Manufacturing Process
Development (MPD)
A. Process and
Product Development
Process and
Product Development merupakan sub departemen dari MPD yang bertugas untuk mengembangkan
produk baru. Proses pengembangan produk tersebut meliputi:
Ø Pengembangan produk baru (New Product Development)
Penjelasan:
Produk baru
digolongkan menjadi dua macam yaitu produk transfer dan produk asli (original product). Produk transfer
merupakan istilah untuk produk baru yang berasal dari perusahaan induk kemudian diijinkan untuk diproduksi pada anak perusahaan di negara lain.
Produk asli (original product)
merupakan produk baru yang dibuat langsung di masing-masing anak perusahaan. Proses pengembangan produk
transfer dimulai dari :
1)
Persetujuan lisensi dari perusahaan Induk
Persetujuan lisensi
menandakan bahwa anak perusahaan diijinkan untuk melakukan produksi.
2)
Technical transfer
Tahapan
ini merupakan proses transfer teknologi manufaktur dari jepang ke anak
perusahaan berupa informasi teknis proses produksi. Selain itu juga terdapat Analytical Method Transfer.
3)
Metode analisa:
Beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam metode analisa
-
Analytical methods transfer :
Merupakan metode
analisa terbanding antara metode analisa anak perusahaan dengan perusahaan
induk.
-
Analytical method validation/
validasi metode analisa
Validasi bertujuan untuk menunjukkan bahwa metode analisis sesuai
dengan tujuan penggunaanya. Karakteristik validasi yang umumnya perlu
diperhatikan antara lain akurasi, presisi, ripitabilitas, intermediate precission, spesivitas, batas deteksi,
batas kuantitasi, linearitas, dan rentang untuk tiap metode analisa
4)
Procurement/ pengadaan :
Pengadaan
meliputi mesin dan bahan baku yang diperlukan untuk produksi produk baru
5)
Validasi metode analisa
6)
Validasi pembersihan (Cleaning validation)
Beberapa item yang
dipastikan pada saat validasi pembersihan antara lain residu, cleaning agent,
microbial, TOC. Metode yang digunakan dalam validasi pembersihan ada 2 yaitu
metode swab dan metode rinsing. Metode swab dilakukan pada titik yang tidak
dapat dideteksi oleh metode rinsing.
7)
Optimasi / Optimization
Optimasi merupakan
percobaan proses produksi dengan parameter yang bervariasi untuk mendapatkan
metode produksi yang tepat.
8)
Validasi proses
Validasi proses
dilakukan pada tiga bets secara
berturut-turut, dengan memperhatikan parameter kritis dan acceptance
criteria.
9) Stability study
Penelitian stabilitas
dilakukan pada tiga bets secara berturut-turut setelah validasi proses
selesai. Penelitian stabilitas yang dilakukan dua macam yaitu realtime dan accelerated. Stability Study
dilakukan selama masa kadaluarsa untuk mengetahui kadar kestabilan komposisi
bahan aktif, pH, identifikasi particulate contamination, sterilitas, bacterial
endotoxin, produk degradasi, water content, disolusi, dan lain-lain.
10) Pengajuan
ke BPOM
Proses
pengajuan ke BPOM memberikan dokumen lengkap sesuai dengan pendaftaran obat
baru.
11) Persetujuan
registrasi
Bertujuan
untuk memperoleh nomor ijin edar
12) Pelatihan
operator
Pelatihan
operator untuk membuat produk baru meliputi pengoperasian mesin, cara
penimbangan, tekanan ruangan, jenis pakaian yang digunakan.
13) Produksi
komersial
Produksi komersial bisa dilakukan setelah
mendapat sertifikat CPOB dan juga diperlukan komunikasi dengan pihak marketing
untuk dijual ke distributor.
B.
Material and Packaging Development
Material
and Packaging Development merupakan subdivisi MPD yang bertugas untuk mengurus
kemasan produk. Subdivisi ini memiliki dua macam kegiatan yaitu pembaharuan
kemasan dan peninjauan untuk pembaharuan proses pembuatan kemasan.
1)
New Development
Pembaharuan
kemasan pada umumnya dilakukan bila ada :
ü Material baru kemasan untuk
produk baru atau innovator (New material
of packaging for new (inovator) product)
Bahan baku yang
digunakan untuk produk baru, misalnya new
film bag og Bifluid di cek dengan menggunakan uji fisik, bursting test, uji
stabilitas larutan terhadap new film bag, uji pH dan lain-lain.
ü Vendor baru suatu material
kemas (New vendor of material)
Dilakukan jika
refference vendor tidak dapat memproduksi material dan beralih ke vendor lain
dan jika dalam 1 refference beralih plant yang baru untuk dapat memproduksi
material packaging. Sebagai contoh perubahan material plabottle LDPE jenis A ke LDPE jenis B dalam 1 vendor.
Pengujian yang
dilakukan meliputi:
1. Uji material resin
LDPE : appearance, fisikokimia, biologi.
2.
Uji plabottle dengan new material
resin : appearance botol, uji fisik (berat botol, dimensi, hanger drop, dan
lain-lain), uji stabilitas produk ajdi terhadap bahan kemas (uji fisikokimia,
uji mikrobiologi, uji sterilitas).
ü Material pengganti kemasan (Alternative material of packaging)
Dilakukan jika existing material sudah tidak compatible
baik di proses maupun yang mempengaruhi produk jadi, optimasi harga material
packaging, optimasi material packaging terhadap proses.
2) Review for
improvement process
Dilakukan untuk meninjau ulang kemasan yang
bertujuan meningkatkan proses, produktivitas dan lain-lain, sebagai contoh
yaitu pembuatan mould plabottle yang
baru untuk meningkatkan produktivitas, pembuatan outer cap baru, pembuatan
inner cap baru.
Contoh dari proses ini
adalah perubahan kualitas dari PET 12/Al 12/PE 40 menjadi PET 12/PE 15/Al
12/LLDPE 40 harus dilakukan acceptance test dengan beberapa pengujian antara
lain appearance (seal condition), thickness, seal strength, humidity,
permeability test dan block spot test.
Pengujian yang dilakukan pada
kemasan meliputi 2 jenis yaitu pengujian pada kemasan dan pengujian pada label.
Pengujian yang pada umumnya dilakukan pada kemasan produk parenteral antara
lain :
1)
Uji kebocoran kemasan dengan pewarna
Uji kebocoran kemasan
dilakukan dengan menggunakan pewarna berwarna merah. Produk dicelupkan ke
dalam pewarna, kebocoran teridentifikasi bila terdapat noda merah terserap pada
bagian plastik kemasan. Pada umumnya
produk yang diuji adalah produk LVP dan SVP.
2)
Uji kebocoran kemasan dengan mesin Auto
Leakage Tester (ALT)
Uji
kebocoran kemasan ini menggunakan listrik bertegangan tinggi yang disesuaikan dengan jenis produk (elektrolit dan non elektrolit)
dan variasi volume produk, sebagai contoh untuk produk plabottle dengan larutan elektrolit dan volume 500 ml tegangan yang
digunakan adalah 30 kv untuk channel 1,2,3 dan 28 kv untuk channel 4 dan 5. Setiap kebocoran diidentifikasi
dengan adanya listrik yang mengalir ke dalam botol plastik melalui cairan
isi yang keluar dari celah kemasan yang
bocor. Produk yang diuji kemasannya menggunakan metode ini pada umumnya produk
LVP plabottle.
3)
Dropping Test
Dropping test merupakan uji ketahanan
kemasan produk. Pengujian ini dilakukan dengan cara yang bervariasi pada tiap
produk yang berbeda. Pada produk LVP, dropping
test dilakukan dengan cara produk LVP plabottle
dijatuhkan dari ketinggian 170 cm dari 6 sisi yang berbeda dengan pengulangan
sebanyak 20x. Setelah dijatuhkan sebanyak 20x dilakukan uji kebocoran pada
produk. Sedangkan pada produk LVP softbag, dilakukan dengan cara menjatuhkan
beban seberat 6 kg 4 ons di atas produk softbag.
4)
Uji transparansi kemasan
Uji transparansi kemasan dilakukan untuk mengetahui transparansi
lapisan plastik botol. Nilai transparansi dipersyaratkan >55% sesuai Dengan
yang ditetapkan di Farmakope Indonesia yang kemudian dituangkan dalam SOP.
Nilai transparansi harus >55% agar partikel dalam kemasan dapat diinspeksi
dengan mudah. Pengujian ini dilakukan pada produk LVP dan SVP
5) Uji twist-off
Uji twist
dilakukan pada produk ampul New SVP dengan memutar tutup ampul menggunakan alat
IMADA Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah tutup botol mudah dibuka atau
tidak dengan cara diputar
6) Uji Segregasi
Uji ini dilakukan pada
produk ampul New SVP untuk mengetahui antar ampul SVP mudah dipisahkan atau
tidak dari ampul lainnya dalam satu strip.
7) Stability Test
Uji kestabilan kemasan dilakukan selama 3
bulan. Interval pengambilan sampel pada
bulan ke-1, 2 dan 3 pada suhu 30°C, 40°C dan 50°C.
Sedangkan
macam pengujian yang pada umumnya dilakukan pada label produk parenteral antara
lain :
1) Uji kontras Ribbon
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui kontras tulisan dari tinta
ribbon yang tercetak pada label produk
SVP. Nilai kontras tulisan yang terbaca pada label New SVP disyaratkan 80-100%. Bila nilai kontras cetakan tulisan ribbon
tidak masuk rentang nilai kontras maka tidak terbaca oleh kamera. Pengujian
pada hanya dilakukan khusus pada produk New
Small Volume Parenteral yang proses produksinya berjalan secara otomatis
secara aseptis, dikarenakan proses filling
dan sealing dilakukan bersamaan.
2) Biological
Test
Biological test dilakukan dengan menguji
pertumbuhan jamur, bakteri yeast,mold pada tinta ribbon label yang terdapat
pada botol.
3) Hot
Water Resistance Test
Uji ini dilakukan terhadap label kemasan. Salah satu
bentuk stability test adalah hot water resistance test, pengujian ini
bertujuan untuk mengetahuilabel terlepas atau tidak serta untuk mengetahui
label pada kemasan mudah luntur atau tidak. Pengujian ini dilakukan dengan cara
merendam produk di dalam air panas bersuhu 40°C selama 40 menit dan 300 menit.
Pada pengujian lain yang serupa juga digunakan media etanol 80% selama 30 menit
dan 60 menit.
4) Drying
test
Uji ini dilakukan pada label ribbon. Pada pengujian ini
produk disimpan dalam oven bersuhu konstan 50oC selama 7 menit.
5) Transportation Test
Pengujian untuk mengetahui apakah tulisan yang tercetak
pada label dapat hilang apabila bergesekan antara botol yang satu dengan yang
lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar