Google ads

Kamis, 07 April 2016

PEMBUATAN SUSPENSI ANTASID




I. PENDAHULUAN
Ada dua jenis suspensi antasida yaitu :
1.         Antasida
2.         Clay atau lempung seperti yang digunakan di formasi berfungsi untuk mengadsorpsi, biasanya digunakan untuk obat diare. Hampir sama dengan tablet seperti attapulgid.

A. Antasida
Antasida digunakan untuk menetralkan asam lambung. Jika asam lambung terlampau asam atau pH sangat rendah dapat menyebabkan ulcer atau luka sehingga pH tidak boleh terlalu rendah.
Antasida adalah :
1. Zat yang bereaksi dengan asam didalam lambung dan ideal sekali dapat menarik pH isi lambung antara 4 - 5
2. Semua produk antasida mengandung sekurangnya salah satu dari bahan untuk neutralizer primer yang merupakan senyawa-senyawa dari NaHCO3, CaCO3, garam Al dan Mg. Kemudian dicampur dengan zat-zat lain agar memenuhi syarat antasida. Fungsi antasida yaitu untuk menetralkan kelebihan asam lambung. Syarat-syarat ideal antasida yaitu :
- Efisien : hanya dibutuhkan sejumlah kecil sediaan antasida untuk mampu menetralkan kelebihan asam.
- Efektif : efek harus diperpanjang atau diperlama tanpa terjadinya pengikatan kembali / rebound / pelepasan CO2 setelah terjadinya reaksi antara HCl dan antasida.
- Aman : produk tidak boleh mengganggu kesetimbangan elektrolit atau glukosa darah / menyebabkan diare / konstipasi (hampir semua antasida primer menyebabkan konstipasi sehingga dicampur dengan yang lain/tidak murni).
- Harga : tidak mahal karena penderita menggunakan antasida ini dalam jangka waktu lama. - Palatable: rasa menyenangkan atau dapat diterima oleh mulut.
Persyaratan tersebut menunjukkan tidak satupun produk yang memenuhi syarat ini. Contoh : Al(OH)CO3 menyebabkan konstipasi
Mg(OH)2 laksatif
NaHCO3 alkalosis sistematik dan mengikat lagi asam juga melepas CO2 CaCO3 hipersekresi gastric dan melepas CO2
Al(OH)3 konstipasi
Dalam antasida potensi tinggi perlu penambahan senyawa-senyawa yang termasuk kelompok heksitrol (senyawa-senyawa polialkohol seperti manitol, sorbitol dsb).
Kunci dalam pembuatan antasida yaitu :
1 Harus teknik aseptis. Melalui pensterilan semua alat dengan klorinace (air + NaH4Cl) untuk desinfektan dan semua direndam. Senyawa desinfektan yang digunakan adalah Cl2.
2. Sifat Al(OH)3 di dalam larutan atau terdispersi merupakan dispersi koloidal dan terjadi polimerisasi sehingga akan membentuk kristal dan memadat. Hal ini akan menghilangkan kapasitas penetralan asamnya, dengan heksitrol akan teradsorpsi pada permukaan Al dan mencegah polimerisasi dari Al. Penambahan heksitrol penting agar tidak terjadi polimerisasi atau tidak terbentuk gel. Masalah-masalah yang berhubungan dengan antasida adalah:
a.         Sorbitol jika banyak digunakan akan melanjutkan efek laksan.
b.         Rasa dari antasida dipengaruhi oleh zat aditif.
c.         Rasa antasida seperti kapur, pasir. Bagaimana agar palatable?
d.        Kalium sitrat yang dapat digunakan sebagai dapar dapat menunjukkan rasa tidak enak.
e.         Pengawet paraben akan memberikan rasa ikutan tidak enak karena merupakan senyawa fenolik.
3. Sifat Al(OH)3 koloidal atau Al(OH)3 pada umumnya adalah partikel sangat halus dan mempunyai sifat adsorben. Sehingga jika ada mikroba akan mengadsorpsi pada permukaannya. Dan jika menggunakan pengawet akan teradsorpsi sebagian dipermukaan sehingga tidak efektif. Jika salah formula dan ditambah medium ideal bagi mikroba maka kosentrasi pengawet akan turun dan yang
bebas tidak cukup menetralkan mikroba. Dan mikroba akan berkembang dan hasil fermentasinya yang menyebabkan bau tidak enak
4.         pH pengawet efektif pada pH tertentu oleh sebab itu sangat tergantung pada pH sediaan antasida.
Hanya pengawet-pengawet tertentu yang dapat digunakan untuk sediaan ini. Seperti Kalium
sorbat, Kalium salisilat, Na salisilat semua tidak dapat digunakan sebagai pengawet antasida.
5.         Rasa tidak enak seperti kapur atau pasir yang tidak mudah ditutup.
6.         Suatu antasida atau kriteria acid netralized capacity (ANC). Jika tidak memenuhi maka sediaan tidak memenuhi syarat.
7.         Antasida harus : bebas dari mikroba pathogen dan mempunyai batas/limit cemaran mikroba.
Suspensi antasid Al(OH)3 cenderung memadat /membentuk gel selama masa penyimpanan. Pemadatan ini berlangsung lebih cepat bila suspensi disimpan pada kondisi suhu yang tinggi (30-40° C). Pemadatan secara drastis juga ditemukan pada suspensi antasid dengan potensi tinggi yang mengandung banyak gel Al(OH)3. Untuk mengatasi hal ini maka dilakukan penambahan heksitol (sorbitol atau manitol) dengan konsentrasi 0.5-7%, tergantung pada konsentrasi Al(OH)3 dalam suspensi tersebut. Pembentukkan gel ini juga dapat dihambat/dicegah dengan penambahan 0.1-0.5% kalium sitrat/natrium sitrat. Kalium sitrat lebih banyak digunakan karena konsumen biasanya lebih suka menggunakan antasid yang rendah natrium. Mekanisme kerjanya adalah sebagai berikut, partikel Al(OH)3 mempunyai kelebihan muatan positif dari ion Al3+. Dengan penambahan kalium sitrat pada suspensi antasid Al(OH)3 maka nilai potensial zeta akan menurun sampai pada titik dimana sistem suspensi meningkatkan agregasi maksimum sehingga didapat efek pengenceran.
Yang banyak digunakan sebagai antasida dalam campuran adalah Al(OH)CO3 dan Mg(OH)2 karena Al(OH)3 memiliki efek konstipasi sedangkan Mg(OH)2 memiliki efek laksan. Suspensi akan stabil jika pH diatur atau dikontrol dan ukuran partikelnya. Untuk perbandingan yang baik akan diperoleh kurang lebih pH 4 - 5. Jika ditambahkan buffer fosfat maka pH akan menjadi 5. Tetapi efisiensi tidak baik sehingga formulasi dan harga dapat dioptimasi.
Berikut ini adalah formula umum dari suspensi antasid:
Bahan
Persentase dalam formula
A
B
AHLT-LW, gel AlOH3
23.33
28.75
Pasta MgOH2
13.11
16.4
Larutan sorbitol (70%) USP
-
10
Kalium sitrat, USP
0.6
-
Metilparaben, NF
0.2
0.2
Propilparaben, NF
0.02
0.02
Sakarin, NF
0.1
0.05
Minyak peppermint, NF (Flavor)
0.005
0.005
Alkohol, USP
1
1
Aquades, USP q.s
100
100
Rasa dari antasid harus dipertimbangkan karena mempunyai rasa yang tidak enak. Kalium sitrat atau sorbitol digunakan untuk mencegah pemadatan suspensi, kalium sitrat mempunyai rasa yang tidak enak sementara sorbitol memiliki rasa yang manis. Paraben juga memiliki rasa yang tidak enak sehingga konsentrasinya dikurangi untuk menghindari rasa tidak enak tersebut. Untuk mengatasi berkurangnya paraben, dapat digunakan pengawet yang bersifat antioksidan atau dengan pasteurisasi produk akhir.

B. Clay
Ada lima kelompok yang dibahas, yaitu : kaolin, bentonit, heptapurin, atapulgid, MgAl silikat (antasida yang spesifik).
Senyawa clay:
1.         Kimia inert sering digunakan sebagai obat OTC/obat bebas dan obat diare.
2.         Sering diformulasikan dalam dosis tinggi.
3.         Diformulasi dalam suspensi dengan penambahan flavour, untuk meningkatkan palatability.
clay yang sering digunakan adalah hidrokoloid dan adsorben, yaitu senyawa-senyawa silikat yang hanya berbeda pada komposisi logamnya. Clay ada dua jenis, yaitu :
1.         Clay dengan daya adsorpsi tinggi.
2.         Clay dengan daya adsorpsi rendah.
Kedua jenis diatas hanya berbeda pada kation-kation senyawa silikat.
Clay ada dua bentuk :
1.         Bentuk serat (fiber)
2.         Bentuk plat (platy)
Pada bentuk plat ada bermuatan + pada sisi-sisinya dan bermuatan - pada kedua permukaannya, yang bergantung pada pH. Pada pH tertentu terjadi zero point, dimana muatan atas dan bawah sama. Jika pH suspensi lebih rendah dari pada zero point maka sisi plat akan bermuatan positif. Hal ini menyebabkan permukaan menarik partikel sehingga menghasilkan rumah tiga dimensi dari jaringan kartu. Suspensi akan sangat tiksotropik bila didiamkan. Partikel akan saling tolak­menolak dan tidak membentuk jaringan tiga dimensi/tidak tiksotropik. Viskositas kurang jika muatan berbeda.
Yang penting dari clay dan antasida adalah struktur dan muatan elektrik. Sifat-sifat koloid berbeda­beda ada yang elektropositif dan elektonegatif. Sesuai dengan sifat electromagnet muatan yang sama akan tolak menolak dan muatan yang berbeda akan tarik menarik. Maka struktur clay akan membentuk bangunan seperti rumah. Sehingga sifat aliran berbeda jika muatannya berbeda.

C. Proses Pengembangan Sediaan
Semua antasida dan clay menunjukkan muatan permukaan sehingga pH sangat berperan. Jika salah pada pengaturan pH dapat terlalu encer seperti air dan kental.
Contoh :
1.         R/ Malgadarat (yang banyak digunakan sebagai antasida)
Bentonit
Secara permanent ada muatan permukaan karena adanya substitusi isomorf.
2.         R/ Al(OH)CO3
Mg (OH)3
Mempunyai muatan permukaan yang selalu tergantung pada pH karena terjadinya ionisasi hidroksil permukaan dengan karbonat (ada CO3- teradsorpsi : sangat mempengaruhi stabilitas koloid Al(OH)3). Jadi Al(OH)3 terkontaminasi oleh CO3 -.
Secara prinsip harus hati-hati dalam pengembangan formulasi sediaan cair yang mengandung muatan elektrik. Al3+ mempengaruhi flokulasi. Besarnya efek muatan permukaan sangat terlihat jelas pada sifat-sifat biologi sediaan terutama bentonit. Contoh : aliran bentonit dan kombinasi bentonit dan Al berbeda.
Contoh efek muatan permukaan terhadap reaktivitas asam. Dari suspensi antasida akan ditemukan pada pembuatan produk dengan campuran Al(OH)3 dan Mg(OH)2. Zero point dari Mg(OH)2 pada pH kurang lebih 10, sedangkan zero point dari Al(OH)3 pH 6,5. Suspensi dari keduanya memeliki pH 8. Dalam hal ini Mg(OH)2 bermuatan negatif. Sehingga ada gaya tarik elektrostatik antara dua bahan aktif. Jika diberi dapar artinya kita memberi muatan elektrik. Sehingga mengubah komposisi muatan sistem yang menimbulkan masalah-masalah lain.

D. Tipe-tipe Suspensi Antasid (Pharm Dosage Form, Disperse System, vol 2, 1989 hal 219) Terdapat empat tipe suspensi antasid yaitu :
a. Single strength suspension, yaitu suspensi antasid yang memiliki kapasitas penetralan 10-15 mekiv terhadap HCl setiap 5 ml dosis.
b.         Double strength suspension, yaitu suspensi antasid yang memiliki kapasitas penetralan 20-30 mekiv terhadap HCl setiap 5 ml dosis.
c.         Antasid mengandung antiflatulen atau anti kembung. Antasid ini dapat single strength atau double strength, pada umumnya mengandung 20-40 mg simeticone setiap 5 ml dosis
d.        Floating antasid suspension merupakan antasid yang memiliki kapasitas penetralan rendah. Pada umumnya juga mangandung alginate dan antasid berisi karbonat yang berkontak dengan asam lambung, membentuk lapisan dengan kerapatan rendah dan melapisi permukaan lambung.


II. FORMULA
Formula Umum Suspensi Antasid dan Clay
a.         Zat aktif (antasid, antiflatulen=anti kembung : untuk antasida yang melepaskan CO2 atau kembung perlu ditambahkan antiflatulen, dan clay).
b.         Suspending agent penting diperhatikan karena peranan muatan dalam formulasi.
c.         Pemanis (mencegah kontaminasi mikroba dan mencegah polimerisasi).
d.        Pengawet. Perlu diperhatikan sifat adsorpsi dan pH efektif.
e.         Anticacking dan antigelling agent dari sediaan.
f.          Flavour.
g.         Mouth feel : mempengaruhi rasa mulut agar tidak terasa pasir.
h.         Colouring agent

A. Zat Aktif Suspensi Antasida (Pharm. Dosage Form: Disperse System Volume 2, hlm. 209-213) 1. Antasida
a. Al(OH)3
Biasa digunakan dalam bentuk tunggal atau campuran reaksi. Agar reaksi berjalan pada gastric pH rendah maka digunakan Al(OH)3 dalam bentuk amorf. Al(OH)3 akan mengalami polimerisasi cepat membentuk kristalin. Dikenal dengan nama gibbsite (bentuk kristalin). Bentuk gibbsite bereaksi lemah dan lama dengan HCl. Dalam kebanyakan sediaan antasida Al(OH) CO3 yang digunakan. Dimana CO3 akan memberikan stabilisasi reaktivitas asam pada polimerisasi. Al(OH)3 mempunyai kemampuan dapar lambung pada pH 3-4 (uji Rosset Rise Test/RRT). Antasida ideal mampu mendapar pada pH 3-5 (lambung). Dengan meningkatnya pH lebih dari 3 sebagian pepsin akan diinaktifkan. Sedangkan lebih 5 kemungkinan terjadi pengikatan kembali asam/acid rebound. Al(OH)3 adalah antasida non sistemik. Reaksi Al(OH)3 dengan HCl secara stoikiometri adalah :
Al(OH)3 + 3HCl à AlCl3 + 3H2O
Ekivalensi 1 gram Al(OH)3 kering mampu menetralkan 29,4 mekiv HCl. Sehingga bisa single strength atau double strength.
·           Kelemahannya :
-          akan mengadsorpsi pepsin PO4 dan garam-garam empedu
-          pada dosis tinggi akan menyebabkan konstipasi
-          akan memperlama pengosongan lambung.
·           Kebaikan : karena kandungan Na rendah maka dapat digunakan untuk penderita hipertensi.
Untuk suspensi biasanya digunakan bentuk gel atau cairan.
b. Mg(OH)2
Mg(OH)2 jarang digunakan sendiri, lazim campuran dengan Al(OH)3 karena keuntungan­keuntungan tadi. Mg(OH)2 berbentuk kristal “brussite” : yang bereaksi dengan cepat dengan HCl meningkatkan pH lebih cepat pada pH>3. Reaksinya adalah sebagai berikut :
Mg(OH)2 + 2 HCl à Mg Cl2 + 2 H2O
Berbeda dengan Al(OH)3, Mg(OH)2 tidak mampu mendapar lambung hingga pHnya 3-5 tetapi pada pH 8-9. pH tinggi ini akan menimbulkan pengikatan kembali asam. Merupakan antasida non sistemik. Muatan permukaan tergantung pada pH. Ekivalensinya 1 gr Mg(OH)3 mampu menetralkan 34,3 mekiv HCl. Mengandung Na rendah sehingga dapat digunakan pada penderita hipertensi. Menunjukkan efek laksatif, mengikat beberapa garam empedu tapi tidak semudah Al(OH)3. Untuk suspensi digunakan untuk gel, cairan, serbuk. Mg(OH)3 jika dikombinasi dengan Al(OH)3 : suspensi bereaksi dengan HCl secara cepat dan mendapar lambung pada pH lambung 3-5. Bisa membentuk gel tiksotropik sehingga memerlukan penambahan antigelling agent (Al menyebabkan polimerisasi, Mg menyebabkan tiksotropik jadi bentuk dodol).
c.       CaCO3
CaCO3 digunakan sendiri atau campuran dengan Al atau Mg(OH). CaCO3 adalah mineral bentuk kristalin “calcite”. CaCO3 kristalin bereaksi cepat dengan HCl yaitu secara cepat meningkatkan pH lambung >3. Reaksi yang terjadi secara stoikiometri :
CaCO3 + 2HCl à CaCl2 + CO2 + H2O
Menurut RRT secara invitro : pH tetap terjaga pada pH 7 yang merangsang acid rebound. Merupakan antasida nonsistemik. Penggunaan kronik dapat mengakibatkan gagal ginjal. Dalam dosis tinggi dapat menyebabkan efek konstipasi, dapat meyebabkan perut kembung karena membebaskan CO2. Tersedia dalam berbagai macam grade yang berbeda dalam ukuran partikelnya. Dalam suspensi dengan grade yang ringan, digunakan ukuran partikel 1-4 m.
d.      Magnesium trisilikat
Mg trisilikat : 2MgO. 3SiO2. XH2O merupakan antasida yang lemah. Kerja onset lambat. Tidak mampu memenuhi syarat sediaan untuk obat bebas. Oleh sebab itu selalu dikombinasi dengan antasida lain. Di dalam lambung, Mg trisilikat yang belum atau tidak dapat bereaksi dapat teradhesi pada ulcer yaitu memproteksi ulcer terhadap pengaruh-pengaruh asam lambung. Merupakan antasida non sistemik. Acid consuming capacity : setelah empat jam pada 37ºC mampu menetralisir 15 mekiv HCl, disamping juga protektif. Tidak menginaktifkan pepsin pH<6. Mengikat beberapa asam empedu tetapi kurang dari Al(OH)3. Dalam dosis tinggi akan menimbulkan efek laksan. Reaksi yang terjadi dengan HCl adalah :
2MgO3SiO2 x H2O + HCl à 2MgCl2 + 3SiO2 + (x + 2)H2O
e.       Magnesium Karbonat
Mg3(CO3)2 tergantung dari cara manufaktur, komposisi dapat bervariasi. Dari basic hydrated Mg3(CO3)2 dengan rumus Mg(CO3)4 Mg(OH)2 sampai bentuk hidrat Mg3(CO3)2 dengan rumus Mg CO3 n H2O : sulit karena merupakan campuran-campuran. Basic hydrated Mg3(CO3)2 mempunyai kapasitas penetralan 1 gr dapat menetralisir 20,0 mekiv HCl. Dari uji invitro pH naik sampai >5 dan dapat menyebankan acid rebound. Dosis moderat tinggi dapat menyebabkan efek laksan, flatulensi karena melepaskan CO2. Ada dalam bentuk serbuk ringan, serbuk berat. BJ tergantung pada kosentrasi reaktan, temperature selama pengendapan. Terjadi aging selama manufaktur. Untuk antasida digunakan bentuk ringan/light.
(MgCO3)4 . Mg(OH)2 5H2O + 10 HCl à 5MgCl2 + 4CO2 + 4H2O
f.       Magaldrat
Magaldrat merupakan kelompok hidrotalcite. Struktur seperti MgOH pada mana ion Al menggantikan setiap 3 Mg dalam lactice prucid (struktur ruangnya). Hal ini menyebabkan lactice bermuatan positif dimana anion terletak antara lapisan Mg dan Al secara bergantian. Dalam malgadral sebagian anion adalah SO42-. Struktur malgadral adalah Mg4Al2(OH).12 SO4. Kerja cepat dengan kemampuan mendapar pada pH 3-5 (uji in vitro). Kapasitas penetralan asam 1 gram serbuk malgadral sebanding dengan 25, 6 mekiv HCl. Sifat antara laksan dan konstipasi relative seimbang. Kadar Na rendah. Tersedia dalam bentuk serbuk dan suspensi. Na dapat berasal dari impurities dari pendaparan, sisa pijar/abu.
Mg­4Al2(OH)12 SO4 + H2O + 2HCl à MgSO4 + 3MgCl2 + 2AlCl3 + 13 H2O
2. Clay
a. Kaolin
Kaolin adalah alumunium silikat hidrat dengan rumus kimia Al2O3.2SiO2.2H2O. merupakan senyawa yang berasal dari alam. Untuk memurnikan kaolin digunakan HCl atau asam sulfat. Kaolin memiliki sedikit muatan pada permukaan partikelnya dan pada ujung partikelnya dia bermuatan negatif. Kaolin tidak mengembang dalam air. Kaolin mengadsorpsi senyawa­senyawa toksik. Ukuran partikelnya berkisar 0,5-1 m. Kaolin mengandung 0,2% natrium,memiliki luas permukaan yang kecil (7-30 m2/gm gm). Karena kemampuan adsorpsinya, maka ada obat-obat yang dapat diadsorpsi oleh kaolin.
b.      Bentonit
Bentonit memiliki rumus kimia Al2O3.4SiO2.H2O. Secara struktur, bentonit mirip dengan hectorite. Bentonit mengandung besi oksida, kalsium karbonat, dan magnesium karbonat sebagai pengotor. Bentonit mengandung 1,5% natrium. Bentonit tidak larut dalam air tetapi mengembang menjadi 12 kali dalam air. Bentonit membentuk suspensi tiksotropik. Bersifat higroskopik sehingga harus disimpan dalam wadah yang tertutup rapat. Bentonit dapat mengendap oleh asam. Bentonit ini digunakan sebagai suspending agent, stabilizer emulsi, dan absorben. pH suspensi bentonit sekitar 10. Memiliki luas permukaan partikel yang besar (600-800 m2/gm). Bentonit ini inkompatibel dengan elektrolit kuat dan partikel dengan muatan positif yang kuat. Kemampuan membentuk gel dari bentonit ini dikurangi dengan adanya asam dan dapat ditingkatkan dengan alkali seperti magnesium oksida.
c.       Attapulgit
Attapulgit ini merupakan alumunium silikat hidrat. Rumus kimianya MgO.Al2O3.SiO2.H2O. Memiliki luas permukaan yang menengah (125-160 m2/gm) sehingga memiliki kemampuan adsorpsi yang lebih tinggi dari kaolin. Suspensi yang dihasilkannya bersifat tiksotropik dan memiliki pH sekitar 8,5. Viskositas maksimum dicapai pada pH 6-8,5. Attapulgit ini tersedia dalam dua grade, yaitu : bentuk aktif yang regular (ukuran partikel 2,9 m) dimana memiliki kemampuan adsorpsi yang baik tetapi kemampuan koloidalnya rendah; dan bentuk aktif koloidal (ukuran partikel 0,14 m) dimana memiliki kemampuan koliodal dan adsorpsi yang baik.
d.      Magnesium Alumunium Silikat
Magnesium Alumunium Silikat merupakan bentonit magnesium, dimana magnesium menggantikan tempat alumunium dalam struktur bentonit. Kemampuan mengembangnya dalam air lebih besar daripada bentonit. Membentuk suspensi tiksotropik pseudoplastik dan dapat dibasahi dan dikeringkan secara berulang tanpa kehilangan kemampuan mengembangnya. Suspensi yang dibentuknya memiliki pH 9 dan stabil pada pH 3,5-11. Viskositas suspensinya meningkat dengan adanya apans, lama penyimpanan, dan penambahan elektrolit. Mg Al silikat ini mencegah terjadinya caking, mengandung 1,5% natrium.
3.      Antiflatulen (Antikembung)
Zat aktif antiflatulen ini adalah simetikon. Simetikon ini memiliki kemampuan antifoam karena dapat mengurangi tekanan permukaan gas busa. Biasanya dikombinasikan dengan antasid sebagai antiflatulen. Konsentrasi simetikon dalam suspensi antasid berkisar 20-40 mg per 5 mL.

B. Suspending Agent Untuk Suspensi Antasid
(Pharm.Dosage Form : Disperse System, vol 2, 1989, hal 213-215)
Tujuan penggunaan suspending agent pada formula antasid adalah untuk mencegah pengendapan dan mencegah pembentukan caking dari beberapa bahan baku antasid. Suspending agent juga dapat memperbaiki raba mulut sediaan antasid yang pada umumnya berpasir dan berkapur. Suspending agent yang dapat digunakan untuk sediaan antasid adalah suspending agent yang stabil pada pH tinggi (7,5 - 9,5). Suspending agent yang dapat menyebabkan ikatan silang dengan adanya kation polivalen harus dihindari.
Suspending agent yang biasa ditemui dalam sediaan antasid :
1.      Avicell RH 591
Avicel RC 591 terdiri dari 89% selulosa mikrokristalin dan 11% Na CMC yang stabil pada rentang pH luas. Avicel RC 591 membentuk gel yang bersifat tiksotropik pada kosentrasi rendah yang menunjukkan geseran tipis dengan pengadukan sedang dapat diflokulasi dengan menggunakan polimer kationik dan surfaktan.
2.      Alginat Alginat merupakan polisakarida anion hidrofil dengan bobot molekul besar. Viskositas larutan akan menurun dengan peningkatan suhu tetapi hal ini bersifat reversible. Alginat stabil pada pH 4-10 dan membentuk aliran pseudoplastik. Alginat akan mengendap dengan adanya kation polivalen dan inkompatibel dengan senyawa nitrogen quartener.
3.      Metilselulosa-HPMC
Larut dalam air dingin dan tidak larut dalam air panas, membentuk aliran pseudoplastik dan nontiksotropik, viskositas larutan akan menurun dengan meningkatnya suhu dengan titik gel dicapai. Dapat berfungsi emulsifier tetapi dapat menyebabkan busa. Stabil pada pH 3-11.
4.      Guar gum
Merupakan polimer polisakarida non ionik produk netral dengan bobot molekul besar, dapat mengembang dalam air dingin. Guar gum membentuk aliran pseudoplastik nontiksotropik, viskositas akan menurun dengan meningkatnya suhu secara reversible. Pemanasan yang terlalu lama dapat menimbulkan hilangnya viskositas secara irreversible. Guar gum memiliki stabilitas pH yang baik, rentan terhadap mikroba..
5.      HPC
Merupakan polimer polisakarida non ionik dengan pH stabilitas 6-8, larut dalam air pada suhu < 40oC dan akan mengendap pada suhu > 45oC, dapat membentuk aliran pseuodoplastik. Nontiksotropik, dapat menimbulkan busa, serta inkompatibel dengan pengawet paraben.
6.      Xanthan gum
Merupakan polimer polisakarida anionik dengan bobot molekul tinggi, membentuk aliran pseudoplastik, memiliki stabilitas yang baik, tetapi larutannya dapat membentuk gel pada pH tinggi dengan adanya kation divalent, dan membentuk gel dengan adanya kation trivalent pada pH netral. Meningkatnya temperatur dapat sedikit merubah viskositasnya.
7.      CMC
Merupakan polimer polisakarida anionik dengan bobot molekul besar. Larutannya dapat mengendap dengan keberadaan kation trivalen, larutan karboksi metil selulosa akan kehilangan viskositasnya pada peningkatan suhu. Stabil pada pH 5-9 serta membentuk aliran pseudoplastik dan tiksotropik.
8.      Mg Al Trisilikat
Merupakan clay yang dapat digunakan pada formula antasid unuk memperbaiki disperse bahan dan mencegah pengendapan serta pembentukan cake. Penggunaannya pada sediaan antasid harus diperhatikan terhadap kemungkinan terj adinya interaksi dengan bahan aktif antasid yang berhubungan dengan muatan permukaan masing-masing bahan.

C. Pemanis (Pharm. Dosage Form: Disperse System Volume 2, hlm. 215 - 21 6)
Pemanis digunakan untuk memperbaiki keberterimaan rasa dan raba mulut sediaan antasid. Beberapa pemanis dapat terabsoprsi pada permukaan alumunium hidroksida sehingga dapat mengurangi kemampuan polimerisasi alumunium hidroksida sehingga dapat menstabilkan kapasitas penetralan asam. Tetapi beberapa pemanis juga dapat mencegah interaksi sampimg antara alumunium-magnesium. Interaksi ini berupa peningkatan viskositas atau bahan pembentukan gel yang dapat menurunkan kapasitas penetralan asam. Dalam pemilihan pemanis harus dipertimbangkan adalah keseimbangan keberterimaan rasa, harga, kandungan kalori, efek laksatif dan lain-lain.
Pemanis yang digunakan untuk sediaan antasid :
1.      Sukrosa
Memilki rasa baik dapat menambah konsistensi dan raba mulut suspensi, kandungan kalori 4 kal/g, dapat menyebabkan karang gigi, harus diperhatikan pada penderita diabetes dapat juga menimbulkan cap-locking hingga pengkristalan pada leher botol.
2.      Sorbitol
Memilki kemanisan setengah dari sukrosa, dapat memperbaiki raba mulut, mengandung 4 kalori/g yang terabsorpsi sebagian maka sering dipertimbangkan menjadi nonkalori, merupakan diuretic osmotic dengan mencegah polimerisasi selama proses. Lambat laun dapat menimbulkan caplocking .Dapat menyebabkan diare.

3.      Manitol
Memiliki efek mendinginkan, mengandung 4 kal/g yang terabsorpsi sebagian maka sering dipertimbangkan menjadi nonkalori, merupakan diuretik osmotik dan dapat menyebabkan diare. Dapat menstabilkan alumunium hidroksida dengan mencegah polimerisasi selama proses.
4.      Sakarin
Merupakan pemanis sintetik dengan derajat kemanisan 500 kali sukrosa, memilki aftertaste pahit. Kelarutannya rendah di dalam air tetapi garam natrium dan kalsiumnya lebih mudah larut dalam air. Tidak mengandung kalori.
5.      Gliserin
Merupakan pemanis yang memiliki aftertaste baik dan dapat memperbaiki raba mulut. Mengandung 4,3 kal/g dan dapat diberikan pada penderita diabetes, merupakan diuretik osmotik dan dapat menyebabkan diare, dapat mengurangi kemungkinan terjadinya cap­locking. Dapat menstabilkan alumunium hidroksida dengan mencegah polimerisasi selam proses.
6.      Gliserizinat
Ammonium glisirizinat dan monoammonium glisirizinat merupakan pemanis alam dengan derajat kemanisan 50 kali lebih manis dari sukrosa. Dapat digunakan untuk menutupi rasa pahit dari bahan tetapi pemanis ini dapat menimbulkan busa.

D. Pengawet (Pharm. Dosage Form: Disperse System Volume 2, hlm. 216-217)
Berkaitan dengan tingginya pH sediaan antasid maka dalam memformulasikan sediaan antasid harus dipilih bahan-bahan pembantu yang dapat bekerja efektif pada rentang pH tersebut. Untuk pengawet terdapat beberapa pilihan pengawet yang dapat digunakan dalam sediaan antasid. Pada pH 8 pengawet seperti benzoate dan sorbat tidak efektif karena akan terjadi ionisasi.
Beberapa pengawet yang dapat digunakan utnuk sediaan antasid misalnya:
1.      Klorin (Natrium Hipoklorit)
Efektif membunuh bakteri, beberapa yeast, fungi dan protozoa. Stabil pada pH alkali, lebih efektif pada pH asam. Hanya efektif untuk jangka pendek (short-term) dan dapat berpengaruh pada rasa produk.
2.      Hidrogen Peroksida Efektif untuk melawan sebagian besar mikroorganisme, efeknya tidak lama(short term) dan penggunaannya harus dikombinasi dengan pengawet lain.
3.      Paraben
Paraben yang sering digunakan: metil, etil, propil dan butil ester. Efektif untuk molds, yeast dan fungi. Inaktif untuk bakteri gram positif dan kurang efektif untuk bakteri gram negatif. Efek paraben meningkat jika dikombinasi dengan yang lain. Menimbulkan rasa pahit.
4.      Pasteurisasi Dengan proses koagulasi protein dari mikroorganisme, short term dan harus dikombinasi dengan pengawet lain.
5.      Ozonisasi Short term, dengan kombinasi pengawet lain dan dapat berpengaruh terhadap rasa produk.
E. Anticaking dan antigelling agent (Pharm. Dosage Form: Disperse System Volume 2, hlm. 217) Bahan-bahan ini digunakan untuk dapat mempermudah redispersi padatan yang mengendap serta mencegah pembentukan gel dari sediaan antasid.
1.      EDTA
Dapat menyebabkan ikatan silang beberapa suspending agent yang dapat menyebabkan peningkatan viskositas.
2.      Asam sitrat dan Kalium sitrat Digunakan dalam sediaan antasid yang mengandung alumunium hidroksida untuk menurunkan viskositas dan mencegah interaksi antara Al(OH)3 dengan senyawa magnesium.

3.         Kalium Fosfat Digunakan sebagai dapar dan sequestran agen.
4.         Silika
Cab-o-sil, aerosil dan quso adalah bentuk komersil dari silika, efektif sebagai anticaking agent, walaupun pada konsentrasi tinggi dapat mempengaruhi baik viskositas maupun raba mulut., silika juga dapat mengurangi derajat sedimentasi suspensi.

F.      Flavour-mouthfeel system (Pharm. Dosage Form: Disperse System Volume 2, hlm. 217-218) Pemilihan flavour yang akan digunakan untuk sediaan antasid harus mempertimbangkan stabilitas flavour pada pH tinggi, stabilitas dalam botol plastik dan gelas, kemampuan untuk menutupi rasa tidak enak dari flavour, serta tersedia dalam bentuk kering jika direncanakan pembuatan tablet kunyah.
Flavour yang biasa digunakan dalam suspensi antasid antara lain : 1. Mint (pepermint, spearmint, dan wintergreen), 2. Citrus (lemon, lime, dan orange), 3. Cream (Vanilla), dan 4.Anise. Senyawa yang ditambahkan yang tidak memiliki rasa dan digunakan untuk memperbaiki mouthfeel dalam antasid antara lain minyak mineral, milk solids, glisin, dan gum alami dan buatan..

G.    Pewarna (Pharm. Dosage Form: Disperse System Volume 2, hlm. 218)
Semua pewarna yang larut air memiliki muatan listrik dan dapat berinteraksi dengan senyawa yang muatannya berlawanan yang terdapat dalam antasid dan clay. Hal ini akan menyebabkan warna yang dihasilkan tidak merata. Jadi, untuk mencegah terjadi interaksi tersebut maka gunakan pewarna lake (pewarna yang tidak larut air).

H.    Air (Pharm. Dosage Form: Disperse System Volume 2, hlm. 218)
Air merupakan konstituen utama dalam semua suspensi antasid dan clay. Pengotor dalam air ini antara lain kalsium, magnesium, besi, silika, dan natrium. Kation-kation tersebut biasanya disertai oleh anion karbonat, bikarbonat, sulfat, dan klorida. Deionisasi dapat dicapai dengan destilasi, pertukaran ion atau reverse osmosis. Untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme dilakukan proses klorinasi, ozonisasi, sinar UV, pemanasan, dan filtrasi.
III. PEMBUATAN SUSPENSI ANTASIDA
A.       Contoh formula
 Tiap 60 ml mengandung :
R/ Al(OH)3                                                    300 mg
Gel Al(OH)3 kering                            4,7059 g
Na CMC                                                 5,00%
Gliserin                                                  20,00%
Sorbitol                                                25,00 %
Sukrosa                                                  5,00 %
Sakarin                                                    0,02%
Na Benzoat                                             0,10%
Minyak peppermint                                 0,01%
Aquadest                   ad                      60,00 ml

B.       Penimbangan
1. Al(OH)3
Gel Al(OH)3 kering mengandung tidak kurang dari 76,5% Al(OH)3.
Al(OH)3 yang dibutuhkan adalah 300 mg/5ml Jumlah gel Al(OH)3 kering yang dibutuhkan : Al(OH)3       = 100/76,5 x 300 mg
= 392,1569 mg/5 ml
Untuk 60 ml          = 60,0 ml/5,0 ml x 392,1569 mg = 4705,8826 = 4,7059 g

2.         Na CMC
Na CMC yang dibutuhkan adalah 5,00% (BJ = 0,75 g/cm3)
Na CMC = 5/100 x 60 ml = 3 ml Na CMC yang ditimbang adalah Na CMC = 0,75 g/cm3 x 3 ml
= 0,0225 g = 22,5 mg
3.         Gliserin Gliserin yang dibutuhkan adalah 20% Gliserin = 20/100 x 60 ml = 12 ml
4.         Sorbitol
Sorbitol yang dibutuhkan adalah 25% (BJ = 1,49 g/cm3) Sorbitol           = 25/100 x 60 ml = 15 ml
Banyaknya sorbitol yang ditimbang :
Sorbitol       = 15 ml x 1,49 g/cm3
= 0,2235 g = 223,5 mg
5.         Sukrosa
Sukrosa yang dibutuhkan adalah 25% (BJ = 1,56 g/cm3) Sukrosa = 25/100 ml x 60 ml = 15 ml
Banyaknya sukrosa yang ditimbang :
Sukrosa = 15 ml x 1,56 g/cm3
= 0,234 g = 234 mg
6.         Sakarin
Sakarin yang dibutuhkan adalh 0,02% (BJ = 0,7 g/cm3) Sakarin = 0,02/100 x 60 ml = 0,012 ml
Sakarin yang ditimbang :
Sakari          = 0,012 ml x 0,7 g/cm3
= 0,000084 g = 0,084 mg
7.         Na benzoate
Na benzoate yang dibutuhkan 0,1% (BJ = 1,15 g/cm3) Na benzoate                               = 0,1/100 x 60 ml = 0,06 ml Na benzoate yang ditimbang
Na benzoate           = 0,06 ml x 1,15 g/cm3
= 0,00069 g = 0,69 mg
8.         Minyak peppermint Minyak peppermint yang dibutuhkan adalah 0,01% Minyak peppermint = 0,01/100 x 60 ml = 0,006 ml

C. Prosedur pembuatan
1.      Aquadest sebagai pelarut dididihkan, kemudian dinginkan dalam keadaan tertutup.
2.      Penimbangan gel Al(OH)3 kering beserta bahan-bahan pembantu yang lain.
3.      Haluskan bahan-bahan padat yang digunakan atau diayak sampai rentang ukuran partikel tertentu.
4.      Ke dalam mortir yang lain, masukkan Na CMC kemudian tambahkan aquadest sebanyak bobot Na CMC, gerus sampai terbentuk massa jernih.
5.      Di dalam mortar, masukkan gel Al(OH)3 kering tambahkan gliserin sebagai pembasah, gerus kuat sampai homogen.
6.      Tambahkan zat pensuspensi, Na CMC ke dalam campuran (5), aduk sampai homogen.
7.      Larutkan sorbitol, sukrosa dan sakarin dalam air, kemudian tambahkan ke dalam campuran (6), aduk sampai homogen.
8.      Larutkan Na benzoate dalam air (1:1,18) kemudian tambahkan ke dalam campuran ( 4) aduk sampai homogen.
9.      Tambahkan minyak peppermint ke dalam campuran (5), aduk sampai homogen.
10.  Tambahkan aquadest sedikit demi sedikit aduk sampai homogen kemudian masukkan ke dalam botol yang telah ditara terlebih dahulu (60 mL).

IV. EVALUASI SEDIAAN SUSPENSI ANTASIDA

A. Evaluasi Fisika
1.         Organoleptik
Dilakukan pengamatan terhadap warna (intensitas warna), bau (terjadinya perubahan bau), rasa (perubahan mouthfeel), penampilan (perubahan tekstur).
2.         Penentuan Volume sedimentasi
3.         Penentuan Redispersibilitas
4.         Penentuan distribusi ukuran partikel
5.         Penentuan viskositas dan sifat aliran
6.         Penentuan BJ
7.         Penentuan homogenitas
8.         Penentuan pH

B. Evaluasi Kimia
1.         Penetapan KPA (Kapasitas Penetralan Asam)
2.         Penetapan kadar (dalam monografi zat aktif masing-masing)
3.         Identifikasi (dalam monografi zat aktif masing-masing)

C. Evaluasi Biologi
1.         Penetapan uji batas mikroba (FI IV hal 847-854)
2.         Pengujian efektivitas pengawet (FI IV hal 854)

D. Evaluasi Wadah
1.         Pengamatan apakah terjadi pengembangan wadah atau tidak.
2.         Pengamatan terjadinya penghilangan warna wadah.
3.         Pengamatan terhadap stabilitas penutup wadah.


V. CONTOH FORMULA SUSPENSI ANTASID
(Pharmaceutical Dosage Forms : disperse system, Vol 2, hal 220) 1. Formula Antasid

R/        Alumunium hidroksida gel (8,9%) Al2O3) Magnesium hidroksida pasta (29.5% Mg(OH)2 Sorbitol
Mannitol Metil paraben
Flavors
Asam sitrat anhidrat
Propil paraben
Na Sakarin
Air

2. Formula Antiflatulen/Antasid

R/        Alumunium hidroksida gel (8,9% Al2O3) Magnesium hidroksida pasta (29,5% Mg(OH)2) Sorbitol
Simethicone (90,5%simethicone)
HPC
Metiparaben
Flavors Avicell,RC-591
Asam Sitrat anhidrat
Metilselulosa
0.03
Propilparaben
0.03
Na Sakarin
0.02
Air
58.87
3. Formula Aluminium Hidroksida
% w/w
362.8 g = (300mgAl(OH)3 /5 ml)
R/
Alumunium hidroksida

Larutan sorbitol
282.0 ml

Syrup
93.0 ml

Gliserin
25.0 ml

Metl paraben
0.9 ml

Propil paraben
0.3 ml

Flavour
Air ad
q.s
1000 ml
4. FORMULA CLAY
%w/v R/          Attapulgite koloidal                                                                                    14
Sakarin                                                                         0.09
Metil paraben                                                               0.2
Propil paraben                                                              0.05
Flavour dan air            

Tidak ada komentar:

Google Ads