Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa
bahan pengisi. Zat tambahan yang diperlukan adalah bahan pengisi, bahan
pengikat, disintegran, penghancur, pengawet, pemberi rasa, pewarna, dan
pemanis. Bahan pengisi ditambahkan apabila zat aktif yang digunakan relatif
kecil terhadap bobot tablet atau dalam kondisi sulit di kempa (Anonim-1995).
Berdasarkan metode pembuatan, dapat digolongkan
sebagai tablet cetak dan tablet kempa. Sebagian besar tablet dibuat dengan cara
pengempaan dan merupakan bentuk sediaan yang paling banyak digunakan. Tablet
kempa dibuat dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau granul
menggunakan cetakan baja (DepKes RI, 1995).
Komponen tablet :
1. Bahan obat atau zat berkhasiat
Yang perlu diperhatikan dari
zat berkhasiat :
a. sifat
fisiko kimia seperti larutan, kestabilan
b. sifat absorbsibility seperti pKa,
granulometri
2. Bahan eksipien
Syarat:
a. inert secara terapeutik
b. tidak mempengarui stabilitas zat
aktif (tidak incompatibility)
c. mempunyai kemurnian yang tinggi
● Bahan eksipien terdiri dari:
a. Bahan pengisi (diluent)
Pengisi atau pengencer ditambahkan jika perlu ke dalam formulasi untuk
membentuk ukuran tablet yang diinginkan. Contoh bahan pengisi : saccharum
lactis, amylum, calcii phosphas, calcii carbonas,avicel, sukrosa, manitol dan
sorbitol.
b. Bahan pengikat (binder)
Pengikat atau perekat,
yang membantu pelekatan partikel dalam formulasi. Memungkinkan granul dibuat
dan dijaga keterpaduan hasil akhir tabletnya. Contoh bahan pengikat : mucilago
gum arabica 10-20 %, solutio methylcellulose 5%, povidone USP, copolyvidone,
gelatin NF, starch paste, pregelatinized starch NF, sucrose NF, tragacant,
avicel dan acacia.
c.
Bahan penghancur (desintegran)
Penghancur, yang membantu
memecah atau menghancurkan tablet setelah pemberian sampai menjadi
partikel-partikel yang lebih kecil agar mudah di absorpsi. Contoh bahan
penghancur : amilum manihot kering, gelatin, agar-agar, natrium alginat, sodium
stearat, explotab, primojel dan
crospovidone NF, avicel, gom.
d. Bahan Pelicin
Berdasarkan cara kerjanya bahan pelincir
digolongkan atas tiga bagian :
1)
Glidan, yaitu zat yang digunakan untuk
memperbaiki sifat aliran dari granul.
Contoh glidan : talk 5%, amylum jagung.
2)
Lubricant,
yaitu zat yang bekerja pada permukaan
granula dan mengurangi gesekan antara dinding cetakan dan tablet yang baru
dicetak. Contoh lubrikan : mg stearat, ca stearate, asam stearate, sodium
stearyl stearate, hydrogenated vegetable oils, mineral oil dan polyethylene
glicols,waxes.
3)
Antiadherent,
yaitu zat yang digunakan untuk mencegah melekatnya bahan tablet pada punch dan
dye selama proses pencetakan. Contoh: Na lauryl sulfat < 1%, metalic
stearat.
e. Bahan tambahan, seperti
zat warna, pemberi rasa dan adsorben (jika diperlukan)
2.3.1.
Jenis-Jenis
Tablet
Secara garis besar, tablet dibedakan menjadi
beberapa jenis diantaranya:
1.
Tablet
kompresi
Tablet yang dibuat dengan sekali tekanan menjadi berbagai bentuk tablet
dan ukuran, biasanya ke dalam bahan obatnya diberi tambahan sejumlah bahan
pembantu, antara lain pengencer atau pengisi, pengikat atau perekat, bahan
penghancur, bahan pelicin, bahan tambahan lain seperti zat warna dan zat
pemberi rasa.
2.
Tablet
kompresi ganda
Tablet kompresi berlapis, dalam pembuatannya memerlukan lebih dari satu
kali tekanan. Tablet ini dibuat dengan cara memasukkan satu campuran obat ke
dalam cetakan dan di tekan lagi dan seterusnya sampai terjadi lapisan yang
diinginkan. Pada umumnya tiap lapis diberi warna yang berbeda sehingga
berlapis-lapis dan berwarna. Untuk tablet berlapis yang mempunyai inti bagian
dalam, diperlukan mesin khusus. Biasanya tablet ini dibuat karena bahan Obat
Tidak Tercampur (OTT), untuk menyediakan obat yang penglepasannya dalam dua
tingkatan atau lebih, atau untuk penampilan tablet berlapis yang unik.
3.
Tablet
salut gula (sugar coated)
Tablet kompresi yang
diberi lapisan gula, baik berwarna atau tidak. Lapisan larut dalam air
dan cepat terurai bila di telan.
Kegunaan:
a.
Untuk melindungi obat dari udara dan kelembaban contoh:
Vitamin C harus berada dalam kelembaban kurang
dari 40%.
b.
Sebagai
pemberi rasa untuk menghindari dari rasa atau bau bahan obat yang tidak enak
c.
Memberi penampilan yang menarik dan manis.
Kerugian:
a.
Pengolahan membutuhkan waktu lama serta
keahlian khusus.
b. Menambah berat dan ukuran tablet, biasanya
tablet salut dua kali lebih dari
tablet tidak bersalut.
4. Tablet salut selaput (film coated)
Tablet kompresi yang di salut dengan
selaput tipis dari polimer yang larut atau tidak larut dalam air, biasanya
lapisan berwarna dan pecah di saluran lambung usus dengan pengaruh pH. Zat
penyalut yang sering digunakan : CMC Na, cellulosa acetatphthalat,
hydroxyethylcellulosa dengan bermacam-macam perbandingan dalam campuran
polyetilenglicol dan polyvinylpirolidone dalam pelarut alkohol atau terdispersi
dalam isopropanol dengan tambahan span dan tween.
Keuntungan:
a.
lebih
tahan lama dari pada tablet salut gula.
b.
Lebih
sedikit bahan.
c Lebih sedikit waktu
5. Tablet salut enteric (enteric coated)
Tablet salut dengan lapisan yang melarut di usus, bukan di lambung,
dengan membiarkan supaya tablet pindah melewati lambung dan hancur serta di
absorpsi di usus.
Kegunaan:
a.
Untuk bahan yang rusak oleh asam lambung.
b. Untuk bahan obat yang
mengiritasi mukosa lambung.
c. Untuk bahan yang bila melintasi lambung menambah absorpsi obat di usus halus sampai jumlah yang berarti.
6.
Tablet Sublingual
Yaitu tablet yang disisipkan di pipi
atau di bawah lidah, biasanya berbentuk datar, tablet yang direncanakan untuk di
absorpsi melalui mukosa oral.
Kegunaan:
a.
Untuk
tablet yang di rancang untuk pemberian disisipkan di pipi (contoh tablet
progesterone) dibuat supaya hancur dan melarut perlahan.
b.
Untuk
tablet yang digunakan di bawah lidah (tablet nitrogliserin) akan melarut segera
untuk memberikan efek obat yang cepat.
7.
Tablet Kunyah
Yaitu tablet lembut yang segera hancur
ketika di kunyah atau dibiarkan melarut
di dalam mulut, biasanya untuk anak-anak digunakan dalam sediaan tablet
multivitamin, antasida, dan antibiotika.
8.
Tablet effervescent
Yaitu tablet lembut berbuih yang dibuat dengan cara kompresi granul yang
mengandung garam effervescent atau bahan lain yang mampu melepaskan gas ketika
bercampur dengan air.
9.
Tablet Triturat
Yaitu tablet yang berbentuk kecil, biasanya silinder dengan cetakan atau
kompresi mengandung sejumlah kecil obat keras.
Kegunaan:
a. Untuk pemberian oral di bawah lidah contoh
tablet nitrogliserin.
b. Mengolah campuran obat untuk
membuat bentuk cairan atau padat lainnya.
Contoh:
§ serbuk campuran untuk kapsul
§ penambahan obat keras dalam sediaan cair
10. Tablet Hipodermik
Yaitu tablet yang dimasukkan di bawah kulit, merupakan tablet triturat
asalnya dimaksudkan untuk digunakan dokter dalam membuat larutan parenteral
secara mendadak.
Keuntungan:
a. Berbagai jenis tablet
dapat di bawa dalam satu tas.
b. Dapat dibuat injeksi yang
volume dan kekuatannya disesuaikan dengan kebutuhan.
Kekurangan:
a.
Sterilitas
tidak terjamin.
b. Obat tidak dapat dibuat
dengan jumlah besar.
11. Tablet dengan penglepasan
tidak terkendali (sustained released)
Yaitu tablet yang pelepasan tabletnya
secara tidak terkendali, digunakan untuk pasien karena sesuatu dan lain hal
tidak dapat mengkonsumsi tablet secara berkala.
Keuntungan:
a. Aktivitas obat
diperpanjang di siang dan malam hari.
b. Mampu mengurangi
terjadinya efek samping.
c.
Mengurangi
frekuensi pemberian obat.
d.
Meningkatkan
kepatuhan pasien
e.
Biaya
harian bagi pasien lebih rendah karena lebih sedikit dosis yang digunakan
2.3.1.
Syarat-syarat
Secara
umum tablet harus safe, effective, dan
acceptable. Menurut Moh. Anief
syarat-syarat tablet antara lain :
a.
Memenuhi keseragaman ukuran
Diameter tablet
tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1 1/3 tebal tablet.
b. Memenuhi keseragaman bobot
Cara penentuan dan
batas keseragaman bobot ditentukan dan dinyatakan dalam Farmakope Indonesia.
c. Memenuhi waktu hancur
Cara penentuan dan
standar waktu hancur tablet ditentukan dan dinyatakan dalam Farmakope
Indonesia.
d. Memenuhi keseragaman isi
zat berkhasiat
Farmakope Indonesia
mencantumkan cara penentuan dan batas
keseragaman kandungan isi zat berkhasiat.
e.
Memenuhi waktu larut (dissolution test)
Sebelumnya tablet harus diuji mengenai kekerasan
tablet dengan Hardness tester dan juga kerapuhan tablet dengan alat Friability tester.
2.3.1.
Keuntungan
dan Kerugian
·
Keuntungan tablet menurut Leon
Lachman,dkk antara lain adalah :
a. Tablet merupakan bentuk sedian yang utuh dan
menawarkan kemampuan terbaik dari semua bentuk sedian oral untuk ketepatan ukuran
serta variabilitas kandungan yang paling rendah.
b. Tablet
merupakan bentuk sedian yang biaya produksinya paling murah.
c. Tablet
merupakan bentuk sedian oral yang paling mudah dikemas dan dikirim.
d. Pemberian
tanda pengenel produk pada tablet paling mudah dan murah.
e. Tablet paling mudah ditelan serta paling
kecil kemungkinan tertinggal ditenggorokan, terutama bersalut yang kemungkinan
hancurnya tablet tidak segera terjadi.
f. Tablet bisa dijadikan produk dengan profil
penglepasan khusus, seperti penglepasan diusus atau produk lepas lambat.
g. Tablet merupakan bentuk sedian oral yang
paling mudah untuk diproduksi secara besar-besaran.
h. Tablet merupakan bentuk sedian oral yang
memiliki sifat pencampuran kimia, mekanik dan stabilitas mikrobiologi yang
paling baik.
·
Kerugian Tablet menurut Leon Lachman,
dkk antara lain adalah :
a. Beberapa obat tidak dapat dikempa menjadi
padat dan kompak, tergantung pada keadaan amorfnya, flokulasi atau rendahnya
berat jenis.
b. Obat yang sukar dibasahkan, lambat melarut
dan dosisnya cukupan atau tinggi, absorbsinya optimumnya tinggi melalui saluran
cerna atau setiap kombinasi dari sifat diatas, akan sukar atau tidak mungkin
diformulasi dan dipabrikasi dalam bentuk tablet yang masih menghasilkan
bioavabilitas obat cukup.
c. Obat yang rasanya pahit, obat dengan bau yang tidak dapat dihilangkan
atau obat yang peka terhadap oksigen atau kelembaban udara perlu pengapsulan
atau penyalutan dulu sebelum dikempa.
·
Keuntungan dan kerugian dari
penyalutan lapis tipis
a. Keuntungan
dari penyalutan lapis tipis :
1. Bentuk yang disalut dapat
berupa tablet, pil dan granul.
2. Proses penyalutan dapat
dilakukan cepat.
3. Pertambahan bobot dari inti
hanya sedikit yaitu sekitar 2 – 5%
dari bobot inti atau lebih.
4. Tidak tergantung pada keahlian
operator, karena hasil penyalutan salut selaput umumnya tergantung pada
peralatan yang dipakai, oleh karena itu dengan cara otomatis dan semi otomatis
akan dihasilkan salutan yang sama pada pengulangan proses penyalutan.
5.
Dapat digunakan untuk tujuan enterik dan non enterik serta dapat dapat juga
untuk tujuan sustained release, tergantung dari polimer yang dipakai.
b. Kerugian
dari penyalutan lapis tipis :
1.
Polimer penyalut yang akan digunakan sangat terbatas, untuk mendapatkannya dan
sering terjadi kerusakan dalam proses melarutkan polimer tersebut.
2.
Sering memakai pelarut organik sehingga perlu adanya pengamanan khusus bagi pekerja.
Sirup adalah sediaan cair berupa larutan yang
mengandung sakarosa. Kadar sakarosa
adalah tidak kurang dari 64,9%, kecuali dinyatakan lain. Sirup adalah sediaan pekat dalam air dari
gula atau pengganti gula dengan atau tanpa penambahan bahan pewangi dan zat
obat.
Kadar gula sirup pada suhu kamar maksimal 66%
sakarosa bila lebih tinggi akan terjadi pengkristalan, tetapi bila lebih rendah
dari 62% sirup akan lebih memburuk.
Berat jenis kurang lebih 1,3 pada penyimpanan dapat terjadi inversi dari
sakarosa (pecah menjadi glukosa dan fruktosa) dan bila sirup yang bereaksi asam
inversi dapat terjadi lebih cepat.
Dalam larutan berair megandung 62% atau lebih
sakarosa tidak dapat ditumbuhi jamur meskipun jamur tidak terbunuh. Bila kadar sakarosa turun
karena inversi, maka jamur dapat tumbuh. Bila dalam resep sirup diencerkan dengan
air dapat pula ditumbuhi jamur. Untuk mencegah sirup tidak menjadi busuk, maka
ditambah nipagin sebagai pengawet.
1 komentar:
Engga ada penjelasan tablet floating ya ka?
Posting Komentar