(FI IV
hal.1112-1116, FI III hal 18-19, TPC ed 12 hlm 538-554, Tekn. FA Sediaan Steril 55-58,Principles of
Sterile Product Preparation 73-74/PSPP)
1. Sterilisasi uap
Proses sterilisasi termal menggunakan uap jenuh di bawah tekanan berlangsung di
suatu bejana di sebut otoklaf. Suatu siklus otoklaf yang ditetapkan dalam
farmakope, untuk media atau pereaksi adalah selama 15 menit, 121oC, kecuali
dinyatakan lain.
Prinsip
dasar kerja alat : udara di dalam bejana diganti dengan uap jenuh, dan hal ini
dicapai dengan menggunakan alat pembuka atau penutup khusus. Faktor yg mpengaruhi
desain&pemilihan suatu siklus utk produk atau komponen tertentu a.l:
ketdkstabilan panas bahan, pengetahuan ttg penetrasi panas ke dlm bahan, faktor
lain yg tercantum dlm program validasi (FI IV).
Sediaan
yang akan disterilkan diisikan ke dalam wadah yang cocok, kemudian ditutup
kedap. Jika volume dalam tiap wadah tidak lebih dari 100 ml, sterilisasi
dilakukan dengan uap air jenuh pada suhu 115oC-116oC selama 30 menit. Jika
volume dalam tiap wadah lebih dari 100 ml, waktu sterilisasi diperpanjang hingga
seluruh isi tiap wadah berada pada 115oC-116oC selama 30 menit (FI III).
Digunakan
utk zat yg stabil pd panas, tahan lembab dan dpt ditembus uap air panas.
Reaksi kimia yg mematikan tjd lbh mudah dgn adanya air & konsekuensinya
akan butuh wkt pemaparan panas lbh sedikit utk membunuh mikroorganisme dlm
keadaan terhidrasi dibandingkan keadaan kering. Inaktivasi panas dlm sel
terhidrasi disebabkan oleh denaturasi dan koagulasi ireversibel enzim dan
struktur protein, kemungkinan melalui proses hidrolisis. Hubungan suhu dan
waktu tunggu utk sterilisasi panas lembab: (TPC)
Suhu °C
|
Wkt tunggu minimum (menit)
|
Fo (menit)
|
115-118
121-124
126-129
134-138
|
30
15
10
3
|
7,5-15
15-30
32-63
60-150
|
Ikatan
hidrogen mudah putus dgn adanya molekul air krn terjadinya ikatan hidrogen
antara masing-masing gugus amino & karboksi dengan molekul air. Fungsi air
pd panas lembab adh dlm proses denaturasi.
Keuntungan:
adanya uap jenuh mpnyai aktivitas pembunuhan yg tinggi & dpt membunuh semua
jns mikroorganisme, tmsk spora yg resisten, dlm wkt 15 mnt 121°C, murah,
sederhana, hny membutuhkan pemantauan waktu, suhu&tekanan, cepat.
2. Sterilisasi panas
kering
Proses sterilisasi termal untuk
bahan yang tertera di farmakope dengan menggunakan panas kering biasanya
dilakukan dengan suatu proses bets dalam suatu oven yang didesain khusus untuk
tujuan tersebut. Distribusi panas dapat berupa sirkulasi atau disalurkan
langsung dari suatu nyala terbuka (FI IV).
Sediaan
yang akan disterilkan dimasukkan ke dalam wadah kemudian ditutup kedap atau
penutupan ini bersifat sementara untuk mencegah cemaran. Jika volume dalam tiap
wadah tidak lebih dari 30 ml, panaskan pada suhu 150oC
selama 1 jam. Jika volume dalam tiap wadah lebih dari 30 ml, waktu 1 jam
dihitung setelah seluruh isi tiap wadah mencapai suhu 150oC.
Wadah yang tertutup sementara, kemudian ditutup kedap menurut teknik aseptik
(FI III).
Teknik
Aseptik. Cara pengurusan bahan steril menggunakan teknik yang
dapat memperkecil kemungkinan terjadinya cemaran kuman hingga seminimum
mungkin. Teknik aseptik dimaksudkan untuk digunakan dalam pembuatan injeksi yg
tidak dapat dilakukan proses sterilisasi akhir, krn ketidakmantapan zatnya.
Teknik ini tidak mudah diselenggarakan dan tidak ada kepastian bahwa hasil
akhir sesungguhnya steril. Sterilitas hasil akhir hanya dapat disimpulkan, jika
hasil itu telah memenuhi syarat Uji sterilitas yg tertera pd Uji
keamanan Hayati. Teknik aseptik mjd hal yg penting sekali diperhatikan pd
waktu melakukan sterilisasi menggunakan cara sterilisasi
penyaringan&pemanasan kering sewaktu memindahkan atau memasukkan bhn steril
ke dlm wadah akhir steril. Dlm hal tertentu, untuk meyakinkan terjadinya
cemaran atar atau tidak sewaktu memindahkan atau memasukkan carian steril ke
dlm wadah steril menggunakan cara ini, perlu diuji dgn cara sbb: Ke dlm salah
saru wadah masukkan medium biakan bakteri sebagai ganti cairan steril.Tutup
wadah&eramkan pd suhu 32oC selama 7 hari. Jk tjd pertumbuhan kuman,
menunjukkan adanya cemaran yg tjd pd waktu memasukkan atau memindahkan caran ke
dlm wadah akhir. Dlm pembuatan cairan steril menggunakan proses ini, obat
steril dilarutkan atau didispersikan dlm zat pembawa steril, diwadahkan dlm
wadah steril, akhirnya ditutup kedap untuk melindungi thdp cemaran kuman. Semua
alat yg digunakan harus steril. Ruangan yg digunakan utk melekukan pekerjaan
ini harus disterilkan terpisah&tekanan udaranya diatur positif dgn memasukkan
udara yg telah dialirkan melalui penyaring bakteri. Lagipula, pekerjaan ini hrs
dilakukan dgn tabir pelindung atau dlm aliran udara steril. Pakaian pekerja hrs
khusus&steril, dilengkapi dgn penutup muka&topi (FI III).
Digunakan
utk zat yg stabil pd panas ttp sensitif lembab atau tidak dpt ditembus uap air
panas. Digunakan utk sterilisasi serbuk obat kering, suspensi obat dgn pelarut
non air, minyak, lemak, waxes, liquids, soft&hard parafin, lubrikan spt
silikon, injeksi minyak, implants, basis salep mata, pakaian bedah, wadah
gelas&logam, alat operasi. Pd suhu diatas 250ºC selama minimal 30 menit
bisa sterilisasi dan depirogenisasi glassware dan logam yg resisten panas.
Variasi suhu oven tidak boleh lbh dr ±5ºC pd suhu sterilisasi selama wkt
tunggu. Barang-barang dibiarkan dingin dlm oven hgg sekitar 40 ºC sebelum kmd
dipindahkan. Inakivasi oleh panas pd sel terdehidrasi, terutama sbg hasil
proses oksidasi.Hubungan suhu dgn wkt tunggu pd sterilisasi panas kering:
Suhu ºC
|
Waktu tunggu minimum (menit)
|
160
170
180
|
120
60
30
|
British Pharmacopoeia 1993
merekomendasikan protokol ini dan menerima hubungan suhu dan
waktu tunggu lain misalnya pd
bbrp minyak yg membutuhkan suhu lebih rendah (TPC).
Keuntungan: pd suhu tertentu dpt
utk sterilisasi&depirogenisasi, metode aman&terpercaya.
Tingkat pembunuhan &
penetrasi tergantung pd enrgi yg digunakan, jika energi panas cukup dpt
berpenetrasi baik&membunuh semua mikroorganisme.(Diktat steril)
3. Sterilisasi
gas
Pilihan untuk menggunakan
sterilisasi gas sebagai alternatif dari sterilisasi termal sering
dilakukan jika bahan yang akan disterilkan tidak tahan terhadap suhu tinggi
pada proses sterilisasi uap atau panas kering. Bahan aktif yang umumnya
digunakan pada sterilisasi gas adalah etilen oksida. Keburukan dari bahan ini
adalah sangat mudah terbakar, bersifat mutagen dan kemungkinan adanya residu
toksik dalam bahan yang disterilkan terutama yang mengandung ion klorida.
Proses sterilisasi umumnya berlangsung dalam bejana yang bertekanan yang
didesain sama seperti otoklaf tetapi dengan tambahan bagian khusus yang hanya
terdapat pada alat sterilisasi yang menggunakan gas. Kualifikasi proses
sterilisasi gas etilen oksida lebih luas cakupannya drpd cara sterilisasi
lainnya krn selain suhu, kelembaban, tekanan positif atau hampa udara jg
diperlukan pengendalian ketat thdp kadar etilen oksida. Keterbatasan utama dari
proses sterilisasi etilen oksida adalah terbatasnya kemampuan gas tersebut
untuk berdifusi sampai ke daerah yang paling dalam dari bahan yang disterilkan.
Jd desain kemasan&cara pengisisan bejana sterilisasi hrs ditetapkan
sedemikian rupa hingga resistensi minimal thdp difusi gas (FI IV).
Untuk materi yg kompatibel dgn
gas yg digunakan, tidak tahan pd suhu sterilisasi uap, panas kering, atau dosis
radiasi tinggi. Kondisi kritis yg hrs dikontrol: konsentrasi gas, suhu,
kelembaban relatif, dan waktu pemaparan. Dgn melihat faktor kritis pd proses
sterilisasi gas mk metode ini tidak disarankan selama masih ada metode lain yg
sesuai.
Gas etilen oksida biasa digunakan
utk sterilisai peralatan medis, jg bisa utk wadah plastik&serbuk
termolabil. Etilen oksida merupakan pengalkilasi kuat dan aktivitas antimikroba
melalui alkilasi gugus sulfhidril, hidroksil, karboksil, amino pd
protein&asam nukleat. Tidak ada siklus standar utk sterilisasi dgn etilen
oksida, siklus yg digunakan biasanya pd rentang kadar gas 250-1500 mg/L,
kelembaban relatif 30-90%, suhu 30-65o,&wkt pemaparan 1-30 jam.
Gas yang lain yang dapat dipakai
yaitu formaldehid (seperti box sterilisasi), hidrogen peroksida, ozon, klorin
dioksida.
Gas formaldehid tdk berwarna, tdk
eksplosif, tdk mdh tbakar. kekuatan penetrasinya rendah, afinitas thd air
tinggi, mudah tpolimerisasi pd permukaan pd suhu dibawah 80o,
toksik bg manusia ttp dibandingkan etilen oksida, dia dpt dideteksi dgn baunya
pd konsentrasi yg msh dibawah kdr toksiknya.
Hidrodgen peroksida, proses
sterilisasi pada suhu rendah (4-80o)& dgn kadar gas rendah
(0,5-5 mg/L) yg diklaim tidak korosif, dgn siklus sterilisasi kurang dr 90
menit telah diterima. Hidrogen Peroksida tdk dapat digunakan utk sterilisasi
liquid&inkompatibel dgn material selulosa berpori tinggi dan nilon.
Ozon
merupakan bahan pengoksidasi kuat, aktif melawan endotoksin. Proses sterilisasi
pd kelembaban relatif 75-90%, suhu rendah (25o), kadar gas 2-5mg/L. Kelembaban
tinggi pd prosesnya, sifat pengoksidasinya menyebabkan korosi logam, degradasi
karet&bbrp plastik, sehingga menyebabkan sedikitnya penggunaan utk
sterilisasi.
Klorin
oksida telah byk digunakan utk pegolahan air. Proses sterilisasi pd kelembaban
relatif tinggi (>80%), suhu rendah (25-30ºC), kadar gas <2,5mg/L. Sifat
klorin oksida; korosif, kompatibel dgn bbrp plastik, selulosa, karet silikon
& stainless steel (TPC).
4. Sterilisasi dengan radiasi ion
Untuk
yg tahan radiasi tinggi, tidak tahan panas & kekhawatiran ttg keamanan
etilen oksida. Keunggulan sterilisasi radiasi meliputi reaktivitas kimia
rendah, residu rendah yang dapat diukur dan kenyataan yang membuktikan bahwa
variabel yang dikendalikan lebih sedikit. Radiási hny menimbulkan sedikit
kenaikan suhu, ttp dpt mpengaruhi kualitas&jenis plastik atau kaca
tertentu. Ada 2 jenis radiasi ion yang digunakan yaitu disintegrasi radioaktif
dari radioisotop (radiasi γ)
dan radiasi berkas elektron. Utk sterilisasi radiasi γhrs dipilih
dosis sterilisasi yg efektif&dpt ditoleransi tanpa menimbulkan kerusakan.
Bdasarkn pengalaman dipilih dosis 2,5 Mrad radiasi yg diserap, ttp dlm bebrapa
hal, diinginkan&dpt deterima penggunaan dosis lbh rendah/tinggi untuk
peralatan, bhn obat&bentuk sedían akhir (FI IV).
Radiasi
γadh
elektromagnetik energi tinggi dgn λ1-10nm
& energi 10-10 eV. Absorpsi ke dlm sel akan menyebabkan ionisasi komponen
sel, pembentukan radikal bebas,&eksitasi molekul yg memicu disorganisasi
enzim&DNA serta kematian sel. Resistensi oleh radiasi berhubungan dgn
besarnya kerusakan yg dibutuhkan untuk menyebabkan kematian & kapasitas
organisme utk memperbaiki kerusakan. Kemampuan penetrasi tinggi, kenaikan suhu
yg dpt diabaikan pd objek yg diradiasi dgn dosis normal,& tdk menginduksi
radioaktivitas. Umumnya sumber radiasi γadh
Co-60. Dosis utk sterilisasi berbeda-beda. Di
UK&most Eropa Sterilisasi radiasi γdgn
dosis minimum 25kGy. Agen protektif spt komponen yg mengandung sulfhidril,
askorbat & gliserol meningkatkan resistensi. Diskolorasi mengkin tjd selam
srasiasi pd bbrp gelas & plastik spt PVC,
politetrafluoroetilen&polipropilen. Degradasi material oleh radiasi
diperbesar dgn adanya air & hal ini membatasi penggunaan radiasi γutk
sterilisasi larutan obat dgn pelarut air. Penggunaan utama utk sterilisasi
peralatan medis. Dpt utk sterilisasi enzim, vitamin, mineral, antibiotik,
antibodi monoklonal,& peptida.
Elektron
energi tinggi adh partikel βyg
dipercepat oleh energi tinggi dgn menggunakan potensial voltase tinggi.
Penetrasi lbh kecil dibandingkan radiasi γ.
Radiasi UV adlh pd λ210-328nm. Aktivitas Bakterisidal maksimumnya ditunjukkan pd λ253,7nm. Radiasi UV adlh energi rendah,
tidak mengionisasi, hny meningkatkan eksitasi molekul. Efek hny pd
mikroorganisme yg terpapar langsung oleh radiasi. Sebagian besar mikroorganisme
melalui proses enzimatik dpt memperbaiki kerusakan yg diinduksi oleh UV. oleh
krn itu hny sesuai utk sterilisasi udara dan air dalam lapisan tipis &
permukaan keras yg impermeabel.
Radiasi UV Tidak direkomendasikan utk
sterilisasi produk.(TPC)
Keuntungan:penetrasi tinggi (radiasi γ), aktivitas pembunuhan tinggi sehingga tingkat
kepercayaan tinggi. (diktat steril)
4. Sterilisasi dengan penyaringan
Sterilisasi larutan yang labil terhadap
panas sering dilakukan dengan penyaringan menggunakan bahan yang dapat
menahan mikroba, sehingga mikroba yang dikandung dapat dipisahkan secara
fisika. Perangkat penyaring umumnya terdiri dari suatu matriks berpori,
bertutup kedap atau dirangkaikan pada wadah yang tidak permeabel. Efektivitas
suatu penyaring media atau penyaring substrat tergantung pada ukuran pori bahan
dan dapat tergantung pada daya absorbsi bakteri pada atau dalam matriks
penyaring atau bergantung pada mekanisme pengayakan. Penyaringan untuk tujuan
sterilisasi umumnya dilaksanakan menggunakan rakitan yang memiliki membran
dengan porositas nominal 0,2 µm atau kurang. Media membran penyaring yg tsedia
saat ini: celulosa asetat, celulosa nitrat, fluorokarbonat, polimer akrilik,
polikarbonat, poliéster, PVC, vinil, nilon, politef, & jg membran logam,
& ini dpt diperkuat atau ditunjang oleh bahan berserat internal. Rakitan penyaring
membran harus diuji utk integritas awal sblm&sesdh digunakan (FI IV).
Larutan disaring melalui penyaring bakteri
steril, diisikan ke dlm wadah akhir yg steril, kmd ditutup kedap merurut Teknik
aseptik (FI III).
Metode cepat, dan kususnya sesuai utk
larutan yg mengandung bahan termolabil yg tdk bisa dengan sterilisasi panas
walaupun menggunakan protokol dgn waktu singkat & suhu tinggi. Minyak,
cairan kental, pelarut organik dapat disterilisasi dgn cara ini. Tidak dpt
membedakan mikroorganisme/partikel hidup&mati, & akan memisahkn semua
tipe partikel dgn ukuran lbh besar dr ukuran pori membran (TPC).
Filter & perangkatnya harus kompatibel
secara fisik&kimia dgn larutan & bisa tahan dgn suhu & tekanan
selama proses. Berbagai pertimbangan pemilihan filter:
a.
Ukuran pori maksimum
pori 0,22 µm, tetapi utk kepastiannya perlu ditentukan SAL (sterility assurance
level). Batasan Normal SAL utk filter 0,22 µm yg dpt diterima 1:1000 atau dgn
kata lain tidak lebih dr 0,1% mikroorganisme yg tertinggal.
b.
Kompatibilitas
Hati-hati:Pelarut terutama alkohol, glikol, dimetilformamid dpt menyebabkan
polimer mengembang & larut.
c.
Volume cairan Utk
memperoleh kecepatan aliran yg sesuai perlu filter dgn luas area permukaan yg
sesuai.
d.
Beban partikulat Saat
sterilisasi dgn filtrasi, proses sterilisasi filtrasi tsb hrs komplete/sempurna
tanpa mengganti filternya. Ketika
partikulat dlm larutan tinggi maka diperlukan satu/lbh prefilter. Bila beban
partikulat relatif rendah, bisa digunakan filter membran 5µm utk prefilternya. (PSPP)
6.
Pemanasan dengan bakterisida
Sediaan
dibuat dengan melarutkan atau mensuspensi bahan obat dalam larutan klorkresol P
0,2% b/v dalam air untuk injeksi atau dalam larutan bakterisida yang cocok
dalam air untuk injeksi. Isikan ke dalam wadah lalu ditutup kedap. Jika volume
dalam tiap wadah tidak lebih dari 30 ml, panaskan pada suhu 98-100oC
selama 30 menit. Jika volume lebih dari 30 ml waktunya diperpanjang hingga
seluruh isi tiap wadah berada pada suhu 98-100oC selama 30 menit. Jika dosis
tunggal injeksi yang digunakan secara iv lebih dari 15 ml, pembuatan tidak
dilakukan dengan cara ini. Injeksi yang digunakan secara intratekal,
intrasisternal, atau peridural tidak boleh dibuat dengan cara ini (FI III).
***Untuk
sedíaan yg tidak dapat disterilkan dgn salah satu cara diatas, pembuatan
dilakukan dgn cara teknik aseptik yg umumnya sbb:
a. Masing-masing bahan dan wadah disterilkan menurut salah satu cara
di atas.
b. Pencampuran dilakukan sesempurna mungkin
hingga memenuhi syarat Uji bebas jasadrenik. (FI III hal 19).
***Dlm prakteknya untuk mengurangi bioburden semua alat
dan bahan yang memungkinkan di sterilisasi terlebih dahulu dan proses aseptik
tetap digunakan, baik utk metode pembuatan secara aseptik maupun sterilisasi
akhir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar