Analisis
Hubungan Kuantitatif Struktur-Aktivitas (HKSA) merupakan salah satu aplikasi
dari kimia komputasi dan juga bagian yang dipelajari dalam bidang kimia
medisinal. Dengan metoda analisis HKSA, senyawa yang akan disintesis dapat
didesain terlebih dahulu berdasarkan hubungan antara sifat-sifat kimia serta fisik
molekul dengan aktivitas biologisnya, dengan menggunakan hubungan tersebut,
aktivitas teoritik suatu senyawa baru dapat diprediksi, dan dengan demikian
fokus riset dapat dipersempit, biaya dan waktu pun dapat dihemat (Kubinyi,
1993).
HKSA bertujuan untuk menghubungkan struktur molekul dengan aktivitas atau
sifat biologi yang menggunakan metode statistik. Secara matematis Devillers et
al., (1999) menuliskan persamaan tersebut seperti pada persamaan (1).
A/S = f(struktur molekul)
= f(deskriptor molekul) (1)
dengan A/S
merupakan aktivitas atau sifat dan f merupakan fungsi yang tergantung pada
struktur molekul atau deskriptor molekul. Aktivitas biologi dapat dinyatakan
dalam log 1/C, Ki, IC50, ED50, EC50, log K,
dan Km (Thakur et al, 2004).
. Selain hubungan dengan aktivitas atau sifat
biologis, HKSA juga dapat digunakan untuk menentukan sifat fisik dan sifat
toksik suatu senyawa. Toksisitas senyawa biasa ditentukan secara kuantitatif
dalam ukuran konsentrasi efektif (Effective Concentration, EC atau Effective
Dose, ED), konsentrasi inhibisi (Inhibiton Concentration, IC) atau
konsentrasi mematikan (Lethal Dose, LD) (Seydel, 1990).
2.2. Metode Yang Digunakan Dalam Kajian HKSA
2.2.1.
Metode Hansch
Metode HKSA pertama dan yang paling terkenal adalah
model yang diusulkan oleh Hansch yang menyatakan hubungan lipofilitas relatif
dengan potensi biologi yang digabungkan dengan hubungan energi bebas linier
(LFER) untuk model persamaan umum HKSA dalam konteks biologi (Topliss, 1983).
Lebih jauh, Hansch menyatakan bahwa hubungan struktur kimia dengan aktivitas
biologis (log 1/C) suatu turunan senyawa dapat dinyatakan secara kuantitatif
melalui parameter-parameter sifat fisika kimia dari substituen yaitu parameter
hidrofofobik (π), elektronik (σ), dan sterik (Es) yang terdapat pada molekul
(Kubinyi, 1993).
Persamaan Hansch yang menyatakan hubungan struktur kimia dengan aktivitas
biologis melalui parameter hidrofobik, sterik, dan elektronik dituliskan pada
persamaan (3).
log (1/C) = -kπ2 + k′π
+ ρσ + k″ (3)
log (1/C) = -k(log P)2 +
k′(log P) + ρσ + k″ (4)
dengan C merupakan konsentrasi molar (atau dosis) sebagai ukuran
aktivitas biologis (misalnya: ED50, MED, dan IC50), π merupakan
lipofilisitas substituen, log P merupakan koefisien partisi, σ merupakan efek
elektronik Hammet pada substituen, dan k, k′, ρ, dan k″ merupakan koefisien
regresi yang berasal dari analisis statistik. Persamaan (4) merupakan bentuk
alternatif dari persamaan (3).
Nilai 1/C mencerminkan fakta bahwa potensi yang
tinggi berhubungan dengan dosis yang lebih rendah, dan tanda negatif dari π2 atau
log P2 merupakan
perkiraan lipofilisitas optimum, yang disimbolkan dengan πo atau
log Po.
Dalam analisis Hansch
parameter-parameter diperlakukan sebagai variabel bebas (prediktor) untuk
menerangkan harga aktivitas biologis.
Analisis regresimultilinear banyak
digunakan dalammenurunkan koefisien model.
Hansch mempelajari senyawa yang sudah
mempunyai kerangka dengan variasi struktur terbatas pada gugus fungsional pada sisi
yang spesifik. dengan menggunakan cara
ini telah diterapkan dalam memprediksi pengaruh substituen dalam sejumlah besar
uji biologi (Richon and Young, 2000).
2.2.2.
Metode Free-Wilson
Free dan Wilson mengusulkan suatu model matematika untuk menaksir efek
substituen tambahan dan untuk memperkirakan besar efek tersebut secara
kuantitatif. Model matematika tersebut dituliskan pada persamaan (2).
BAi = Σ aj Xij +
μ (2)
dengan BA
merupakan aktivitas biologi, Xj merupakan substituen ke-j dengan nilai 1
bila ada dan 0 bila tidak ada, merupakan kontribusi dari substituen ke-j kepada
BA, dan μ adalah aktivitas dari senyawa induk.
Metode Free-Wilson digunakan jika cara kerja obat tidak diketahui, uji
biologis lambat dari pada sintesis senyawa turunannya, dan atau sifat-sifat
fisika kimia substituen tidak diketahui. Model ini didasarkan pada perkiraan
bahwa masing-masing substituen pada struktur senyawa induk memberikan sumbangan
tetap pada aktivitas bilogis. Perkiraan dasar pada model Free-Wilson adalah
semua obat yang diuji harus mempunyai struktur induk sama dan substituen harus
memberikan aktivitas biologis secara aditif dalam kedudukan yang sama dengan
jumlah tetapan yang bebas dari ada atau tidaknya substituen (Leach, 1996).
Keuntungan penggunaan model Free-Wilson dibanding model Hansch dalam
studi HKSA antara lain adalah pengerjaannya yang cepat, sederhana dan murah;
tidak memerlukan informasi tentang tetapan substituen seperti π, σ dan Es;
lebih efektif terutama jika uji biologis lebih lambat dibanding sintesis
senyawa turunan, dan jika tidak terdapat tetapan substituen (Seydel,1990).
Kelemahan dari metoda ini adalah tak dapat digunakan untuk memperkirakan
aktivitas yang di luar substituen yang digunakan dalam seperangkat data dengan
cara ekstrapolasi persamaan regresi (Seydel,1990).
Kelemahan dari metoda ini adalah tak dapat digunakan untuk memperkirakan
aktivitas yang di luar substituen yang digunakan dalam seperangkat data dengan
cara ekstrapolasi persamaan regresi (Seydel,1990). Salah satu pemanfaatan
metode analisis ini yang bisa dilakukan adalah pengembangan senyawa antioksidan
dan antiradikal.
2.2.3. Metode
HKSA-3D
Analisis HKSA tiga dimensi (3D) dikembangkan sebagai antisipasi
permasalahan yang terdapat pada analisis Hansch, yaitu senyawa-senyawa
enantiomer yang memiliki kuantitas kimia fisika sama tetapi aktivitas biologi
berbeda. Ternyata diketahui bahwa efek stereokimia memegang peranan penting
pada harga aktivitas biologis.
Metode HKSA 3D menggunakan analisis perbandingan medan molekular atau Comparative
Molecular Field Analysis (CoMFA). CoMFA dikembangkan sebagai pendekatan
lain yang memasukkan bentuk deskriptor dalam HKSA. Metode ini berusaha menyusun
suatu hubungan antara aktivitas biologi dan sifat sterik dan atau elektrostatik
dari suatu seri senyawa.
Metode
CoMFA berdasarkan pada congeneric suatu seri molekul. Molekul-molekul
tersebut terhampar sehingga strukturnya tumpang tindih dan berada pada
konformasi dengan aktivitas optimum. Medan molekular masing-masing molekul
kemudian dihitung dengan menempatkan molekul yang tumpang tindih dalam bentuk
tiga dimensi (Russel, 2003).
2.3. Parameter
Sifat Kimia dan Fisika Dalam HKSA
2.3.1. Parameter
hidrofobik
Koefisien
partisi oktanol/air yang dinyatakan dalam log P merupakan standar kuantitas
untuk menentukan sifat hidrofobik/hidrofilik suatu molekul. Parameter
hidrofobik/hidrofilik adalah sifat yang sangat penting dalam aplikasi biomedis
(Katritzky et al., 1996). Sebagai contoh aplikasinya adalah untuk
memperkirakan distribusi obat dalam tubuh. Obat-obat yang bersifat hidrofobik
dengan koefisien partisi tinggi akan terdistribusi pada kompartemen yang
bersifat hidrofobik pula, misalnya lapisan lemak, sedangkan obat-obat yang
bersifat hidrofilik dengan koefisien partisi rendah akan terdistribusi pada
kompartemen hidrofilik, misalnya serum darah.
Nilai log P dalam oktanol/air merupakan rasio logaritma konsentrasi zat
terlarut dalam oktanol dengan konsentrasi zat terlarut dalam air. Secara
matematis dituliskan dalam persamaan (5).
2.3.2.
Parameter elektronik
Penggunaan
struktur elektronik sebagai prediktor dalam studi HKSA cenderung disukai karena
dapat ditentukan secara teoritik dan hasil yang diperoleh cukup memuaskan.
Dalam hal ini, metode kimia kuatum dapat digunakan untuk meminimalkan energi
potensial dalam struktur molekul serta memperkirakan muatan atom, energi
molekular orbital, dan deskriptor elektronik lainnya yang dapat menunjang studi
HKSA.
Postulat
mekanika kuantum menjadi dasar perhitungan dalam kimia kuantum. Dalam kimia
kuantum, sistem digambarkan sebagai fungsi gelombang yang dapat diperoleh
dengan menyelesaikan persamaan Schrödinger. Persamaan ini terkait dengan sistem
dalam keadaan stasioner dan energi sistem dinyatakan dalam operator
Hamiltonian. Operator Hamiltonian dapat dilihat sebagai aturan untuk
mendapatkan energi terasosiasi dengan sebuah fungsi gelombang yang
menggambarkan posisi dari inti atom dan elektron dalam sistem.
Energi
dan fungsi gelombang sistem dalam keadaan stasioner diberikan dengan
penyelesaian persamaan Schrödinger yang ada pada persamaan (6).
ψψEH=∧ (6)
dengan ∧H adalah operator
Hamiltonian yang menyatakan energi kinetik dan energi potensial dari suatu
sistem yang mengandung elektron dan inti atom, ψ adalah fungsi gelombang yang
merupakan fungsi koordinat inti dan elektron yang berisikan semua informasi
mengenai koordinat sistem, dan E adalah energi total dari sistem. Sifat
molekul yang dapat dihitung melalui penyelesaian persamaan di atas adalah
geometri molekul, stabilitas relatif, dipol, dan muatan atomik.
Metode yang berdasarkan medan gaya molekular klasik dan metode kimia
kuantum, masing-masing dapat digunakan untuk meminimalkan energi potensial
struktur molekul. Kedua pendekatan tersebut dapat digunakan untuk perhitungan
secara termodinamik dan momen dwi kutub tetapi hanya metode kimia kuantum yang
dapat memperkirakan muatan-muatan atom, energi orbital molekul, dan beberapa
deskriptor elektronik lainnya dalam studi HKSA. Metode kimia kuantum dapat
diaplikasikan dalam HKSA dengan menurunkan deskriptor elektronik secara
langsung dari fungsi gelombang molekular (Katritzky et al, 1996).
2.3.3.
Parameter sterik
Parameter
sterik yang sering digunakan dalam penelitian adalah berupa indeks topologi.
Pada hampir setiap kasus, para kimiawan lebih memilih untuk menggunakan indeks
topologi sebagai parameter sterik untuk melakukan evaluasi terhadap toksisitas
dan untuk memprediksi aktivitas biologi. Hal ini karena indeks topologi
menawarkan cara yang mudah dalam pengukuran cabang molekul, bentuk, ukuran,
siklisitas, simetri, sentrisitas, dan kompleksitas (Devillers, 1997).
Topologi
molekul dapat digunakan sebagai pengujian molekul numerik dalam HKSA atau HKSS.
Indeks topologi menjelaskan bahwa suatu struktur kimia, disebut sebagai grafik
kimia, yaitu suatu model kimia yang digunakan untuk menjelaskan sifat interaksi
antara obyek-obyek kimia (atom, ikatan, gugusan atom, molekul, pasangan
molekul, dan sebagainya).
Suatu
grafik G = G(V,E), oleh Ivanciuc dan Balaban (1998) dijelaskan sebagai
pasangan terurut yang terdiri dari dua buah himpunan V = V(G) dan E =
E(G). Unsur-unsur pada himpunan V(G) disebut vertices (puncak)
dan unsur-unsur pada himpunan E(G), termasuk hubungan biner antara
puncak-puncak disebut edges (tepi). Jumlah puncak N menggambarkan
jumlah unsur-unsur pada V(G), N = |V(G)| dan jumlah tepi M menggambarkan
jumlah unsur-unsur pada E(G), M = |E(G)|. Puncak-puncak suatu grafik
diberi nama dari 1 sampai N, E(G) = (ν1, ν2, ..., νN),
dan tepi yang menghubungkan puncak-puncak νi dan νj disebut
eij.
Dua buah puncak νi dan νj pada grafik G disebut
berdekatan atau berbatasan bila terdapat tepi eij yang
menyertainya.
2.4. Analisis
Statistik dalam HKSA
Analisis
statistik diperlukan dalam pengolahan data-data untuk menemukan sebuah
persamaan HKSA. Hubungan antara struktur dan aktivitas biologi suatu zat adalah
linier. Linieritas suatu fungsi dapat ditentukan dengan metode regresi linier.
Bila dilihat dari jumlah variabel bebas, analisis regresi linier terdiri dari
dua macam, yaitu analisis regresi linier tunggal dan analisis regresi
multilinier atau Multilinear Regression (MLR).
Regresi
terkait dengan prediksi, yang dengannya dapat digunakan untuk membuat model
statistik yang menggunakan beberapa data berupa satu set variabel bebas
(prediktor) untuk memperkirakan harga variabel tergantung prediksi (Berenson,
1983). Dalam hal ini, analisis korelasi sangat penting untuk mengetahui
hubungan antarvariabel.
Pada
analisis regresi linier tunggal, dengan hanya terdapat sebuah variabel bebas,
X, hubungan fungsional dapat dituliskan pada persamaan (10).
Yi = f(Xi) + ∈i (10)
dengan Yi adalah
data yang diamati, Xi adalah model fitting, dan ∈i adalah residu, yaitu data-data yang
menyebar di atas atau di bawah garis linier.
Untuk kasus tertentu dimana terdapat beberapa variabel bebas, digunakan
analisis regresi multilinier, dengan asumsi adanya hubungan linier antara
variabel-variabel bebas dengan variabel tergantung. Persamaan regresi
multilinier dituliskan pada persamaan (11).
Yi = βo + β1X1i + β2X2i + ∈i (11)
dengan :
βo =
intersep Y
β1 =
slope dari Y dengan variabel X1 (variabel X2 konstan)
β2 =
slope dari Y dengan variabel X2 (variabel X1 konstan)
∈i = tingkat kesalahan
acak pada Y untuk pengamatan i
Syarat
dalam analisis dengan MLR adalah bahwa masing-masing deskriptor saling tidak
tergantung dan bebas kesalahan untuk menghindari adanya kolinieritas karena
akan menyebabkan kesalahan dalam hasil regresi (Jolles dan Wooldridge, 1984).
Untuk itu, analisis korelasi antar variabel bebas sangat penting dilakukan
sebelum melakukan analisis regresi multilinier. Analisis korelasi dilakukan
untuk mengukur hubungan antara satu set variabel. Semakin tinggi nilai korelasi,
maka semakin erat hubungan antara dua variabel.
Tujuan
utama analisis regresi linier adalah untuk mengetahui hubungan linier antara
variabel tergantung dan variabel bebas. Semakin linier hubungan kedua variabel,
maka akan semakin baik model persamaan HKSA yang didapat. Parameter statistik
yang dapat digunakan sebagai faktor uji adalah berupa nilai r, F, dan SE.
Koefisien
korelasi, yang dinyatakan dengan r, merupakan ukuran kekuatan hubungan antara
variabel tergantung (Y) dengan variabel bebas (X). Nilai r berjarak dari -1
hingga +1. Nilai -1 menandakan bahwa hubungan X dan Y negatif sempurna,
sedangkan nilai +1 menyatakan hubungan positif sempurna. Jadi, jika r mendekati
± 1, maka hubungan linier antara X dan Y semakin kuat. Jika r = 0, slope akan
sama dengan nol, dan X tidak dapat digunakan untuk memprediksi Y. Harga r dapat
dihitung dengan rumus yang tertulis pada persamaan (12).
(12)
F merupakan ukuran perbedaan tingkat signifikansi dari model regresi.
Nilai F dihitung dengan rumus yang dituliskan pada persamaan (13).
F = r2(n-k-1)
K(1-r2) (13)
Signifikansi dari persamaan regresi terjadi apabila
nilai Fhitung
lebih besar dariapada Ftabel untuk batas konfidensi yang
ditentukan. Untuk analisis HKSA, tingkat konfidensi yang biasa digunakan adalah
95% atau 99%.
Kadang-kadang dalam suatu set data, terdapat beberapa data di sekitar
garis linier. Untuk mengukur data yang menyebar tersebut digunakan suatu
perkiraan standard error (SE) seperti pada persamaan (14).
dengan Yi adalah nilai Y yang
diteliti untuk nilai-nilai Xi dan yang diberikan dalam data.
Untuk
suatu kasus tertentu dengan jumlah variabel yang banyak, misalnya dalam
analisis HKSA antitoksoplasma senyawa turunan kuinolon yang melibatkan tiga
jenis deskriptor dengan total variabel sebanyak 18 buah dapat dilakukan proses
analisis menggunakan analisis faktor atau PCA (Principal Component
Analysis). PCA merupakan suatu teknik dalam mereduksi sejumlah data dengan
adanya korelasi dalam data tersebut. Jika masing-masing variabel tidak
mempunyai korelasi, maka teknik PCA tidak dapat digunakan.
Ide
di balik PCA adalah untuk menemukan komponen-komponen utama, Z1, Z2, ...,
Zn yang
merupakan kombinasi linier dari variabel asli yang mendeskripsikan
masing-masing senyawa X1, X2, ..., Xn.
Z1 = a11X1 + a12X2 + a13X3 + ...
a1nXn (15)
Z2 = a21X1 + a22X2 + a23X3 + ...
a2nXn, (16)
Zn =
........ dst
(Miller
dan Miller, 2000).
Dalam analisis dengan PCA, dilakukan suatu
penyederhanaan struktur data dan dimensi yang cukup besar, khususnya apabila
variabel yang dihadapi cukup banyak (Puspitasari et al., 2006).
Kemudian, untuk menentukan parameter statistik yang dapat digunakan untuk
memprediksi aktivitas antitoksoplasma secara teoritis digunakan perhitungan
dengan teknik Principal Component Regression (PCR).
BAB
III
KESIMPULAN
Berdasarkan
pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa :
1.
Analisis Hubungan Kuantitatif
Struktur-Aktivitas (HKSA) merupakan salah satu bagian yang dipelajari dalam
bidang kimia medisinal untuk memetakan hubungan antara struktur dengan
aktivitas suatu senyawa kimia, sehingga didapatkan suatu model yang dapat
menjelaskan jenis senyawa yang paling potensial untuk dikembangkan dalam
penemuan obat baru.
2.
Metode HKSA yang sering digunakan dalam penentuan obat
baru yaitu metode Hansch,
Free-Wilson, dan metode HKSA-3D.
3.
Parameter sifat kimia dan fisika yang
terdapat pada molekul senyawa dan berhubungan dengan HKSA yaitu parameter
hidrofofobik (π), elektronik (σ), dan sterik (Es).
4.
Dalam penemuan dan pengembangan obat
baru analisa statistik diperlukan untuk menemukan sebuah persamaan HKSA.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar