Google ads

Sabtu, 02 April 2016

METODE DAN PROSEDUR PEMBUATAN SEDIAAN STERIL



A. Metode Pembuatan
Ada dua metode pembuatan sediaan steril yaitu cara sterilisasi akhir dan cara aseptik.
1.   Sterilisasi Akhir
Metode ini merupakan metode yang paling umum dan paling banyak digunakan dalam pembuatan sediaan steril. Persyaratannya adalah zat aktif harus stabil dengan adanya molekul air dan tingginya suhu sterilisasi. Sediaan disterilkan pada tahap terakhir pembuatan sediaan.
Contoh yang paling banyak digunakan pada metode ini adalah sterilsasi dengan autoklaf (suhu 121 °C, selama 15 menit).
2.   Aseptik
Metode ini biasanya digunakan untuk zat aktif yang sensitif terhadap suhu tinggi yang dapat mengakibatkan penguraian dan penurunan kerja farmakologinya. Antibiotika dan beberapa hormon tertentu merupakan zat aktif yang sebaiknya dikerjakan secara aseptik. Metode aseptik bukanlah suatu cara sterilisasi melainkan suatu cara kerja untuk memperoleh sediaan steril dengan mencegah kontaminasi jasad renik dan partikulat dalam sediaan jadi.
Keterangan :
·         Penimbangan zat aktif Zat aktif biasanya ditimbang dilebihkan sesuai persyaratan yang ada di monografi untuk mencegah kemungkinan berkurangnya kadar dalam sediaan akibat proses pembuatan ataupun dalam penyimpanan. (Contoh : persyaratan kadar zat X = 98-102 %, maka penimbangan zat aktif dilebihkan 2 %)
·         Bebas pirogen Hal ini baru dilakukan jika volume larutan suntik sebanyak 10 ml atau lebih. Pembebasan pirogen dilakukan dengan penambahan 0,1 % karbon aktif dihitung terhadap volume total (b/v), kemudian dipanaskan pada suhu 60-70 °C selama 15 menit sambil sesekali diaduk. Waktu dihitung setelah suhu mencapai 60-70 °C
·         Bebas oksigen atau karbondioksida Hal ini baru dilakukan jika diperlukan terutama jika zat aktif diketahui peka terhadap kedua gas tersebut. Pembebasan oksigen atau karbondioksida dilakukan dengan cara memanaskan air suling selama 30 menit dihitung sejak mendidih kemudian dialiri gas nitrogen sambil didinginkan.
·         Sterilisasi lemari dan ruang Lemari disterilkan dengan uap formaldehid hasil pemanasan serbuk para-formaldehid dalam cawan penguap panas yang diletakkan dalam lemari. Ruang disterilkan dengan sinar UV selama 24 jam sebelum digunakan.

B.  Prosedur Pembuatan
1.   Larutan (Sterilisasi akhir)
Jika zat sensitif terhadap cahaya, maka pengerjaan dilakukan pada ruang terlindung cahaya, di bawah lampu natrium
a.     Zat aktif digerus dan ditimbang berlebih sesuai kebutuhan menggunakan kaca arloji, kemudian dimasukkan ke dalam gelas piala. Kaca arloji dibilas 2 kali dengan aqua pro injeksi
b.     Zat aktif dilarutkan dalam sejumlah tertentu aqua pro injeksi
c.     Setelah zat aktif dan semua zat tambahan terlarut, larutan tersebut kemudian dituang ke dalam gelas ukur sehingga volume tertentu di bawah volume akhir
d.    Kertas saring rangkap 2 yang akan digunakan untuk menyaring dibasahi sejumlah tertentu aqua pro injeksi terlebih dahulu, kemudian corong dipindahkan ke erlenmeyer lain yang telah steril
e.     Larutan yang ada di gelas ukur disaring ke dalam labu erlenmeyer yang telah disiapkan. IPC dilakukan dengan mengukur pH sediaan. Kekurangan aqua pro injeksi dituangkan sedikit demi sedikit untuk membilas gelas piala lalu dituang ke gelas ukur. Air bilasan tersebut kemudian disaring lagi ke dalam erlenmeyer yang telah berisi filtrat larutan hingga volume total seluruh larutan genap ... mL
f.     Larutan yang telah disaring dituang ke dalam kolom reservoir melalui membran filter bakteri yang diletakkan di atas glass filter G5 (ukuran pori-pori 0,45 µm)
g.     Larutan dituang ke dalam buret steril kemudian ujungya ditutup dengan alumunium foil
h.     Sebelum diisikan ke dalam wadah, jarum buret dibersihkan dengan kapas yang telah dibasahi alkohol 70 %. Setiap wadah diisi dengan larutan ..C.. mL sesuai persyaratan volume FI IV
i.      Ampul/vial yang telah berisi zat aktif, bila diperlukan dialiri dengan gas nitrogen
j.      (Bila wadah ampul) Ampul ditutup dengan api dan disterilkan menggunakan autoklaf secara terbalik dalam gelas piala yang telah dialasi kapas (121 C selama 15 menit) atau metode lain yang sesuai
        (Bila wadah vial) Vial ditutup dengan tutup karet lalu di-seal dengan alumunium cap, kemudian disterilkan menggunakan autoklaf dalam gelas piala yang telah dialasi kapas (121 C selama 15 menit) atau metode lain yang sesuai
k.     Setelah sterilisasi akhir, dilakukan evaluasi sediaan
l.      Sediaan dikemas dalam dus yang sudah diberi etiket dan disertakan brosur informasi obat

Pencampuran eksipien dilakukan di awal, dengan cara melarutkan dahulu eksipien masing2 baru ditambahkan ke dalam larutan stok
2.   Larutan (Metode Aseptik)
Semua pengerjaan pembuatan sediaan dilakukan di bawah LAF, ruangan kelas 2 (jika zat sensitif terhadap cahaya, maka pengerjaan dilakukan pada ruang terlindung cahaya, di bawah lampu natrium)
a.     Semua bahan baku (zat aktif + eksipien) yang telah ditimbang disterilisasi dengan metode yang sesuai
b.     Prosedur b-f sama dengan yang tercantum pada metode sterilisasi akhir
c.     Larutan yang telah disaring, dituang ke dalam kolom reservoir melalui membran filter bakteri yang diletakkan di atas filter glass G3 (ukuran pori-pori 0,22 µm)
d.    Larutan dituang ke dalam buret steril kemudian ujungnya ditutup dengan alumunium foil
e.     Sebelum diisikan ke dalam wadah, jarum buret dibersihkan dengan kapas yang telah dibasahi alkohol 70 %. Setiap wadah diisi dengan larutan C mL sesuai persyaratan volume FI IV
f.     Ampul/vial yang telah berisi zat aktif, bila diperlukan dialiri dengan gas nitrogen
g.     Dilakukan evaluasi sediaan
i.      Sediaan dikemas dalam dus yang sudah diberi etiket dan disertakan brosur informasi obat

3.   Injeksi Suspensi Kering tanpa granulasi (Sterilisasi Akhir)
Jika zat sensitif terhadap cahaya, maka pengerjaan dilakukan pada ruang terlindung cahaya, di bawah lampu natrium
a.     Zat aktif dan eksipien digerus, kemudian ditimbang sejumlah yang dibutuhkan
b.     Masing-masing zat digerus dan dicampurkan sampai homogen dalam mortir
c.     Campuran sediaan ditimbang dan dimasukkan ke dalam vial dengan bantuan corong dan zalfkaart
d.    Vial ditutup dengan tutup karet lalu di-seal dengan alumunium cap, kemudian disterilkan dalam
autoklaf (121 ºC selama 15 menit) atau metode lain yang sesuai
e.     Setelah sterilisasi akhir, dilakukan evaluasi sediaan
f.     Sediaan dikemas dalam dus yang sudah diberi etiket dan disertakan brosur informasi obat

4.   Injeksi Suspensi Kering tanpa granulasi (Metode Aseptik)
Semua pengerjaan pembuatan sediaan dilakukan di bawah LAF, ruangan kelas 2 (jika zat sensitif terhadap cahaya, maka pengerjaan dilakukan pada ruang terlindung cahaya, di bawah lampu natrium)
a.     Zat aktif dan eksipien digerus kemudian ditimbang sejumlah yang dibutukan lalu disterilisasi dengan metode yang sesuai
b.     Campurkan zat aktif dan eksipien dalam mortar steril lalu gerus sampai homogen
c.     Campuran diayak melalui ayakan B40
d.    Campuran ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam vial dengan bantuan corong dan zalfkart
e.     Vial ditutup dengan karet dan alumunium cap
f.     Dilakukan evaluasi sediaan
g.     Sediaan dikemas dalam dus yang sudah diberi etiket dan disertakan brosur informasi obat

5.   Injeksi Suspensi dengan Pembawa Air (Metode Aseptik)
a.     Suspending agent dikembangkan dengan cara yang sesuai lalu dicampur dengan eksipien lainnya.
Sterilisasi bersama dalam autoklaf (121 ºC selama 15 menit)
b.     Timbang zat aktif, sterilisasi, gerus dalam mortar yang steril kemudian dicampurkan dengan pembawa yang telah disterilkan tadi (dalam keadaan dingin) sedikit demi sedikit sambil digerus
c.     Suspensi tersebut dituang ke dalam gelas ukur yang dilengkapi batang pengaduk dan volume akhir dicapai dengan penambahan aqua pro injeksi
d.    Setelah diaduk homogen, suspensi dituang ke dalam vial steril yang telah dikalibrasi

6.   Injeksi Suspensi dengan Pembawa Minyak (Metode Aseptik)
a.     Suspending agent dicampur bersama minyak kemudian disterilkan di dalam oven (170 ºC, 30 menit)
b.     Timbang zat aktif, sterilisasi, gerus dalam mortar yang steril kemudian dicampurkan dengan pembawa yang telah disterilkan tadi (dalam keadaan dingin) sedikit demi sedikit sambil digerus
c.     Suspensi tersebut dituang ke dalam gelas ukur yang dilengkapi batang pengaduk dan volume akhir dicapai dengan penambahan minyak steril (tanpa suspending agent)
d.    Setelah diaduk homogen, suspensi dituang ke dalam vial steril yang telah dikalibrasi

7.   Injeksi Larutan Minyak (Metode Aseptik)
a.     Timbang zat aktif, campurkan ke dalam minyak, kemudian sterilisasi dalam oven (170 C, 30 menit)
b.     Campuran tersebut dituang ke dalam gelas ukur yang dilengkapi batang pengaduk, genapkan volume dengan penambahan minyak steril
c.     Setelah diaduk homogen, suspensi dituang ke dalam vial steril yang telah dikalibrasi

8.   Injeksi Emulsi M/A (Metode Aseptik)
a.     Zat-zat larut minyak dicampur dalam minyak dan emulgator minyak, sterilisasi dalam oven (170 ºC, 30 menit)
b.     Zat-zat larut air dicampur dalam aqua pro injeksi dan emulgator air, sterilisasi dalam autoklaf (121 ºC, 15 menit)
c.     Campur dan gerus kedua campuran tersebut pada suhu yang sama (60-70 ºC) dalam mortar steril
d.    Campuran tersebut dituang ke dalam gelas ukur yang dilengkapi batang pengaduk, genapkan volume dengan penambahan aqua pro injeksi
e.     Setelah diaduk homogen, suspensi dituang ke dalam vial steril yang telah dikalibrasi

Catatan untuk penimbangan zat ( Benny Logawa )
Volume tiap ampul/vial dilebihkan sesuai dengan kelebihan volume yang dianjurkan dalam FI IV, p. 1044
Volume yang tertera dalam
Kelebihan volume yang dianjurkan (mL)
penandaan (mL)
Untuk cairan encer
Untuk cairan kental
0,5
1,0
2,0
5,0
10,0
20,0
30,0
50,0 atau lebih
0,10
0,10
0,15
0,30
0,50
0,60
0,80
2%
0,12
0,15
0,25
0,50
0,70
0,90
1,20
3%

Volume sediaan yang harus diisikan ke dalam setiap ampul/vial:
Jika:     Volume tiap ampul/vial = a mL
Kelebihan volume yang dianjurkan = b mL
Maka: Volume tiap ampul/vial = a+ b = c mL

Volume sediaan yang akan dibuat:
Ampul            : V=(n+2)c+6
Vial     : V=n.c+6
Keterangan:
V         = volume sediaan yang harus dibuat
n          = jumlah sediaan yang akan dibuat 
C         = ampul/vial
c          = volume sediaan yang harus diisikan ke dalam setiap ampul/vial
6          = volume untuk membilas buret: 2 x 3 mL

Tidak ada komentar:

Google Ads