Google ads

Minggu, 14 Februari 2016

Bahan Tambahan Pembuatan Suppositoria & Ovula

Eksipien untuk sedian suppositoria dan ovula terdiri dari :
1.         Basis
2.         Bahan tambahan lain
(Bahan Kuliah Tablet Dr. Henny Rachmawati, 2005)
Basis
Jenis -jenis basis yang digunakan dalam pembuatan sediaan suppositoria dan ovula, yaitu :
1. Basis larut lemak

 Contoh basis larut lemak yang biasa digunakan adalah :

a.    Oleum cacao
            Sinonim  : Cocoa butter, theobroma oil, oleum theobromatis
Pemerian  :  Padatan rapuh berwarana kekuningan atau putih dengan sedikit aroma cokelat 31-34 OC
Mudah larut dalam kloroform, eter, dan petroleum spirit. Larut dalam etanol mendidih. Sedikit larut dalam etanol 95 %. Pemanasan lebih dari 36 OC selama pembuatan suppositoria dapat menyebabkan penurunan titik solidifikasi sehingga terjadi perubahan menjadi fase metastabil yang sulit untuk memadat kembali. Harus disimpan pada temperatur tidak lebih dari 25 OC.
(HOPE 5th ed, 2006, hal 765)
 o Melunak pada suhu 30 OC dan meleleh pada suhu 34 OC
o Merupakan trigliserida cair yang dijerapkan pada kristalin trigliserida padat
o  Ada 4 bentuk polimorfisa, yaitu , , , dengan masing-masing titik leleh 22, 34, 35, 18 OC.
Bentuk yang digunakan untuk pembuatan suppositoria adalah bentuk karena merupakan bentuk yang paling stabil. Karena titik leleh bentuk di bawah suhu tubuh sehingga perlu ada penambahan zat lain untuk meningkatkan titik leleh menjadi pada suhu tubuh serta untuk meningkatkan konsistensi suppositoria sendiri. Biasanya digunakan kombinasi oleum cacao­cera alba atau oleum cacao-setil alkohol dengan perbandingan 94:6.
(Bahan Kuliah Tablet Dr. Henny Rachmawati, 2005)
Cera alba
Sinonim                                 : White wax, white beeswax
Pemerian :                                 Bentuk lembaran, atau granul halus, sedikit tembus cahaya, berwarna putih atau sedikit kuning, tidak berasa, bau seperti cera flava dengan intensitas lebih rendah.
Titik leleh                              : 61-65 OC
Kelarutan : Larut dalam kloroform, eter, fixed oil, minyak esensial, karbon disulfida hangat. Sukar larut dalam etanol 95 %. Praktis tidak larut dalam air.
Stabilitas dan penyimpanan : Pemanasan di atas 150 OC dapat menyebabkan terjadi esterifikasi dengan penurunan nilai asam dan penurunan titik leleh. Stabil pada penyimpanan dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya.
Inkompatibilitas                    : Zat oksidator
(HOPE 5th ed, 2006, hal 817-818)


Setil alkohol
Sinonim                                 : Cetanol, palmitil alkohol, alcohol cetylicus
Pemerian                                : Bentuk lilin, serpihan putih, granul, kubus atau casting, karakteristik bau yang samar dan rasa yang lunak.
Titik leleh                              : 45-52 OC, 49 OC bila murni
Kelarutan : Mudah larut dalam etanol 95 % dan, eter, kelarutan meningkat dengan peningkatan suhu. Praktis tidak larut dalam iar. Bercampur saat dilelehkan dengan lemak, parafin padat dan cair, isopropil miristat.
Stabilitas dan penyimpanan : Stabil dengan adanya asam, basa, cahaya dan udara serta tidak menjadi tengik. Harus disimpan pada wadah tertutup rapat di tempat kering dan sejuk.
Inkompatibilitas                    : Zat oksidator kuat, dengan ibuprofen dapat menurunkan titik leleh setil alkohol.
(HOPE 5th ed, 2006, hal 155-156)

·           Adanya kloral hidrat dapat menurunkan titik leleh oleum cacao.
·      Pelepasan suppositoria dengan basis oleum cacao akan lebih baik bila cetakan yang digunakan bersih dan kering dan oleum cacao tidak dilelehkan pada suhu di atas titik lelehnya. (Bahan Kuliah Tablet Dr. Henny Rachmawati, 2005)

b. Lemak tumbuhan terhidrogenasi atau fatty base
·           Disusun oleh senyawa trigliserida dari minyak palm dan minyak kelapa
·      Stabilitas baik, tidak mengiritasi dan tidak perlu kondisi penyimpanan khusus.
·      Memberi kemudahan saat dikeluarkan dari cetakan sehingga tidak memerlukan pelumasan pencetakan.
·      Titik leleh antara 35-37 OC
(Bahan Kuliah Tablet Dr. Henny Rachmawati, 2005)


Hard fat, adeps solidus, wecobee, witepsol,  novata Warna putih atau hampir putih, praktis tak berbau, seperti lilin, rapuh. Ketika dipanaskan sampai 50 OC, meleleh menjadi cairan tidak berwarna atau sedikit kekuningan Mudah larut dalam karbon tetraklorida, kloroform, eter, toluen, xilen. Sedikit larut dalam
 etanol. Praktis tidak larut dalam air.

Disimpan pada wadah terlindung cahaya, kedap udara pada temperatur sekurang-kurangnya 5 OC di bawah titik lelehnya. Direkomendasikan disimpan pada lemari es.

Bahan eksipien yang dapat ditambahkan pada penggunaan supposir
Eksipien

Contoh
Dispersan   (peningkat
absorpsi)
pelepasan  dan
atau
Surfaktan
Penurun higroskopisitas


Koloidal silikon dioksida
Peningkat titik leleh


Beeswax, setil alkohol, asam stearat, stearil
alkohol, aluminium mono stearat (atau di- atau
tri-),   bentonit,  Mg   stearat,  koloidal  silikon
dioksida
Plastisizer (penurun titik leleh)

Gliseril monostearat, miristil alkohol, polisorbat
80, propilen glikol
(HOPE 5th ed, 2006, hal 762-763)

·         Witepsol H 15 memiliki rentang titik leleh dan karakter pelepasan yang sama dengan oleum cacao.
·         Memadat dengan cepat dalam cetakan sehingga tidak memerlukan lubrikan karena suppositoria dapat berkontraksi dengan baik
·         Kombinasi witepsol titik leleh tinggi dan rendah akan menghasilkan titik leleh antara 34-44 OC (Bahan Kuliah Tablet Dr. Henny Rachmawati, 2005)

2. Basis larut air atau tercampurkan dengan air
a. PEG (polimer etilen oksida dan air)
    Sinonim                                      : Macrogol (HOPE 5th ed, 2006, hal 545-547)
BM bervariasi, dapat dikombinasikan antara PEG BM tinggi dan rendah untuk menghasilkan titik leleh tertentu, mengatasi karaketristik merugikan karena terlalu banyak padatan atau cairan yang harus diformulasi ke sediaan suppositoria.
PEG
Titik leleh (OC)
1000
38-41
1500
38-41
1540
43-46
4000
53-55
6000
58-61
(Penuntun Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida, 2006, hal 42-43)

PEG BM 200-600 merupakan cairan kental tidak berwarna atau sedikit kuning. Sedikit berbau dengan bau khas dan rasa pedas atau sedikit terbakar. PEG BM di atas 1000 berwarna putih dengan konsistensi mulai dari pasta sampai serpihan lilin, bau manis.
Semua larut dalam air dan saling bercampur antar PEG (bila perlu dengan pelelehan). Larutan PEG BM besar membentuk gel. PEG cair larut dalam aseton, alkohol, benzen, gliserin, dan glikol. PEG padat larut dalam aseton, diklormetan, etanol 95 %.
Stabil secara kimia pada udara dan larutan, walaupun PEG BM di bawah 2000 higroskopik, tidak cocok sebagai media pertumbuhan mikroba, dan tidak menjadi tengik. Bisa disterilisasi autoklaf, filtrasi, radiasi . Tetapi, sterilisasi panas kering terhadap PEG padat pada suhu 150 OC selama 1 jam bisa menginduksi oksidasi. Oksidasi dapat dicegah dengan penambahan antioksidan.
(HOPE 5th ed, 2006, hal 545-547)

·         Zat aktif seperti garam-garam perak, asam tanat, aminopirin, kuinin, ihtamol, aspirin, benzokain, iodoklorhidroksiquin, dan sulfonamid tidak dapat tersatukan dengan PEG.
·         Senyawa-senyawa seperti natrium barbiturat, asam salisilat, dan kampor akan merekristal dari basis PEG. Konsentrasi tinggi asam salisilat akan melunakkan PEG. Aspirin akan membentuk kompleks dengan PEG.
·         PEG dapat menyebabkan iritasi pada sebagian pasien
·         Suppositoria yang dibuat dengan basis PEG sebaiknya tidak disimpan dalam wadah polisiren karena PEG memberikan reaksi yang merugikan dengan bahan ini. Sebaiknya disimpan pada wadah gelas.
(Bahan Kuliah Tablet Dr. Henny Rachmawati, 2005)
Hal-hal yang harus diperhatikan untuk penggunaan basis PEG :
o   Cetakan harus kering
o   Massa leburan tidak boleh dituang ke dalam cetakan dalam keadaan panas
o   Lubrikan tidak diperlukan namun dapat menggunakan parafin bila perlu
(Penuntun Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida, 2006, hal 42-43)

Kombinasi PEG yang biasa digunakan : PEG 1000-4000 (96:4 atau 75:25), PEG 6000-1540-400 (50:30:20), PEG 6000-1540-air (50:30:20).
(The Pharmaceutical Codex, 12th ed, 1994, hal 172)

b. Polybase
·       Basis suppositoria berwarna putih terdiri dari campuran homogen PEG dan Tween 80
·       Stabil pada suhu kamar, dengan bj 1,177 (25 OC) dengan BM rata-rata 3440
·       Tidak memerlukan lubrikasi saat dicetak.
(Bahan Kuliah Tablet Dr. Henny Rachmawati, 2005)

Tween 80
Polisorbat 80, polietilen sorbitan fatty acid ester 80
Cairan berminyak berwarna kuning
Larut dalam air dan etanol. Tidak larut dalam minyak mineral dan minyak nabati.
Stabil dengan adanya elektrolit, asam lemah, dan basa lemah, saponikasi bertahap dengan asam dan basa kuat. Ester asam oleat senesitif oksidasi,. Tween higroskopis perlu diperhatikan kandungan airnya, bila perlu dikeringkan. Biasanya, surfaktan polietilen lain dalam penyimpanan jangka panjang dapat membentuk peroksida. Tween harus disimpan pada wadah tertutp rapat terlindung cahaya pada suhu sejuk dan kering.
Perubahan warna dan pengendapan dengan fenol, tanin, tar, dan bahan seperti tar, tween dapat menurunkan aktivitas pengawet pada paraben.

c. Gelatin tergliserinasi
·       Basis ini merupakan campuran 70% gliserin, 20% gelatin, 10% air.
·       Dikemas dalam wadah tertutup rapat karena sifatnya higroskopis.
·       Tidak direkomendasikan untuk suppositoria rektal karena dapat memberikan efek osmotik dan refleks defekasi
·       Basis gliserin yang mengandung 91% gliserin dan 9% natrium stearat ditujukan untuk sediaan ovula
(Bahan Kuliah Tablet Dr. Henny Rachmawati, 2005)



Bening sampai kuning muda, seperti kaca, padatan rapuh. Praktis tidak berbau dan berasa dengan bentuk lembaran, granul atau serbuk..

Bentuk kering stabil pada udara. Larutan juga stabil pada udara bila disimpan pada uadara sejuk dan steril. Pada temperatur di atas 50 OC larutan gelatin mengalami depolimerisasi perlahan. Depolimerisasi bertambah pada suhu di atas 65 OC. gelatin dapat disterilisasi secara panas kering. Ruahan disimpan pada wadah kedap udara di kondisi kering dan sejuk.

Bereaksi dengan asam, basa, dan protein, aldehid, gula aldehid, polimer anionik dan kationik, elektrolit, ion logam, plastisizer, pengawet dan surfaktan. Mengendap dengan adanya alkohol, kloroform, eter, garam merkuri, assam tanat. Gel mencair oleh bacteri bila tidak diawetkan

(HOPE 5th ed, 2006, hal 295-296)

Gliserin

Cairan kental higroskopis, bening, tidak berwarna, tidak berbau. Rasa manis 0,6 kali daripada gula
Larut dalam air, metanol, etanol, dalam eter (1:500), etil asetat (1:11). Sedikit larut dalam aseton, parktis tidak larut dalam benzen, kloroform, minyak
Higroskopis. Gliserin murni cenderung tidak teroksidasi oleh udara atmosfer pada kondisi penyimpanan biasa tetapi terdekomposisi oleh pemanasan dan berubah menjadi senyawa akrolein yang toksik. Campuran gliserin dengan air, etanol 95%, dan propilen glikol secara kimia stabil. Dapat mengkristal bila disimpan pada temperatur rendah dan kristal tidak akan mencair walaupun dipanaskan sampai 20 OC. Harus disimpan pada wadah kedap udara, pada tempat kering dan sejuk.

Dapat meledak bila dicampur dengan oksidator kuat seperti kromium trioksida, kalium klorat, kalium permanganat. pada larutan encer, reaksi terjadi perlahan dan membentuk produk lain. Warna menjadi hitam oleh cahaya, atau kontak dengan seng oksida, basa bismut nitrat. Kontaminan besi pada gliserin menyebabkan warna menjadi gelap pada campuran yang mengandung fenol, salisilat, tanin. Dapat membentuk kompleks asam borat, asam gliseroborat yang lebih asam daripada asam borat.


Bahan tambahan lain
Bahan tambahan lain terdiri dari
1.         Peningkat disolusi zat aktif
2.         Peningkat absorpsi zat aktif
Contohnya: natrium laurat dan taurin

Tidak ada komentar:

Google Ads