Sel-sel
prokariotik maupun eukariotik memiliki sejumlah sistem perbaikan yang
berhubungan dengan kerusakan DNA. Perbaikan dilakukan oleh sistem dengan
menggunakan DNA enzimatis. Beberapa sistem memprbaiki kerusakan DNA akibat
mutasi yang terjadi secara langsung. Yang sebagian lainnya memotong bagian yang
rusak, sehingga untuk sementara terbentuk celah satu unting DNA, celah tersebut
kemudian pulih karena polimerisasi DNA yang dikatalisasi oleh polimerisasi DNA
yang dikatalisasi oleh enzim polymerase DNA. Atau perbaikan tersebut juga bias
berlangsung karena aktivitas penyambungan oleh enzim ligase DNA.
Perbaikan kerusakan DNA Akibat Mutasi
Secara Langsung
Perbaikan oleh Aktivitas Enzim
Polymerase DNA
Selain mempunyai
aktivitas polimerisasi dalam arah 5’-3’, enzim polymerase pada bakteri juga
memiliki aktivitas eksonuklease dalam arah 3’-5’. Aktivitas tersebut memiliki
fungsi antara lain adalah memperbaiki kerusakan DNA akibat mutasi pada bakteri.
Sebagai gambaran tentang efektuvitas kerja perbaikan kerusakan DNA tersebut mari
kita perhatikan fenomena yang berhubungan dengan selisih antara frekuensi
selama polimerisasi DNA dan frekuensi akibat substitusi pasangan basa yang
berkisar antara 10-7hingga 10-11, sedangkan frekuensi
kesalahan insersi nukleotida selama polimerisasi DNA sebesar dalam 1 dalam 10.
Pengenalan kesalahan
insersi nukleotida selama polimerisasi oleh enzim polymerase DNA mungkin
sebagai akibat adanya semacam bonggol pada unting ganda molekul DNA yang
ditimbulkan oleh adanya pasangan basa yang salah. Pengenalan tersebut diduga
terjadi karena pada basa yang salah tidak terbentuk ikatan hydrogen. Dengan
adanya kesalahan karena tidak terbentuk ikatan hydrogen tersebut, dimungkinkan
enzim polymerase DNA memang tidak akan menambah nukleotida baru pada ujung 3’.
Polimerisasi DNA akan terhenti dan tidak berlaku hingga nukleotida yang salah
dipotong diikuti dengan penggantian nukleotida yang benar dan terbentuknya
ikatan hydrogen yang diperlukan. Pemotongan nukleotida tersebut dilakukan oleh
aktivitas eksonuklease berlangsung dalam arah 3’-5’. Jika tersebut sudah
dilakukan, aktivitas polymerisi dalam arah 5’-3’ dari enzim polymerase DNA akan
pulih kembali.
Berkaitan dengan
aktivitas eksonuklease dalm arah 3’-5’ dari enzim polymerase DNA, ternyata
aktivitas semacam itu tidak dijumpai pada polymerase makhluk hidup eukariotik.
Aktivitas perbaikan semacam yang dimiliki polymerase DNA pada bakteri, pada
makhluk eukariotik diduga dimiliki oleh protein lain.
Dari aktivitas
eksonulkelase ditemukan bukti bahwa peran penting dari aktivitas ini adalah
menekan laju mutasi pada bakteri, dapat terlihat dengan jelas jika terjadi
mutasi gen mutator pada E. Coli. Jika gen mutator
strain-strain E. Coli mengalami mutasi, maka frekuensi mutasi
(seluruh gen) pada strin-strain itu menjadi lebih tinggi. Dengan demikian
terbukti bahwa mutasi-mutasi tersebut mengubah protein-protein yang bertanggung
jawab terhadap ketepatan replikasi DNA. Sebagai contoh misalnya yang berkenaan
dengan gen mutasimut D pada E. Coli. Mutasi gen mut
D tersebut mengakibatkan perubahan suatu sub unit ε (epilson)
polymerase III DNA. Seperti diketahui, enzim polymerase III DNA adalah
replikasi DNA pertama pada E. Coli dan mutasimut D menimbulkan
cacat pada aktivitas perbaikan dalam arah 3’-5’, sehingga banyak nukleotida
yang salah tidak sempat diperbaiki.
Fotoreaktivasi Dimer Phirimidin yang
Diinduksi oleh UV
Dinamakan
fotoreaktivitas karena pada proses ini dibutuhkan cahaya. Perbaikan dengan
bantuan cahaya memeperlihatkan dengan rentang panjang gelombang 320-370 nm
(cahaya biru) dimer timin langsung berbalik pulih menjadi bentukan semula.
Fotorektivasi dikatalisis oleh enzim fotoliase. Kerja dari enzim ini adalah
menyingkirkan dimer jika diaktivasi oleh suatu foton. Ezim ini memiliki fungsi
yaitu sebagai “pembersih” sepanjang unting ganda mencari bonggol yang terbentuk
akibat dimer timin (atau pirimidin lain). Enzim fotoliase sangat efektif karena
biasanya hanya tersisa sedikit dimer setelah fotoreaktivasi. Enzim ini
ditemukan pada berbagai contoh makhluk hidup yang pernah dikaji dan diduga
enzim ini bersifat universal.
Perbaikan Kerusakan Akibat Alkilasi
Kerusakan
DNA yang diakibatkan oleh alkilasi dapat dipulihkan oleh enzim perbaikan DNA
khusus yang disebut metiltransferase O6-metilguanin atau O6 methylguanine
mrthyltransferas. Enzim tersebut dikode oleh enzimada. Secara
operasional enzim itu akan menemukan O6-metilguanin pada molekul DNA
dan selanjutnya menyingkirkan gugus metal tersebut dan dengan demikian molekul
DNA itu kembali pulih seperti semula.
Perbaikan Kerusakan DNA dengan Cara
Membuang Pasangan Basa
Yang tergolong dalam
perbaikan dengan cara membuang pasangan basa adalah perbaikan melalui
pemotongan, perbaikan dengan bantuanglikosilase, serta perbaikan melalui
koreksi pasangan yang salah.
Perbaikan Melalui Pemotongan (excision
repair)
Perbaikan melalui
pemotongan bisa disebut juga dengan pemotongan gelap atau dark repair karena
tidak dibutuhkan cahaya. Proses ini juga memperbaiki dimer pirimidin yang
terbentuk akibat induksi cahaya UV. Mekanisme perbaikan ini ditemukan pada
tahun 1964 oleh R.P. Boyea dan P. Howard serta R. Selow dan W. Carrier.
Penelitian dilakukan dengan mengisolasi beberapa mutan E. Coli yang
sensitive terhadap UV. Setelah dilakukan radiasi, mutan-mtan tersebut
memperlihatkan laju mutasi dalam gelap yang labih tinggi dari pada normal.
Mutan tersebut adalah uvr A, di mana mutan ini diketahui sebagai
mutan yang dapat memperbaiki dimer hanya dengan bantuan cahaya. Dalam hubungan
ini wild type dari mutan avr A disebut avr
A+. Wild type dari mutan uvr A+ ini
mampu memperbaiki dimer dalam gelap.
Sistem perbaikan
melalui pemotongan pada E. Coli tidak hanya memperbaiki dimer
pirimidin, tetapi juga berbagai distorsi lain dari helix DNA. Distorsi helix ditemukan
oleh enzim endonuklease avr ABC. Enzim tersebut merupakan gabungan
enzim-enzim yang masing-masing dikode oleh gen avr A, B, dan C.
enzim tersebut memotong unting DNA yang rusak pada posisi 8 nukleotida ke arah
ujung 5’ dari titik kerusakan dan nukleotida kea rah ujung 3’ dari titik posisi
dimer tadi. Dengan demikian terlihat bahwa penggalan DNA yang dipotong adalah
seukuran 12 nukleotida dan di dalam penggalan yang terpotong tersebut memang
terdapat kerusakan. Selanjutnya pada celah sepanjang 12 nukleotida berlangsung
polimerisasi DNA yang dikatalis oleh enzim polymerase I DNA, penggalan yang
baru terbentuk itu selanjutnya disambung ke penggalan lama dengan bantuan enzim
ligase DNA. Terkadang saat berlangsungnya polimerisasi DNA dalam rangka perbaikan
itu terjadi pula kesalahan dan kesalahan tersebut merupakan sumber lain dari
mutasi yang terjadi karena radiasi UV, sebagian besar sebab dari kesalhan
tersebut adalah perpasangan yang tidak benar antara nukleotida baru dengan
nukleotida yang terdapat pada unting template.
Perbaikan Dengan Bantuan Glikosilase
Basa yang rusak
(cacat) dapat juga disingkirkan dari molekul DNA dengan bantuan enzim
glikosilase. Enzim tersebut mendeteksi basa yang tidak lazim dan selanjutnya
megkatalisasi penyingkiran dari gula deoksiribosa. Aktivitas katalik enzim
tersebut (yang menyingkirkan suatu basa cacat) menimbulkan suatu lubang pada
DNa. Lubang ini disebut sengan tapak AP atauAp site. Tpak AP
merupakan tapak apurinik (tidak ada purinberupa guanine dan adenine) atau tapak
pirimidinik (tidak ada pirimidin yang berupa triosin dan timin). “Lubang” tadi
juga terbentuk akibatnya lepasnya basa secara spontan alami. “Lubang” ini
kemudian ditemukan oleh suatu enzim khusus yang disebut endonuklease AP. Enzim
tersebut selanjutnya memotong ikatan fosfodiester disamping basa yang lepas
tadi. Pemotongan tersebut memungkinkan bekerjanya enzim polymerase I DNA.
Selanjutnya enzim polymerase I DNA menyingkirkan beberapa nukleotida di depan
basa yang lepas itu dengan menggunakan aktivitas eksonuklease dalam arah 5’-3’
dan sebaliknya melakukan polimerisasi mengisi celah yang terbentuk dengan
menggunakan aktivitas polimerisasinya. Pada akhirnya enzim ligase DNA
menyambung penggalan nukleotida baru itu kea rah ujung 3’ dengan penggalan
nukleotida yang lama.
Perbaikan Melalui Koreksi Pasangan Basa
yang Salah
Meskipun aktivasi dari
polymerase DNA efisien memperbaiki banyak kerusakan polimerisasi
dengan segera, namun hal ini masih menyisakan suatu oermasalahn dimana terdapat
sejumlah kesalahan yang tetap belum diperbaiki di saat replikasi sudah selesai.
Kesalahan-kesalahan yang masih tersisa itu biasanya berupa psangan basa yang
tidak berpasangan dan pada proses replikasi berikutnya kondisi
tersebut ddapat berakibat terjadi mutasi spontan.
Pada E.
Coli sudah ada perkiraan kasar menunjukkan bahwa kesalahan yang belum
diperbaiki oleh enzim polymerase DNA adalah sebanyak satu per 108 pasangan
basa per generasi. Kesalahan-kesalahnan yang banyak tersisa akan
diperbaiki oleh sistem perbaikan lain yaitu perbaikan pasangan yang salah
atau mismatched correction.
Sistem
perbaikan tersebut didukung oleh koreksi pasangan yang salah, yang dikode oleh
tiga gen, yaitu mut H, L, dan S. Enzim tersebut
mencari pasangan basa yang salah dan setelah ditemukan, enzim itu
mengkatalisasi penyingkiran suatu segmen DNA (unting tunggal) yang mengandung
pasangan basa salah. Selanjutnya enzim polymerase DNA akan mengkatalisasi
polimerisasi pada celah yang terbentuk dan penyambungan hasil polimerisasi itu
ke ujung 3’ dengan penggalan yang lama, dikatalisasi leh enzim ligase DNA.
Enzim
koreksi pasangan yang salah bekerja dengan pertama kali dengan mengenali unting
DNA yang baru, karena unting yang baru tersebut belum mengalami metilasi.
Setelah mengenali unting DNA yang baru, dilakukan penyingkiran basa yang salah
dari unting baru itu oleh enzim, selanjutnya berlangsung polimerisasi yang
dikatalis oleh enzim polymerase I DNA, dan pada akhirnya hasil dari perbaikan
unting baru DNA tersebut disambung oleh enzim ligase DNA.
Pada
molekul DNA, termasuk di sekitar pasangan basa yang salah terdapat
urutan-urutan basa nukleotida berupa GATS yang bersifat palindromik. Basa A
pada palindrome biasanya mengalami metilasi yang dikatalisasi oleh enzim
metilase dam. Pada unting DNA yang baru terbentuk, selama beberapa
saat setelah polimerisasi, basa A pada palindrome tadi belum mengalami metilasi
dan keadaan inilah yang dikenali oleh enzim koreksi atas pasangan yang salah. Fungsi
lain ari enzim pengkoreksi adalah memperbaiki delesi maupun adisi sejumlah
kecil pasangan basa.
MUTASI dan ADAPTASI
Mutasi terjadi tanpa
ada kaitannya dengan mutasi bermanfaat atau tidak bermanfaat atau bahkan
merugikan bagi yang memiliki perangkat mutan tersebut. mutasi yang saat ini
banyak terjadi lebih banyak merugikan. Gen-gen yang terkandung didalam tiap
populasi yang sudah lolos dari proses seleksi alam, individu yang hidup dalam
tiap populasi adalah yang sudah berhasil lolos dari proses seleksi alam. Dalam
hal ini varian-varian alela dalam suatu populasi bersifat adaptif, dan setiap
mutan baru memang lebih berpeluang merugikan sekalipun dapat juga
menguntungkan. Contoh menguntungkan dan merugiakn adalah peningkatan pigmen
melanin yang dibuthkan untuk melindungi tubuh dari sinar UV yang terkandung
didalam sinar matahari menguntungkan bagi populasi manusia yang hidup diwilayah
Afrika tropic tetapi tidak menguntungkan bagi populasi manusia penghuni
Skandinavia. Pada dasarnya setiap mutasi yang terjadi tidak ada kaitannya
dengan mutasi bermanfaat atau tidak bermanfaat atau bahkan merugikan. Efek
mutasi itu baru dikualifikasi menguntungkan atau merugikan setelah dihubungkan
dengan habitat lingkungan tempat hidup individu yang mengalami mutasi.
MUTASI dan KANKER
Sebagian besar agen
mutasi yang kuat seperti radiasi pengion dan radiasi UV maupun berbagai zat
kimia juga bersifat karsinogenik atau penginduksi kanker. Uji ames dapat
digunakan untuk melakukan pemeriksaan. Ames dan kolegannya mengungkap adanya
kolerasi sebesar lebih dari 90% antara daya mutagen atau mutagenitas dan daya
karsinogen atau karsinogenitas dari zat-zat yang diuji. Karsinogen-karsinogen
sekalipun pada dasarnya tidak bersifat mutagenic ternyata pada sel-sel eukariotik
mengalami metabolisme menjadi derivat-derivat yang bersifat muatgenik kuat.
Muatsi
somatic dapat menyebabkan timbulnya kanker. Sifat umum dari semua tipe kanker
adalah bahwa sel-sel kanker yang ganas terus-menerus membelah padahal sel-sel
normal tidak membelah. Semua sel kanker kehilangan control terhadap pembelahan
sel secara normal dan sebagai akibatnya terbentuklah tumor. Pembelahan sel
berada dibawah control gen dan mutasi yang menimpa gen yang bertanggung jawab
terhadap control pembelahan sel, dapat menghilangkan fungsi control dari gen
tersebut terhadap pembelahan sel.
APLIKASI PRAKTISI MUTASI
Adanya
mutasi orang dapat menggunakan alela-alela dalam analisis genetic. Kajian hasil
persilangan yang melahirkan hokum pemisahan dan hokum pilihan bebas
mendel memang telah mungkin dilakukan berkat adanya alela-alela mutan.
MUTASI YANG BERMANFAAT DALAM PERAKITAN
BIBIT
Perakit
bibit tanaman sudah menghasilkan bibit rakitan gandum, kedelai, tomat, padi,
serta pohon buah-buahn. Tanaman yang tumbuh dari bibit rakitan terbukti dapat
menghasilkan panen yang meningkat, kandungan zat yang semakin
sesuai. Salah satu contoh lain adalah mutasi terinduksi pada bibitPenielllium yang
menghasilkan penisilin yang lebih banyak. Bibit tersebut diperoleh dari radiasi
spora. Dalam hal ini ribuan spora diradiasi dan beberapa diantaranya kemudian
tumbuh menghasilkan lebih banyak penisilin yang telah bermutasi akibat
perlakuan radiasi tersebut.
SAKIT GENETIK MANUSIA YANG DITIMBULKAN
OLEH KESALAHAN REPLIKASI DNA DAN KESALAHAN PERBAIKAN DNA
Sel –sel manusia dapat
mengidap beberapa sakit genetik yang terjadi secara alami bersangkut paut
dengan cacat pada replikasi DNA khususnya kegagalan perbaikan. Beberapa mutan
ditunjukkan pada Tabel dibawah ini.
Sakit
|
Gejala
|
Fungsi yang diserang
|
Xeroderma pigmentosum (XP)
|
Gatal, kulit bercak-bercak seperti tahi lalat,
kanker kulit
|
Perbaikan kerusakan DNA oleh radiasi UV atau oleh
senyawa kimia.
|
Alaxia taelangluctase (AT)
|
Cacat koordinasi otot cenderung mengalami infeksi
pernapasan, peka terhadap radiasi, cenderung terkena kanker kromosom
terputus-putus.
|
Replikasi perbaikan DNA.
|
Anemi Fanconi (FA)
|
Anemi aplastik, perubahan pigmen pada kulit,
nalformasi jantung, ginjal, serta anggota gerak; leukimia.
|
Replikasi perbaikan DNA, dimer UV serta tambahan
senyawa kimia tidak disingkirkan dari DNA.
|
Sindrom Bloom (BS)
|
Kerdil; sakit kulit karena peka terhadap cahaya
matahari, kromosom terputus-putus.
|
Pemanjangan rantai DNA pada replikasi.
|
· Individu penderita anemi aplastik tidak atau menghasilkan sedikit sel-sel
darah merah.
Penderita Xeroderm
pigmentosum sangat peka terhadap cahaya matahari, mengidap banyak
tumor kulit teutama pada bagian tubuh yang terbuka misalnya, wajah; disamping
itu kulit juga bercak hitm seperti tahi lalat.
Sakit Xeroderma
pigmentosum itu disebabkan oleh mutan resesifhomozigot. Mutan
resesif itu didua bersangkut paut dengan suatu gen pengkode protein yang
brperan pad perbaikan kerusakan DNA. Dilain pihak pada beberapa khusus sudah
diungkap bahwa yang cacat tampaknya adalah endonuklease yang berfungsi mengenal
dimer timin dan mengkaralisasi tahap pertama perbaikan penyingkiran atau exicon
repair.
Analisis genetik atas
sel-sel pengidap Xeroderma pigmentosummenunjukkan bahwa mutasi pada
sebanyak 6 gen yang berbed dapat menimbulkan sakit tersebut. Hal tersebut mudah
dipahami karena banyak enzim diketahui tersusun dua atau lebih macam
polipeptida dan karena mutasi pada salah satu gen pengkode polipeptida yang
terlibat pada proses perbaikan yang mempunyai banyak tahap dapat menimbulkn
hambatan pada sesuatu jalur perbaikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar