakukan pada penanganan tinja, baju yang terkontaminasi dan sprei. Mereka yang terinfeksi dengan
A. lumbricoides dijauhkan dari kegiatan pengolahan makanan dan tidak diizinkan
merawat pasien secara langsung. Ijinkan mereka kembali bekerja sesudah
kemoterapi selesai.
3). Disinfeksi serentak : Pembuangan tinja yang saniter.
4). Karantina : Tidak diperlukan.
5). Imunisasi kontak : Tidak dilakukan.
6). Investigasi kontak dan sumber infeksi : Terhadap
anggota rumah tangga dan kontak lain yang dicurigai sebaiknya dilakukan
pemeriksaan tinja secara mikroskopis.
C. Penanggulangan Wabah:
Terhadap mereka yang diduga terinfeksi sebaiknya
dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk menghindari “false positive” dari A. lumbricoides atau oleh etiologi lain.
Investigasi epidemiologis dilakukan untuk mengetahui sumber dan cara penularan.
Jika sumber penularan bersifat “common source”, misalnya berasal dari air atau
makanan, tindakan yang tepat perlu dilakukan untuk mencegah penularan lebih
lajut.
Secara umum, Untuk mencegah penyebaran ascariasis di
rumah maka dapat dilakukan dengan :
v
Memcuci tangan dengan
sabun dan rendam dalam air hangat selama 10 detik setelah menggunakan toilet
atau pun sebelum mengambil makanan
v Bersihkan selalu kamar mandi
dan toilet
v
Avoid sharing towels or face washers.
Untuk mencegah infeksinya oleh makanan:
* masak
makanan yang mengandung rantai penularan dengan baik, seperti sayur-sayuran.
* selalu cuci
dengan baik sayuran dan buahan sebelum dimakan
* masaklah
makanan hingga temperature masakan mencapai 100 derajat
Untuk
mencegah infeksi di saat perjalanan/ berada di Negara lain :
v
Cegah penggunaan
makanan mentah, umumnya sayuran dan buahan
v
Minumlah minuman yang
benar-benar jelas dan terdaftar atau air mineral yang umum
v
Jangan meminum minuman
yang mengandung ice
VIII.
PENATALAKSANAAN
Obat-obatan yang dapat membunuh cacing Ascaria disebut Ascarides,
diantaranya :
Mebendazole
Cara
Kerja : Mebendazol adalah suatu
turunan benzimidazole yang memiliki khasiat sebagai obat antelmintik (obat
kecacingan) yang mempunyai jangkauan luas terhadap cacing-cacing parasit antara
lain :
Ascaris lumbricoides (cacing gelang)
Ascaris lumbricoides (cacing gelang)
Trichuris trichiura (cacing cambuk)
Enterobius vermicularis (cacing kremi)
Ancylostoma duodenale (cacing tambang)
Necator americanus (cacing tambang)
Pada manusia pemberian secara oral efektif terhadap cacing-cacing tersebut.
Prevalensi infeksi cacing A. lumbricoides (cacing gelang) dan T. trichiuria (cacing cambuk) masih tinggi di berbagai daerah di Indonesia, demikian pula dengan prevalensi infeksi cacing A. duodenale dan N. americanus (cacing tambang) yang masih tinggi di daerah pertambangan dan perkebunan.
Adapun kelompok yang masih rentan terhadap infeksi cacing adalah anak-anak usia sekolah.
Indikasi
: Mebendazol digunakan untuk pengobatan
penyakit kecacingan seperti di bawah ini :
Ascariasis (penyakit cacing gelang)
Trichuriasis (penyakit cacing cambuk)
Enterobiasis (penyakit cacing kremi)
Ancylostomiasis (penyakit cacing tambang)
Necatoriasis (penyakit cacing tambang)
Infeksi cacing campuran
Ascariasis (penyakit cacing gelang)
Trichuriasis (penyakit cacing cambuk)
Enterobiasis (penyakit cacing kremi)
Ancylostomiasis (penyakit cacing tambang)
Necatoriasis (penyakit cacing tambang)
Infeksi cacing campuran
Dosis :
Ascariasis : 100 mg, 2 kali sehari selama 3 hari
Trichuriasis : 100 mg, 2 kali sehari selama 3 hari
Enterobiasis : 100 mg dalam dosis tunggal
Ancylostomiasis / Necatoriasis : 100 mg, 2 kali sehari
selama 3 hari.
Infeksi campuran : 100 mg, 2 kali sehari selama 3 hari atau
500 mg dalam dosis tunggal untuk semua jenis infeksi.
Efek Samping :
Kadang-kadang terjadi nyeri perut, diare, sakit kepala, demam, gatal-gatal,
ruam kulit.
Kontraindikasi :
Tidak boleh diberikan pada anak-anak usia balita dan wanita hamil.
Interaksi Obat : Meningkatkan kerja
insulin yang diberikan secara eksogen dan obat-obat hipoglikemik oral.
Perhatian :Tidak boleh
melebihi dosis yang dianjurkan.
Ibu yang menyusui agar menghentikan pemberian ASI selama menggunakan obat ini.
Mebendazol kadang-kadang dapat meningkatkan sekresi insulin dalam tubuh, sehingga pada penderita diabetes melitus harus hati-hati apabila diberikan bersama-sama dengan insulin atau obat anti diabetik oral lain.
Pada pemakaian jangka panjang dan dosis besar kemungkinan dapat terjadi neutropenia (penurunan salah satu jenis sel-sel darah putih) yang akan kembali normal bila pengobatan dihentikan (reversible).
Ibu yang menyusui agar menghentikan pemberian ASI selama menggunakan obat ini.
Mebendazol kadang-kadang dapat meningkatkan sekresi insulin dalam tubuh, sehingga pada penderita diabetes melitus harus hati-hati apabila diberikan bersama-sama dengan insulin atau obat anti diabetik oral lain.
Pada pemakaian jangka panjang dan dosis besar kemungkinan dapat terjadi neutropenia (penurunan salah satu jenis sel-sel darah putih) yang akan kembali normal bila pengobatan dihentikan (reversible).
Albendazol
Indikasi:
Albendazol berkhasiat membasmi cacing di usus yang hidup sebagai parasit tunggal atau majemuk.
Albendazol efektif untuk pengobatan cacing gelang (Ascaris lumbricoides), cacing cambuk (Trichuris trichiura), cacing kremi (Enterobius vermicularis), cacing tambang (Ancylostoma duodenale dan Necator americanus), cacing pita (Taenia sp.) dan Strongyloides stercoralis.
KontraIndikasi:
Albendazol menunjukkan sifat teratogenik embriotoksis pada percobaan dengan hewan. Karena itu obat ini tidak boleh diberikan pada wanita yang sedang mengandung. Pada wanita dengan usia kehamilan masih dapat terjadi (15 – 40 tahun), albendazol dapat diberikan hanya dalam waktu 7 hari dihitung mulai dari hari pertama haid.
CaraKerja:
Hasil percobaan preklinis dan klinis menunjukkan bahwa albendazol mempunyai khasiat membunuh cacing, menghancurkan telur dan larva cacing. Efek antelmintik albendazol dengan jalan menghambat pengambilan glukosa oleh cacing sehingga produksi ATP sebagai sumber energi untuk mempertahankan hidup cacing berkurang, hal ini mengakibatkan kematian cacing karena kurangnya energi untuk mempertahankan hidup.
Dosis:
Dosis umum untuk dewasa dan anak di atas 2 tahun :
400 mg sehari, diberikan sekaligus sebagai dosis tunggal. Tablet dapat dikunyah, ditelan atau digerus lalu dicampur dengan makanan.
Pada kasus dimana diduga atau terbukti adanya penyakit cacing pita atau Strongyloides stercoralis, dosis 400 mg albendazol setiap hari diberikan selama tiga hari berturut-turut.
Efeksamping:
Perasaan kurang nyaman pada saluran pencernaan dan sakit kepala pernah terjadi pada sejumlah kecil penderita, tetapi tidak dapat dibuktikan bahwa efek samping ini ada hubungannya dengan pengobatan.
Juga dapat terjadi gatal-gatal dan mulut kering.
Perhatian:
Hati-hati bila diberikan pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal dan hati.
Jangan diberikan pada ibu menyusui.
Sebaiknya tidak diberikan pada anak-anak di bawah umur 2 tahun.
Piperazin
Albendazol berkhasiat membasmi cacing di usus yang hidup sebagai parasit tunggal atau majemuk.
Albendazol efektif untuk pengobatan cacing gelang (Ascaris lumbricoides), cacing cambuk (Trichuris trichiura), cacing kremi (Enterobius vermicularis), cacing tambang (Ancylostoma duodenale dan Necator americanus), cacing pita (Taenia sp.) dan Strongyloides stercoralis.
KontraIndikasi:
Albendazol menunjukkan sifat teratogenik embriotoksis pada percobaan dengan hewan. Karena itu obat ini tidak boleh diberikan pada wanita yang sedang mengandung. Pada wanita dengan usia kehamilan masih dapat terjadi (15 – 40 tahun), albendazol dapat diberikan hanya dalam waktu 7 hari dihitung mulai dari hari pertama haid.
CaraKerja:
Hasil percobaan preklinis dan klinis menunjukkan bahwa albendazol mempunyai khasiat membunuh cacing, menghancurkan telur dan larva cacing. Efek antelmintik albendazol dengan jalan menghambat pengambilan glukosa oleh cacing sehingga produksi ATP sebagai sumber energi untuk mempertahankan hidup cacing berkurang, hal ini mengakibatkan kematian cacing karena kurangnya energi untuk mempertahankan hidup.
Dosis:
Dosis umum untuk dewasa dan anak di atas 2 tahun :
400 mg sehari, diberikan sekaligus sebagai dosis tunggal. Tablet dapat dikunyah, ditelan atau digerus lalu dicampur dengan makanan.
Pada kasus dimana diduga atau terbukti adanya penyakit cacing pita atau Strongyloides stercoralis, dosis 400 mg albendazol setiap hari diberikan selama tiga hari berturut-turut.
Efeksamping:
Perasaan kurang nyaman pada saluran pencernaan dan sakit kepala pernah terjadi pada sejumlah kecil penderita, tetapi tidak dapat dibuktikan bahwa efek samping ini ada hubungannya dengan pengobatan.
Juga dapat terjadi gatal-gatal dan mulut kering.
Perhatian:
Hati-hati bila diberikan pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal dan hati.
Jangan diberikan pada ibu menyusui.
Sebaiknya tidak diberikan pada anak-anak di bawah umur 2 tahun.
Piperazin
Derivat piperazin
terbukti efektif terhadap Ascaris. Angka penyembuhan
(Cure rate) cukup tinggi, terhadap A.lumbricoides, telah diketemukan antara lain oleh WHO (6)
dengan pemberian 3 gram piperazin hexahidrat memberikan
angka penurunan sebesar 76%, dengan piperazin phosphat
4,0 gram10 hari setelah pengobatan angka penyembuhan sebesar 70,7%,Tatsushi Ishizaki
dan Muneo Yokogawa mengguna-
kan
piperazin hidrat dengan dosis 80 mg/kg angka penyembuhan 78,5% .
Dosage is 75 mg/kg (max 3.5 g) as a single oral dose.
Pyrantel pamoat (Antiminth, Pin-Rid, Pin-X) (C11H14N2S.C23H16O6)
golongan :
anti terapi.
Indikasi :
Pengobatan cacing : Enterobius vermicularis, Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, dan Ancilostoma
duodenale.
Dosis :
untuk anak dan dewasa : Ascaris lumbricoides , Enterobius vermicularis, atau
Trichostrongyliasis : 11 mg/kg BB dosis tunggal maksimum 1 gr ; dan pemberian
untuk seluruh keluarga yang berkontak dengan pasien. Enterobius vermicularis pengobatan diulangi setelah
2 minggu.
Cara
pemberian : oral bersama
jus dan susu
Lama
penggunaan : sesuai
petunjuk pada dosis.
Farmakologi
: Absorbsi : Pemberian
oral sedikit diabsorbsi, Metabolisme : Dimetabolisme sebagian di hepar, Kadar
puncak serum : 1-3 jam, Ekskresi : di feses dan urin.
KI
: Hipersensitif terhadap
Pirantel Pamoat.
Efek
samping : Susunan syaraf
pusat : Demam, sakit kepala, pusing; Kulit : Rash; Saluran cerna : Kram
abdomen, diare, mual dan muntah, anoreksia dan tenesmus; Hepatik : Gangguan
enzim hepar; Neuromuskuler : Letih dan lesu.
Peringatan
: Hati-hati penggunaan
pada pasien dengan gangguan hati, anemia, malnutrisi, ibu hamil.
Mekanisme
kerja : deppolarisasi
dari ganglion akan memblok perpindahan neuromuscular nicotinat, yang
menyebabkan paralisis spastik dari cacing. Pirantel pamoat ini akan menginduksi
kerusakan intestinal secara komplit dari cacing.
Tiabendazol
Tiabendazol ini kemungkinan menyebabkan perpindahan dari
cacing ke dalam esofagus, jadi biasanya dikombinasi oleh piperazin.
Heksil resorsinol
Efektif dalam bentuk dosis tunggal.
Santonin
Lebih toksik dibandingkan heksilresorsinol.
IX. EVALUASI
HASIL TERAPI
Terapi dianggap berhasil jika tidak
ditemukannya lagi gejala yang ada. Atau pun dengan pemeriksaan laboratorium
seperti pada feses untuk melihat masih ada atau tidakkah A. lumbricoides di dalam tubuh.
DAFTAR
PUSTAKA
- Habbari K, Tifnouti A, Bitton G, Mandil A (September 1999). "Helminthic infections associated with the use of raw wastewater for agricultural purposes in Beni Mellal, Morocco". East. Mediterr. Health J. 5 (5): 912–21.
- Pawlowski, ZS; Schultzberg K (1986). "Ascariasis and sewage in Europe". in Block JC. Epidemiological Studies of Risks Associated With the Agricultural Use of Sewage Sludge: Knowledge and Needs (EUR). Elsevier Science Pub Co. pp. 83–93. ISBN 1-85166-035-6.
- "Ascaris Infection Fact Sheet". http://www.cdc.gov/ncidod/dpd/parasites/ascaris/factsht_ascaris.htm#contagious.
- Baird JK, Mistrey M, Pimsler M, Connor DH (March 1986). "Fatal human ascariasis following secondary massive infection". Am. J. Trop. Med. Hyg. 35 (2): 314–8. PMID 3953945. http://www.ajtmh.org/cgi/pmidlookup?view=long&pmid=3953945.
- "Ascaris lumbricoides". http://www.path.cam.ac.uk/~schisto/Nematodes/Ascaris.html.
- James A. Phills et al., Pulmonary Infiltrates, Asthma and Eosinophilia due to Ascaris Suum Infestation in Man, 286 New England Journal of Medicine 965-70 (1972)
- FDA/CFSAN Risk Assessment for Food Terrorism and Other Food Safety Concerns
- Wu ML, Jones VA (January 2000). "Ascaris lumbricoides". Arch. Pathol. Lab. Med. 124 (1): 174–5. PMID 10629158. http://journals.allenpress.com/jrnlserv/?request=get-abstract&issn=0003-9985&volume=124&page=174.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar