I. PENDAHULUAN
Tablet kunyah
didesain untuk dihancurkan secara cepat di dalam rongga mulut dengan
menggunakan gigi (dikunyah), dapat memberikan residu dengan rasa enak, mudah
ditelan dan tidak meninggalkan rasa pahit atau tidak enak. Jenis tablet ini
digunakan dalam formulasi tablet untuk anak, terutama formulasi multivitamin,
antasida, dan antibiotika tertentu. Umumnya obat antasida banyak yang
dihasilkan dalam bentuk tablet kunyah (contohnya aluminium hidroksida), karena
pada umumnya dosis antasida besar, sehingga akan susah kalau langsung ditelan
dan penetralan asam dari antasida akan lebih baik jika tablet dikunyah terlebih
dahulu (Teori dan Praktek Farmasi Industri,1994, h.712).
Rasa merupakan
pertimbangan yang sangat penting di dalam pembuatan tablet kunyah yang dibuat
dengan cara dikempa, umumnya menggunakan manitol, sorbitol atau sukrosa sebagai
bahan pengikat dan bahan pengisi, mengandung bahan pewarna dan bahan pengaroma
untuk meningkatkan penampilan dan rasa (FI IV,1995, hal 4). Manitol merupakan
bahan pengisi yang biasa digunakan karena menghasilkan sensasi dingin di dalam
mulut dan bekerja efektif sebagai penutup rasa tidak enak. Di dalam
formulasinya bahan pengaroma biasa ditambahkan sedangkan bahan penghancur tidak
perlu digunakan dan bahan-bahan yang digunakan tidak mesti larut air (TPC,
1994,12).
Karakteristik :
1.
memiliki bentuk yang halus setelah hancur;
2.
mempunyai rasa enak dan tidak meninggalkan rasa
pahit atau tidak enak.
Keuntungan :
1.
ketersediaan hayati lebih baik dan dapat
meningkatkan disolusinya;
2.
kenyamanan bagi penderita dengan meniadakan
perlunya air untuk menelan;
3.
sebagai pengganti bentuk sediaan cair yang
memerlukan kerja obat yang cepat;
4.
meningkatkan kepatuhan penderita terutama
anak-anak dengan rasa yang enak, selain itu lebih disukai pasien;
5.
kestabilan lebih baik
Kekurangan :
Zat aktif yang rasanya tidak baik dan dosis yang tinggi sangat sulit
dibuat tablet kunyah. (Pharmaceutical Dosage Forms, vol I, hal 367)
II. FAKTOR
FORMULASI
Beberapa faktor
yang terlibat dalam formulasi tablet kunyah diantaranya adalah jumlah zat
aktif, aliran, lubrikan, disintegrasi, kompresibilitas,
kompatibilitas-stabilitas, dan pertimbangan organoleptik. Empat faktor pertama
di atas merupakan faktor yang umum untuk tablet biasa dan juga tablet kunyah,
meskipun demikian sifat organoleptik zat aktif merupakan faktor yang paling
utama. Formulator dapat menggunakan satu pendekatan atau lebih untuk sampai
pada penentuan formula dan proses yang menghasilkan produk dengan sifat
organoleptik yang baik. Produk harus mempunyai sifat aliran, kompresibilitas
dan stabilitas yang dapat diterima.
Pada umumnya,
jika jumlah zat aktif dalam tablet sedikit dan rasanya sedikit tidak enak maka
formulasinya mudah. Sebaliknya jika jumlah zat aktif besar dan rasanya tidak enak
sangat sulit diformulasikan menjadi tablet kunyah.
Faktor aliran, lubrikan, kompresibilitas, dan kompatibilitas sama
halnya untuk tablet biasa. Sedangkan pertimbangan organoleptik adalah sebagai
berikut :
1. Rasa dan Penyedap
Secara
fisiologis, rasa adalah respon panca indera sebagai hasil rangsangan kimiawi
pada ujung rasa di lidah. Ada empat dasar tipe rasa: asin, asam, manis dan
pahit. Rasa asin/asam diperoleh dari zat yang mampu terionisasi dalam larutan.
Banyak zat aktif organik merangsang respon pahit, walaupun tidak mampu
terionisasi dalam air. Kebanyakan disakarida, sakarida, aldehid dan sedikit
alkohol memberikan rasa manis. Istilah penyedap (flavor) berkaitan dengan
sensasi gabungan rasa dan bau.
2.
Aroma
Misal
tablet kunyah diberi aroma jeruk diformulasi baik rasa manis dan sedikit asam.
3.
Rasa mulut (mouth
feel)
Rasa mulut
adalah tipe sensasi atau sentuhan yang dihasilkan tablet dalam mulut ketika
dikunyah. Rasa mulut sangat penting dalam tablet kunyah. Umumnya tekstur pasir
( contoh: kalsium karbonat) atau bergetah tidak dikehendaki dalam tablet.
Sedangkan sensasi dingin dan sejuk dengan tekstur licin seperti manitol
disukai.
4. Pasca
efek
Pasca efek
yang umum dari banyak senyawa adalah pasca rasa (after taste) yaitu rasa yang timbul dalam mulut setelah
tablet hilang. Misalnya beberapa garam besi meninggalkan rasa karat, sakarin
memberikan rasa pahit dalam mulut.
Pasca efek umum
yang lain adalah sensasi mati rasa sebagian dari permukaan lidah, misalnya
antihistamin seperti piribenzamin-HCl menimbulkan rasa pahit kemudian mati
rasa.
5. Pengkajian
masalah formulasi
Bila
memungkinkan, langkah pertama dalam formulasi tablet kunyah adalah memperoleh
profil lengkap dari zat aktif. Profil ini biasanya menuntun keberhasilan paling
efisien dari produk stabil dan bermutu sebab zat aktif biasanya menetapkan
pemilihan senyawa pengisi, pembawa, pemanis, penyedap, dan lain-lain.
Profil zat aktif
secara ideal harus mengandung informasi berikut :
a.
Sifat fisik :warna, bau, rasa, pasca rasa, raba
mulut, bentuk fisik (kristal, serbuk, amorf/cairan, cairan berminyak), suhu
mencair, melebur, sifat polimorfisa, lembab, kelarutan dalam air, stabilitas
zat aktif, kompresibilitas.
b.
Sifat kimiawi :
- strukutur kimia dan golongan kimia;
-
reaksi utama dari golongan kimia tersebut;
- tidak
tersatukannya zat aktif.
c.
Dosis zat aktif dan batas pada ukuran dosis
akhir.
d.
Informasi lain yang terkait.
TEKNIK FORMULASI
Masalah
formulasi mencakup rasa yang tidak dikehendaki, rasa yang tidak enak di mulut
atau pasca rasa. Produk yang diinginkan harus dihindari atau diminimalisasi
dari rasa yang tidak enak dengan menambahkan flavor, pemanis, serta untuk
mendapatkan rasa mulut yang enak dan kompresibilitas yang dapat diterima.
Beberapa teknik yang digunakan untuk mengatasi masalah formulasi adalah sebagai
berikut :
1.
Menyalut dengan granulasi basah
Walaupun
proses granulasi basah terutama diperlukan untuk mudah mengalir dan dikempa
pada zat halus di bawah kondisi tertentu, metode granulasi basah dapat berguna
dalam penyalutan partikel zat aktif guna mengurangi rasanya.
Contoh formulasi tablet kunyah
vitamin C :
Zat
|
mg/tablet
|
Asam askorbat (berlebih 10%)
|
275
|
Ethocel 7 cp, 10% dalam
isopropanol
|
q.s.
|
NuTab
|
275
|
Sta-Rx-1500
|
50
|
Na-sakarin
|
1
|
Lake (FD&C)
|
q.s.
|
Penyedap
|
q.s.
|
Mg-stearat
|
5
|
Pembuatan :
|
|
-
Asam askorbat + Ethocel, keringkan semalam pada
suhu 50 °C di oven, diayak dengan ayakan 16 mesh;
-
Tambahkan NuTab + Sta-Rx-1500, kocok 15 menit;
-
Tambahkan campuran
Na-sakarin, lake, penyedap, dan Mg-stearat yang sebelumnya telah diayak;
-
Campur kemudian dicetak.
Formula di atas
menggunakan ethocel yang merupakan polimer yang tidak larut
dalam air, di mana vitamin C disalut dengan
cara granulasi basah. Tujuannya untuk meningkatkan stabilitas dan
mencegah terlalu asam.
Pada umumnya cara
ini merupakan pendekatan yang paling sederhana untuk menutupi rasa. Granulasi
basah tertentu dapat dilakukan tanpa penambahan eksipien seperti laktosa,
manitol, sorbitol, sukrosa, dan lain-lain. Walaupun pendekatan ini serupa
dengan granulasi basah biasa, ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu :
1.
Zat penggranulasi harus membentuk selaput pada
permukaan zat aktif;
2.
Tidak mempunyai rasa dan bau yang tidak enak;
3.
Tidak larut dalam saliva;
4.
Tidak mempengaruhi disolusi zat aktif setelah
ditelan.
Idealnya pengisi
rasa manis seperti gula perlu dimasukkan dalam granulasi, disintegran baik
dimasukkan dalam granulasi basah untuk menjamin disolusi yang baik setelah
granul itu dikunyah. Prosedur tersebut merupakan prosedur konvensional. Saat
ini banyak digunakan metode suspensi udara / fluidized bed. Dalam teknik tersebut, partikel zat aktif yang
akan disalut disuspensikan dalam aliran udara panas yang terkendali kecepatan
tinggi langsung melalui lempeng perforasi dalam tabung salut. Partikel zat
aktif melakukan aliran putaran lewat penembak atomisasi zat penyalut dalam
larutan/suspensi. Setelah partikel basah, partikel tersebut disingkirkan dari
daerah semprotan dan dikeringkan dalam aliran udara panas dan disalut ulang.
Putaran tersebut dilanjutkan sampai ketebalan salut yang diinginkan tercapai.
Pengaliran partikel zat aktif meningkatkan pemaparan luas permukaan guna
penyalutan dan pengeringan yang lebih efisien. Walaupun perbaikan rasa dengan
penyalutan menarik karena sederhana, tetapi metode ini hanya cukup untuk zat
aktif yang rasanya tidak enak.
2. Mikroenkapsulasi
Mikroenkapsulasi
adalah suatu metode penyalutan partikel zat aktif atau tetesan-tetesan cairan
dengan polimer yang menyalut rasa (bertujuan
diantaranya untuk menutup rasa obat yang tidak menyenangkan dan mengurangi interaksi
bahan yang tidak tersatukan secara fisik maupun kimia), membentuk
mikrokapsul dengan ukuran 5 – 5000 µm., dan bersifat
bebas mengalir. Mikroenkapsulasi dapat dibuat dengan berbagai metode,
yaitu :
a. Metode Pemisahan Koaservasi
Metode koaservasi adalah metode pengendapan makromolekul dari
larutannya menjadi 2 lapisan cairan. Dalam metode ini ada 3 langkah yaitu :
i. Pembentukan tiga fasa kimia
yang tidak bercampur yaitu fasa pembawa air, fasa inti (zat aktif), dan fasa
penyalut. Caranya : fasa penyalut dilarutkan dalam fasa pembawa cair kemudian
ditambahkan zat aktif sehingga terjadi suspensi. Proses pemisahan dilakukan
dengan berbagai cara diantaranya :
·
menaikkan suhu;
·
menambahkan cairan bahan pelarut yang bercampur
baik dengan fasa pembawa sehingga makromolekul mengendap;
·
menambahkan garam;
·
menambahkan polimer lain yang tidak tercampurkan
misalnya gelatin (ditambah gom arab).
ii.
Terbentuk campuran di mana makromolekul terdapat
paling banyak. Di sini mulai proses penyalutan (diaduk).
iii.
Pengeringan partikel pada suhu rendah.
Untuk metode
koaservasi, zat salut yang biasa digunakan adalah CMC, selulosa asetat ftalat
(CAP), etilselulosa, gelatin, polivinil alkohol, gelatin-gom arab, shellac, dan
beberapa malam tergantung pada penggunaannya.
b. Metode Suspensi Udara
Zat aktif disuspensikan dalam
udara.
c. Metode Semprot Beku
Proses semprot beku adalah pendinginan zat yang dicairkan jadi bentuk
partikel halus selama perjalanannya dari penembak semprotan dan wadah
penyemprotan pada suhu di bawah titik beku.
Contoh formula : Tablet kunyah Asetaminofen (Mikroenkapsulasi)
Zat_____________________________ mg/tablet
Mikrokapsul (100 mesh)
Asetaminofen 327
Penyalut
(selulosa-malam) 35
Eksipien 393
Manitol
Mikrokristalin selulosa (Avicel)
Talk
Sakarin
Gom Guar
Flavor
Mg-stearat__________________________
3. Dispersi solida
Zat aktif
dengan rasa yang tidak enak dapat dicegah dengan mengadsorpsikannya pada
substrat yang mampu mempertahankan tetap teradsorpsi dalam mulut tetapi setelah
di saluran cerna zat aktif dilepaskan. Contoh Dekstrometorfan dengan
menggunakan substrat Mg-trisilikat. Adsorbat sudah tersedia di perdagangan
dalam bentuk serbuk termikronisasi yang mengandung zat aktif 10% b/b (tinggal
dicampur lalu dicetak).
Contoh formula :
Zat
|
mg/tablet
|
Adsorbat Dekstrometorfan-HBr 10%
(berlebih 2%)
|
76,5
|
Benzokain
|
2,5
|
Flavor
|
10
|
Mg-stearat
|
10
|
Sorbitol (kristalin)
|
1301
|
Pembuatan :
-
Sorbitol diayak 10 mesh
-
Campur adsorbat, benzokain, flavor dengan ¼ dari
jumlah sorbitol yang diperlukan
-
Tambahkan sisa sorbitol, aduk, lalu tambahkan
Mg-stearat. Aduk dan cetak sehingga diperoleh tablet kunyah dengan kekerasan 6
kp.
Teknik pembuatan adsorbat :
Ada beberapa metode dalam
pembuatan adsorbat :
- Metode pelarut : zat aktif dilarutkan dalam pelarut yang mudah menguap, tambahkan substrat (zat padat), campur kemudian pelarutnya diuapkan lalu dihaluskan.
Faktor yang mempengaruhi proses ini : pemilihan pelarut,
substrat, proporsi dari setiap komponen, kondisi pencampuran, kecepatan
penguapan, dan suhu.
- Metode pencairan : zat aktif dan pembawa dilebur bersama-sama dengan pemanasan pada suhu yang cocok (tidak merusak zat aktif). Kemudian campuran didinginkan secara cepat dan terjadi pemadatan (dilakukan dalam penangas es). Kemudian padatan tersebut diserbuk menjadi partikel yang diinginkan.
4. Pertukaran ion
Pertukaran ion
adalah pertukaran reversibel dari ion-ion antara fasa solida dan cairan dimana
tidak ada perubahan permanen dalam struktur solida. Dalam hal ini, solida
adalah zat penukar ion sedangkan ionnya adalah zat aktif. Apabila digunakan
sebagai pembawa zat aktif, zat penukar ion menjadi suatu sarana untuk mengikat
zat aktif pada matriks polimer yang tidak larut dan dapat secara aktif menutup
rasa dan bau dari zat aktif yang diformulasi menjadi tablet kunyah. Resin
pertukaran ion dapat diklasifikasikan menjadi empat bagian: kation asam kuat,
kation asam lemah, anion basa kuat dan anion basa lemah pertukaran ion.
5. Pembentukan garam/turunannya
Dilakukan
upaya modifikasi komposisi kimia zat aktif sehingga senyawa itu kurang larut
dalam saliva karena itu rangsangannya kurang pada ujung rasa atau memodifikasi
zat aktif menjadi tidak berasa. Misalnya kloramfenikol menjadi kloramfenikol
stearat.
6. Penambahan asam amino dan hidrolisat protein
Dengan
menggabungkan asam-asam amino dan garam-garamnya atau campurannya akan
mengurangi rasa pahit dari penisilin. Asam amino yang umum digunakan adalah
sarkosin, alanin, taurin, asam glutamat, dan glisin. Misalnya rasa ampisilin
diperbaiki secara nyata dengan menggranulasikannya dengan glisin, kemudian
ditambahkan amilum, lubrikan, glidan, penyedap, pemanis lalu dicetak.
7. Kompleks inklusi
Pembentukan
kompleks inklusi yaitu molekul zat aktif masuk ke dalam lubang-lubang molekul
zat pengompleks membentuk kompleks stabil. Kompleks ini mampu menutup rasa
pahit zat aktif dengan menurunkan jumlah partikel zat aktif yang terpapar atau
mengurangi kelarutan zat aktif pada waktu dikunyah.
Gaya yang
terlibat dalam kompleks inklusi adalah gaya Van der Waals dan β-siklodekstrin
(digunakan sebagai zat pengompleks inklusi) merupakan molekul oligosakarida
dari amilum, manis, dan tidak toksik. Ada 3 metode utama dalam pembuatan kompleks inklusi dengan siklodekstrin, dua diantaranya
adalah skala laboratorium sedangkan yang lainnya adalah skala industri. Untuk
skala laboratorium adalah sebagai berikut :
a.
Siklodekstrin dilarutkan dalam air panas yang
dicampur zat aktif, kemudian didinginkan dan terjadi penghabluran dari senyawa
inklusi (pada pengeringan).
b.
Zat aktif tidak larut air dilarutkan dalam
pelarut organik yang tidak bercampur dengan air, dikocok dengan siklodekstrin
dalam air yang pekat, akan terjadi senyawa terkristalisasi yang mengendap,
kristal dicuci untuk menghilangkan zat aktif yang tidak membentuk kompleks,
lalu dikeringkan.
8. Kompleks molekular
Pembentukan
kompleks molekular melibatkan zat aktif dan molekul organik pengompleks, dan
kompleks ini dapat menutup rasa yang pahit atau bau yang tidak diinginkan.
Metode ini menurunkan kelarutan zat aktif dalam air.
9. Spray
congealing dan spray coating
Proses dari
spray congealing meliputi pendinginan (atau congealing) substansi yang
dilelehkan dalam bentuk partikel selama perjalanan dari spray nozzle sampai
sekitar tempat penyemprotan pada temperatur di bawah titik lelehnya.
EKSIPIEN
Proses granulasi
basah, granulasi kering dan cetak langsung pada tablet konvensional dapat juga
diterapkan pada tablet kunyah. Dalam hal ini, perlu diperhatikan kadar lembab,
kompatibilitas, aliran, kompresibilitas, distribusi ukuran granul. Selain itu,
hal yang perlu diperhatikan adalah tingkat kemanisan, kemampuan untuk dikunyah,
dan rasa mulut. Banyak eksipien yang umum digunakan dalam tablet konvensional
dapat juga digunakan dalam tablet kunyah. Beberapa eksipien untuk tablet kunyah
yang umum digunakan adalah sebagai berikut :
A. Flavouring/Penyedap
1.
Pemanis. Pemanis alam dan pemanis buatan yang
paling banyak digunakan adalah aspartam, siklamat, glizirisin dan sakarin.
Dalam penggunaannya perlu diperhatikan status peraturan atau regulasi dalam
negara.
Pemanis
|
Tingkat
kemanisan dibandingkan terhadap sukrosa
|
Aspartam
|
200
|
Siklamat
|
30-50
|
Glizirisin
|
50
|
Sakarin
|
450
|
Dekstrosa
|
0,7
|
Fruktosa
(levulosa)
|
1,7
|
Laktosa
|
0,2
|
Maltose
|
0,3
|
Manitol
|
0,5-0,7
|
|
|
Sorbitol
|
0,5-0,6
|
Sukrosa
|
1
|
2.
Aroma, misal: aroma vanila, jeruk, strawberry,
coklat, peppermint.
B. Pewarna
Pewarna yang
digunakan dalam tablet kunyah bertujuan untuk :
·
meningkatkan daya tarik estetika
·
memberi identitas pada produk dan membuat
perbedaan antar produk
·
menutup warna yang kurang menarik
·
mengimbangi dan menyesuaikan penyedap yang
digunakan dalam formulasi
Ada dua bentuk pewarna yang digunakan
:
1. Warna Celup
Adalah senyawa kimia yang menunjukkan
pewarnaan apabila dicelupkan dalam suatu larutan, biasanya mengandung 80-93%
murni.
Pewarna celup
untuk tablet kunyah biasanya digunakan 0,01-0,03%. Pewarna celup yang digunakan
pada metode granulasi basah biasanya dilarutkan dalam cairan granulasi.
Pelaksanaan granulasi dan pengeringan untuk meminimalkan migrasi larutan
pewarna celup harus dibuat dalam besi tahan karat atau wadah kaca untuk
menghindari inkompatibilitas antara zat warna dan wadah. Harus dilakukan
penyaringan untuk menghilangkan partikel yang tidak larut. Larutan pewarna
celup dalam air dapat disimpan selama beberapa jam dan jika lebih dari 24 jam
perlu diawetkan dengan penambahan suatu zat pengawet untuk mencegah pertumbuhan
mikroba, misalnya propilenglikol, asam fosforik, Na-benzoat, dan asam sitrat.
Selama penyimpanan, penggunaan dan proses
pewarnaan, pewarna celup harus dilindungi terhadap :
-
zat pengoksidasi terutama klorin dan hipoklorit;
-
zat pereduksi terutama gula invert, beberapa
penyedap, ion logam (Al, Zn, Fe, dan Sn), asam askorbat;
-
pH yang ekstrim, misalnya pH < 5, zat warna
tidak tahan;
-
mikroba terutama j amur dan bakteri;
-
pemanasan dengan suhu yang tinggi dan waktu yang
lama (jadi pewarnaan harus diproses pada suhu rendah dan waktu singkat);
-
pemaparan cahaya matahari langsung.
2. Warna Lake
Pewarna lake
tidak larut dan biasanya didispersikan. Oleh karena itu yang sangat penting
diperhatikan adalah ukuran partikel harus halus. Umumnya makin kecil ukuran partikel,
makin tinggi daya pewarnaan lake karena bertambahnya luas permukaan.
Lake dibuat
dengan presipitasi dan mengadsorpsikan pewarna celup pada substrat yang tidak
larut air. Biasanya sebagai substrat digunakan Alumina hidrat. Lake yang
digunakan untuk tablet kunyah cetak langsung : 0,1-0,3%. Stabilitas lake
terhadap cahaya dan panas lebih tinggi dibandingkan warna celup dan kompatibel
dengan banyak komponen yang digunakan dalam tablet kunyah. Lake biasanya
digunakan dalam pembuatan tablet kunyah dengan metode cetak langsung.
V. PEMBUATAN
Empat aspek yang penting dalam pembuatan tablet kunyah
adalah :
·
sifat tersatukannya zat aktif dengan zat warna;
·
distribusi ukuran partikel;
·
kadar lembab yang memenuhi syarat;
·
sifat kekerasan tablet.
a. Antasida
Kebanyakan sediaan
padat antasida dibuat dalam bentuk tablet kunyah. Formulasi antasida sangat
sulit mengingat sifat dan jumlah zat aktif. Umumnya zat aktif terdiri dari
logam, astringent, berasa seperti kapur atau berasa pasir dan kombinasi ini
menyebabkan rasa yang tidak enak saat dikunyah. Antasida yang umumnya digunakan
dalam kombinasi dari 2 atau lebih untuk menghasilkan efek terapeutik yang baik
adalah sebagai berikut : Alumunium hidroksida (80-600 mg), Ca-karbonat (194-850
mg), Mghidroksida/Mg-oksida (65-400 mg), Mg-trisilikat (20-500 mg), dan lain.
Sebagai tambahan
digunakan zat lain seperti :simetikon (dimetikon, dimetillpolisiloksan) dengan
dosis 20-40 mg/tablet sebagai antiflatulen; peppermint oil 3 mg/tablet
digunakan sebagai karminatif dan asam alginat 200-400 mg.
Contoh formula : Tablet kunyah
antasida dengan metode cetak langsung
Zat
|
mg/tablet
|
Al(OH)3 dan Mg-karbonat
|
325
|
Di-Pac DTE
|
675
|
Avicel
|
75
|
Starch
|
30
|
Ca-stearat
|
22
|
Flavor
|
q.s.
|
Pembuatan
: campur semua zat, cetak. Tablet kunyah yang diharapkan mempunyai kekerasan
8-11 SCA unit.
b. Obat batuk/obat flu
Formulasi biasanya digunakan
untuk anak-anak. Umumnya dosis kurang dari atau sama dengan ¼ dosis dewasa.
Obat yang umum adalah aspirin, asetaminofen, klorfeniramin, pseudoefedrin, dan
dekstrometorfan.
Sifat umum yang
diperoleh dari zat aktif tersebut adalah rasa tidak enak, misalnya aspirin
berasa asam sedangkan yang lain pahit.
Semua zat aktif
yang telah disebutkan mempunyai sifat kompresibilitas yang cukup baik, kecuali
asetaminofen. Jadi untuk asetaminofen dipilih metode granulasi basah sedangkan
zat aktif lain digunakan metode cetak langsung.
Contoh formula: Tablet
kunyah Asetaminofen : metode
granulasi basah
Zat______ mg/tablet
Asetaminofen 120
Manitol 720
Na-sakarin 6
Larutan pengikat 21,6*
Peppermint oil 0,5
Syloid 244 0,5
Banana, Permaseal F-4932 2
Anise, Permaseal F-2837 2
NaCl (serbuk) 6
Mg-stearat_________________ 27,5__
* Mengandung 5,4 mg gom arab dan 16,2 mg gelatin
Pembuatan :
·
Siapkan larutan pengikat yang terdiri dari gom
arab (serbuk) 15 g, gelatin (granul) 45 g, dan air ad 400 ml
·
Ayak manitol dan Na sakarin dengan ayakan 40
mesh
·
Campur dengan Asetaminofen. Tambahkan 180 ml
larutan pengikat untuk 1000 tablet
·
Granulasi dan keringkan 1 malam pada 140-150 °F.
Ayak dengan ayakan 12 mesh
·
Adsorpsikan peppermint oil pada syloid 244 dan
campur dengan flavor dan NaCl
·
Campur granul kering dengan flavor lalu
tambahkan Mg stearat
·
Cetak tablet dengan kekerasan 12-15 kp
Catatan : pengikat gom arab-gelatin menghasilkan tablet
dengan kekerasan yang tinggi. Larutan pengikat harus dibuat segar untuk
menghindari pertumbuhan mikroba.
Tablet kunyah Aspirin untuk
anak-anak
Zat
|
mg/ tablet
|
AlOH (dried gel)
|
13
|
Aspirin
|
81
|
Talk
|
2
|
Primogel
|
8
|
NuTab
|
93,4
|
Mafco Magna Sweet
|
0,6
|
Flavor Jeruk
|
2
|
Pembuatan :
·
Kocok NuTab dan AlOH, tambahkan aspirin dan
kocok (1)
·
Campur primogel, talk, flavor, dan Magna Sweet
dan ayak 16 mesh (2)
·
Tambahkan (2) ke (1), kocok dan cetak
Kombinasi NuTab
dan Magna Sweet sebagai pemanis untuk mengurangi rasa asam dari aspirin, begitu
juga dengan flavor jeruk. Dalam keadaan kering, tidak ada reaksi
inkompatibilitas antara aspirin dengan basa AlOH.
c. Vitamin/Mineral/Food
Supplement
Vitamin dan mineral mempunyai
rasa yang tidak enak seperti asam, pahit, asin, rasa sabun, hambar atau rasa
seperti logam. Beberapa cara untuk menutup rasa tersebut :
·
Rasa asam ditekan dengan cara menambahkan
pemanis
·
Ferro fumarat dan ferri pirofosfat terasa
hambar. Untuk itu dilakukan proses penyalutan dengan
monogliserida
atau digliserida dari asam lemak tersaturasi dengan teknik beku semprot
·
Rasa pahit seperti vitamin B kompleks disalut
(salut tunggal) dengan monogliserida atau
digliserida
·
Vitamin A dan D dalam bentuk bebas dilindungi
dengan matriks gelatin, gula atau starch dan pengawet
·
Vitamin E dalam serbuk kering teradsorpsi
EVALUASI
Evaluasi tablet kunyah tidak
diatur dalam FI IV. Beberapa parameter yang dievaluasi di bawah sebagian besar
mengacu pada evaluasi tablet konvensional.
1.
Evaluasi organoleptik
Evaluasi dimulai dari bahan baku obat sampai produk akhir
2.
Evaluasi kimia
-
Penentuan Kadar
Metode
analisis yang sesuai (kromatografi, titrimetri, spektrofotometri, dan
lain-lain) bisa digunakan untuk menentukan kadar zat aktif pada sampel yang
representatif (biasanya aliquot dari 20 tablet yang dipilih acak yang
dihaluskan). Jumlah kadar yang diperoleh dinyatakan dalam persentase terhadap
kadar obat di label. Nilai yang diperoleh harus berada dalam batasbatas yang
telah ditentukan untuk masing-masing zat aktif.
-
Keseragaman Sediaan
Keragaman bobot tidak boleh
melebihi 6% untuk tablet dengan kadar zat aktif lebih dari 50 mg atau 50%
terhadap obot seluruhnya.
Keseragaman kandungan perlu dilakukan jika kandungan zat aktif kurang
dari 50 mg. Prosedur yang dilaksanakan sesuai dengan yang tercantum di
FI IV.
-
Evaluasi in vitro dan in vivo (untuk tablet
antasid)
3. Evaluasi Fisik
-
Pemeriksaan Fisik meliputi pemeriksaan terhadap
adanya capping atau rengat dan parameter
penampilan lainnya.
-
Kekerasan ambil 10 – 20 tablet secara acak,
tetapkan kekerasan.
-
Friabilitas 20 tablet digerus, ambil 6 gram,
masukkan ke dalam friabilator selama 100 putaran, kemudian timbang bobot yang
hilang. Nilai friabilitas tidak melebihi 4%.
-
Waktu hancur, Disolusi, Rasa
4. Uji Stabilitas
i.
Stabilitas dipercepat dengan suhu tertentu
ii.
Stabilitas dalam kondisi nyata
Pemeriksaan
stabilitas meliputi :
·
Pada waktu tertentu, tentukan kadar zat aktif
·
Periksa terhadap adanya perubahan fisik
(totol-totol pada tablet, migrasi zat warna, kristalisasi zat aktif pada
permukaan tablet, ada bau)
·
Periksa perubahan kekerasan, friabilitas,
kecepatan disolusi, waktu hancur
·
Periksa stabilitas rasa
DAFTAR PUSTAKA:
Farmakope
Indonesia IV, Depkes RI, 1995, hal 4
Lachman dan Lieberman, Pharmaceutical Dosage
Forms, vol I, edisi kedua, Marcel Dekker, inc., New York, hal 367-415
Lachman dan Lieberman, Teori dan Praktek Farmasi
Industri, vol II, edisi ketiga, 1994, UI Press, hal 712
1 komentar:
Terimakasih kak atas ilmunya, makasih juga sudah nyantumin literaturnya :)
Posting Komentar