I. PENDAHULUAN
A.
Definisi
·
FI IV hlm.
17 : Suspensi dapat dibagi dalam 2 jenis, yaitu suspensi yang siap
digunakan atau yang dikonstitusikan dengan sejumlah air untuk injeksi atau
pelarut lain yang sesuai sebelum digunakan. Suspensi tidak boleh diinjeksikan
secara intravena dan intratekal.
·
BP 2002
hal. 1181,1884 : Serbuk dan granul untuk larutan dan suspensi oral :
Serbuk oral adalah preparat yang mengandung zat padat longgar (loose), partikel
kering yang bervariasi dalam derajat kehalusannya. Dapat mengandung satu atau
lebih zat aktif, dengan atau tanpa bahan pembantu, dan jika perlu, zat warna
yang diizinkan serta zat pemberi rasa. Disuspensikan dalam air atau pembawa
lain sebelum diberikan oral.
·
Pharm.Dosage
Forms :Disperse System, 1989, Vol 2, hal 318, hlm 326 : Suatu
suspensi yang direkonstitusikan adalah campuran sirup dalam keadaan kering yang
akan didispersikan dengan air pada saat akan digunakan dan dalam USP tertera
sebagai “for oral suspension”. Bentuk suspensi ini digunakan terutama untuk
obat yang mempunyai stabilitas terbatas di dalam pelarut air, seperti golongan
antibiotika.
B. Alasan Pembuatan Suspensi Kering (Pharm.Dosage Forms :Disperse System, 1989, Vol 2,
hal 318, hlm 317)
Umumnya, suatu sediaan suspensi kering dibuat karena stabilitas zat aktif
di dalam pelarut air terbatas, baik stabilitas kimia atau stabilitas fisik.
Umumnya antibiotik mempunyai stabilitas yang terbatas di dalam pelarut air.
C. Persyaratan Sediaan Suspensi Rekonstitusi (Pharm.Dosage Forms :Disperse System, 1989, Vol 2,
hal 318)
1.
Campuran serbuk/granul haruslah merupakan
campuran yang homogen, sehingga konsentrasi/dosis tetap untuk setiap pemberian
obat.
2.
Selama rekonstitusi campuran serbuk harus
terdispersi secara cepat dan sempurna dalam medium pembawa.
3.
Suspensi yang sudah direkonstitusi harus dengan
mudah didispersikan kembali dan dituang oleh pasien untuk memperoleh dosis yang
tepat dan serba sama.
4.
Produk akhir haruslah menunjukkan penampilan,
rasa, dan aroma yang menarik.
D. Keuntungan Sediaan Suspensi Rekonstitusi (Pharm.Dosage Forms :Disperse System, 1989, Vol 2,
hal 318, hlm 317; Diktat Tek. Likuid & Semsol, Goeswin 1993, hlm. 89)
Untuk zat aktif yang tidak stabil dalam pembawa air, kestabilan zat aktif
dapat dipertahankan karena kontak zat padat dengan medium pendispersi dapat
dipersingkat dengan mendispersikan zat padat dalam medium pendispersi pada saat
akan digunakan.
E. Beberapa Hal yang Harus Diperhatikan Dalam
Pengolahan Campuran Kering (Pharm.Dosage
Forms:Disperse System, 1989, Vol 2, hal 318, hlm 325)
1.
Gunakan pengaduk yang efisien. Evaluasi
prosesing skala batch pada alat skala pilot. Jadi, bukan menggunakan peralatan
laboratorium.
2.
Tentukan waktu pengadukan yang sesuai.
3.
Hindari pengumpulan panas dan kelembaban selama
pengadukan.
4.
Batasi variasi suhu dan kelembaban. Umumnya
adalah 70oC dengan RH >40%.
5.
Batch yang sudah selesai diolah harus disimpan
terlindung dari kelembaban. Simpan dalam wadah tertutup rapat yang dilengkapi
dengan kantong pengering silika gel.
6.
Ambil contoh untuk menguji keseragaman batch.
Lakukan pengujian pada bagian atas, tengah, dan bawah dari campuran kering.
Ada masalah potensial akibat terjadinya perubahan sifat aliran dari
campuran kering, yaitu dapat menyebabkan demixing, pemisahan dan penyerapan
kelembaban selama pengolahan atau pada serbuk yang sudah kering sempurna.
Aliran
yang tidak baik atau caking sering terjadi apabila individu partikel bergabung.
Penyebabnya antara lain :
-
Tidak stabil terhadap suhu tinggi
-
Muatan permukaan
-
Variasi kelembaban
-
Kristalisasi
-
Pemampatan karena berat serbuk.
Contoh
yang tidak baik :
-
Anti foam mengambang pada permukaan, tidak
membentuk lapisan tipis.
-
Masa kental Na CMC lengket pada leher botol.
-
Zat warna tidak homogen, terlihat sebagian warna
pekat.
F. Jenis Sediaan
Suspensi Rekonstitusi (Pharm.Dosage
Forms :Disperse System, 1989, Vol 2, hal 318, hlm 323-325)
Ada
3 jenis sediaan suspensi rekonstitusi, yaitu :
1.
Suspensi rekonstitusi yang berupa campuran serbuk
Formulasi berupa campuran serbuk merupakan cara yang paling mudah dan
sederhana. Proses pencampuran dilakukan secara bertahap apabila ada bahan
berkhasiat dalam komponen yang berada dalam jumlah kecil. Penting untuk
diperhatikan, alat pencampur untuk mendapatkan campuran yang homogen.
Keuntungan
formulasi bentuk campuran serbuk :
·
Alat yang dibutuhkan sederhana, hemat energi dan
tidak banyak
·
Jarang menimbulkan masalah stabilitas dan kimia
karena tidak digunakannya pelarut dan pemanasan saat pembuatan.
·
Dapat dicapai keadaan kelembaban yang sangat
rendah
Kerugian
formulasi bentuk campuran serbuk :
·
Homogenitas kurang baik. Sulit untuk menjamin
distribusi obat yang homogen ke dalam campuran.
·
Kemungkinan adanya ketidakseragaman ukuran
partikel.
·
Aliran serbuk kurang baik.
Variasi
ukuran partikel yang terlalu banyak berbeda dapat menyebabkan pemisahan dalam
bentuk lapisan dengan ukuran berbeda. Aliran yang tidak baik dapat menimbulkan
pemisahan.
2.
Suspensi rekonstitusi yang digranulasi
Pembuatan dengan cara digranulasi terutama ditujukan untuk memperbaiki
sifat aliran serbuk dan pengisian dan mengurangi volume sediaan yang voluminous
dalam wadah.
Dengan
cara granulasi ini, zat aktif dan bahan-bahan lain dalam keadaan kering
dicampur sebelum diinkorporasi atau disuspensikan dalam cairan penggranulasi.
Granulasi dilakukan dengan menggunakan air atau larutan pengikat dalam air.
Dapat juga digunakan pelarut non-air untuk bahan berkhasiat yang terurai dengan
adanya air.
Keuntungan
cara granulasi :
a.
Memiliki penampilan yang lebih baik daripada
campuran serbuk.
b.
Memiliki sifat aliran yang lebih baik.
c.
Tidak terjadi pemisahan.
d.
Tidak terlalu banyak menimbulkan debu selama
pengisian.
Kerugian
cara granulasi :
a. Melibatkan proses yang lebih panjang serta
dibutuhkan peralatan yang lebih banyak dan butuh energi listrik.
- Adanya panas dan kontak dengan pelarut dapat menyebabkan terjadinya resiko instabilitas zat akif.
c.
Sulit sekali menghilangkan sesepora cairan
penggranul dari bagian dalam granul dimana dengan adanya sisa cairan penggranul
kemungkinan dapat menurunkan stabilitas cairan.
d.
Eksipien yang ditambahkan harus stabil terhadap
proses granulasi.
e.
Ukuran granul diusahakan sama karena bagian yang
halus akan memisah sebagai fines.
3.
Suspensi rekonstitusi yang merupakan campuran antara granul dan serbuk
Pada cara ini komponen yang peka terhadap panas seperti zat aktif yang
tidak stabil terhadap panas atau flavor dapat ditambahkan sesudah pengeringan
granul untuk mencegah pengaruh panas. Pada tahap awal dibuat granul dari
beberapa komponen, kemudian dicampur dengan serbuk (fines).
Kerugian dari cara ini :
a.
Meningkatnya resiko tidak homogen.
b.
Untuk menjaga keseragaman, ukuran partikel harus
dikendalikan.
Perbandingan Ketiga Jenis Suspensi Rekonstitusi (Pharm.Dosage Forms : Disperse System, 1989, Vol 2,
hal 318, hlm 326)
Jenis Suspensi
|
Keuntungan
|
Kerugian
|
Campuran serbuk
|
Lebih ekonomis; resiko
ketidakstabilan lebih rendah.
|
Terjadi mixing dan segregasi;
kehilangan selama proses.
|
Campuran granul
|
Penampilan lebih baik;
karakteristik aliran lebih baik;
segregasi dan debu dapat
ditekan.
|
Harga lebih mahal; efek panas dan
cairan penggranulasi pada obat dan
eksipien.
|
Kombinasi antara
serbuk dan granul
|
Harga lebih murah; dapat
menggunakan senyawa yang
tidak tahan panas.
|
Dapat terjadi segregasi campuran
yang granular dan
non-granular.
|
II. FORMULA
A. Formulasi
Umum Suspensi Rekonstitusi (Pharm.Dosage
Forms :Disperse System, 1989, Vol 2, hlm. 319)
Aspek formulasi yang harus diperhatikan dalam merancang bentuk sediaan
suspensi: ukuran partikel, pemakaian zat pembasah (jika diperlukan), suspensi
yang akan dibentuk (flokulasi/deflokulasi)
Kriteria
pemilihan komponen didasarkan pada kesesuaian untuk rekonstitusi dan jenis
bentuk fisik campuran serbuk yang dibutuhkan.
Di
dalam mengembangkan formulasi, bahan yang digunakan sebaiknya seminimal mungkin
karena makin banyak bahan akan makin menimbulkan masalah seperti masalah
inkompatibilitas akan meningkat dengan makin banyaknya bahan yang dicampurkan.
Oleh
karena itu, sedapat mungkin eksipien yang digunakan adalah yang benar-benar
dibutuhkan dalam formulasi. Sangat dianjurkan menggunakan eksipien yang dapat
berfungsi lebih dari satu macam saja. Semua eksipien harus sesegera mungkin
terdispersi pada saat direkonstitusi.
B.
Komponen yang Terdapat Dalam Suspensi
Rekonsitusi Terdiri Dari :
1.
Zat aktif
Zat aktif dengan kelarutan yang relatif kecil di dalam fasa pendispersi.
Sifat partikel yang harus diperhatikan adalah ukuran partikel dan sifat
permukaan padat-cair (hidrofob/hidrofil).
2.
Bahan Pensuspensi (Pharm.Dosage Forms :Disperse System, 1989, Vol 2,
hlm. 320) Bahan ini digunakan untuk memodifikasi viskositas dan
menstabilkan zat yang tidak larut dalam medium pendispersi.
Bahan pensuspensi yang digunakan harus mudah terdispersi dan mengembang
dengan pengocokan secara manual selama rekonstitusi. Zat pensuspensi yang
membutuhkan hidrasi, suhu tinggi atau pengadukan dengan kecepatan tinggi untuk
pengembangannya tidak dapat digunakan, misalnya agar, karbomer, meilselulosa.
Walaupun metilselulosa dan Al Mg silikat tidak dianjurkan digunakan, tetapi
ternyata baik sekali untuk formula cephalexin dan eritromisin etil suksinat.
Bahan
pensuspensi yang sering digunakan dalam suspensi rekonstitusi antara lain:
Nama Zat
|
Muatan Listrik
|
Akasia
CMC Na
Iota karagen
Mikrokristalin
selulosa dengan CMC Na
Povidon
Propilenglikol
alginat
Silikon
dioksida, koloidal
Na starch
glycolate
Tragakan
Xanthan gum
|
-
-
-
-
0
-
0
-
-
-
|
Tragakan
akan menghasilkan campuran yang kental dan digunakan untuk mensuspensikan
partikel yang tebal. Alginat akan menghasilkan campuran yang kental. Iota
karagenan akan menghasilkan dispersi tiksotropik. Tetapi, kelemahan penggunaan
ketiga zat tersebut yang merupakan gum alam adalah terjadinya variasi atau
perbedaam dalam warna, kekentalan, kekuatan gel, dan kecepatan hidrasi.
3.
Pemanis (Pharm.Dosage
Forms : Disperse System, 1989, Vol 2, hlm. 321-322) Obat umumnya pahit dan
rasanya tidak enak. Untuk mengatasi hal ini sukrosa selain digunakan sebagai
pemanis, berperan pula sebagai peningkat viskositas dan pengencer padat.
Sukrosa dapat pula dihaluskan untuk meningkatkan luas permukaan dan dapat pula
digunakan sebagai pembawa untuk komponen yang berbentuk cair misalnya minyak
atsiri. Pemanis lain yang dapat digunakan: manitol, aspartam, dekstrosa, dan Na
sakarin. Aspartam cukup stabil tetapi tidak tahan panas.
4.
Wetting
agent (Pharm.Dosage Forms :Disperse System, 1989, Vol 2, hlm.
322) Wetting agent ini dipakai jika zat aktif bersifat hidrofob. Zat yang
hidrofob menolak air, untuk mempermudah pembasahan ditambahkan wetting agent.
Wetting agent ini harus efektif pada konsentrasi kecil. Wetting agent yang
berlebihan akan mengakibatkan pembentukan busa dan rasa yang tidak
menyenangkan. Yang lazim digunakan adalah Tween 80, non ionik, kebanyakan
kompatibel dengan eksipien kationik dan anionik dari obat. Konsentrasi yang
biasa digunakan adalah <0,1%. Zat lain yang lazim digunakan adalah Na lauril
sulfat, anionik, inkompatibel dengan obat kationik.
5.
Dapar (Pharm.Dosage
Forms :Disperse System, 1989, Vol 2, hlm. 322)
Untuk mencapai pH yang optimum dari semua bahan yang ditambahkan. Untuk
mengatur stabilitas dan menjaga agar obat tetap berada dalam keadaan tidak
larut. Dapar yang lazim digunakan adalah dapar sitrat
6.
Pengawet
(Pharm.Dosage Forms :Disperse System, 1989, Vol 2, hlm. 322)
Pengawet untuk suspensi rekonstitusi terbatas karena kelarutannya rendah
pada suhu kamar. Sukrosa pada konsentrasi 60% w/w dapat mencegah pertumbuhan
mikroba. Pengawet yang umum digunakan adalah sukrosa, kalium sorbat, natrium
benzoat, natrium metil hidroksibenzoat. Natrium benzoat cukup efektif dalam pH
asam dimana molekul tidak mengalami ionisasi. Diperlukan untuk mencegah
pertumbuhan mikroba, tidak dianjurkan pemakaian asam sorbat dan senayawa
paraben.
7.
Flavor (Pharm.Dosage
Forms :Disperse System, 1989, Vol 2, hlm. 323) Digunakan secukupnya untuk
meningkatkan penerimaan pasien penting sekali untuk anakanak. Harus dilihat
peraturan Menkes terutama zat yang boleh digunakan.
8.
Pewarna (Pharm.Dosage Forms :Disperse System, 1989, Vol 2, hlm. 323)
Pewarna digunakan untuk meningkatkan estetika. Penggunaan pewarna ini
harus diperhatikan, karena dapat terjadi inkompatibilitas dengan zat lain
karena faktor ionik, misalnya FD&C Red No.3 yang merupakan garam dinatrium,
merupakan senyawa anionik dan inkompatibel dengan wetting agent kationik.
9.
Anti caking (Pharm.Dosage Forms :Disperse System, 1989, Vol 2,
hlm. 323)
Digunakan amorphous silica gel. Masalah umum yang terjadi dalam
pencampuran serbuk adalah aliran yang jelek dan caking, karena terjadi
aglomerasi akibat lembab. Sebagai pengering, bahan ini dapat menarik kelembaban
dari campuran serbuk kering untuk mempermudah aliran serbuk dan mencegah
caking. Selain itu zat ini akan memisahkan partikel tetap kering untuk mencegah
penyatuan, juga berfungsi sebagai isolator termal, menghalangi dan mengisolasi
kondisi muatan dan secara kimia bersifat inert.
C. Eksipien (Pharm.Dosage
Forms :Disperse System, 1989, Vol 2, hlm. 319)
Eksipien yang Biasa
Ditambahkan
|
Eksipien yang Tidak Biasa
Ditambahkan
|
Suspending agent
Wetting agent
Pemanis
Pengawet
Flavor
Dapar
Pewarna
|
Anticaking
Flocculating agent
Solid diluent
Antibusa
Desintegran granul
Antioksidan
Lubrikan
|
III. PEMBUATAN SEDIAAN SUSPENSI REKONSTITUSI
A.
Prosedur Lengkap Pembuatan Suspensi Rekonstitusi
1. Cara tanpa
granulasi :
·
Zat aktif dan eksipien ditimbang sejumlah yang
dibutuhkan.
·
Masing-masing zat digerus dan dicampurkan sampai
homogen.
·
Botol ditara sesuai volume yang akan dibuat dan
dikeringkan.
·
Masing-masing zat digerus kemudian dicampurkan,
campuran sediaan ditimbang dan dimasukkan ke dalam botol yang sudah ditara dan
dikocok sampai homogen.
·
Air ditambahkan sampai volume yang sudah
ditentukan (bila langsung direkonstitusi).
·
Hitung waktu rekonstitusi.
2.
Cara granulasi :
·
Masing-masing zat ditimbang sejumlah yang
dibutuhkan.
·
Botol ditara sesuai dengan volume yang akan
dibuat dan dikeringkan.
·
Masing-masing zat dihaluskan.
·
Masa granulasi dibuat dengan mencampurkan zat
aktif, pemanis, pewarna, pengawet, pengikat kemudian ditambahkan pelarut untuk
membuat granul sedikit demi sedikit dengan pipet sampai terbentuk masa yang
dapat dikepal.
·
Masa granulasi diayak lalu dikeringkan sampai
kadar air kurang dari 2%.
·
Ke dalam masa granul yang telah dikeringkan
ditambahkan fines (zat aktif dan atau suspending agent).
·
Bila diperlukan pembasah untuk zat yang
hidrofob, maka ditambahkan zat pembasah dengan jalan disemprotkan ke dalam masa
granul.
·
Campuran masa granul dan fines ditimbang dan
dimasukkan ke dalam botol yang telah ditara, ditambahkan air sampai volume yang
sudah ditentukan (jika langsung direkonstitusi).
·
Hitung waktu rekonstitusi.
EVALUASI
SEDIAAN SUSPENSI REKONSTITUSI
A.
Evaluasi Fisika
1.
Organoleptik
Dilakukan pengamatan terhadap warna (intensitas warna), bau (terjadinya
perubahan bau), rasa (perubahan mouthfeel).
2.
Penentuan volume sedimentasi
3.
Penentuan waktu rekonstitusi
4.
Penentuan viskositas dan sifat aliran
5.
Penentuan homogenitas
6.
Penentuan pH
7.
Penetapan kadar air
8.
Ukuran partikel & distribusi ukuran partikel
zat yang terdispersi
9.
Berat jenis sediaan
10.
Penentuan volume terpindahkan
B.
Evaluasi Kimia
1.
Penetapan kadar (dalam monografi zat aktif
masing-masing)
2.
Identifikasi (dalam monografi zat aktif masing-masing)
C. Evaluasi
Biologi
1.
Penetapan potensi antibiotika(FI IV <131>,
hal 891-899)
2.
Pengujian efektivitas pengawet antimikroba
<61>(FI IV hal 854)
1 komentar:
Maksudnya botol dikeringkan itu apa ya pak?
Posting Komentar