Secara praktis, makna klinik dari parameter-parameter tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Tetapan
kecepatan absorpsi (Ka)
Tetapan kecepatan absorpsi menggambarkan kecepatan absorpsi, yakni masuknya
obat ke dalam sirkulasi sistemik dari absorpsinya (saluran cerna pada pemberian
oral, jaringan otot pada pemberian intramuskuler, dsb). Nilai ini merupakan
resultante dari kecepatan disolusi obat dari bentuk sediaannya dari
pelarutannya dalam lingkungan tempat absorpsi, proses absorpsi itu sendiri, dan
proses lebih jauh yang mungkin telah berlangsung, yakni distribusi dan
eliminasi. Bila terjadi hambatan dalam proses absorpsi, akan didapatkan nilai
Ka yang lebih kecil. Satuan dari parameter ini adalah fraksi persatuan waktu (jam-1
atau menit-1). Selain Ka, gambaran kecepatan disolusi juga bisa diperoleh dari
nilai Tlag (lag-time), yakni tenggang waktu antara saat pemberian obat dengan
munculnya kadar obat di sirkulasi sistemik (darah/serum/plasma). Satuan untuk
Tlag adalah jam atau menit.
2. Waktu
mencapai kadar puncak (Tmax)
Nilai ini menunjukkan kapan kadar obat dalam sirkulasi sistemik mencapai
puncak. Di samping Ka, Tmax ini juga digunakan sebagai parameter untuk
menunjukkan kecepatan absorpsi, dan parameter ini lebih mudah
diamati/dikalkulasi dari pada Ka. Hambatan pada proses absorpsi obat dapat
dengan mudah dilihat dari mundurnya/memanjangnya T max. Satuan: jam atau menit.
3. Kadar
puncak (Cmax)
Kadar puncak adalah kadar tertinggi yang terukur dalam darah/serum/plasma.
Nilai ini merupakan resultante dari proses absorpsi, distribusi dan eliminasi,
dengan pengertian bahwa pada saat kadar mencapai puncak, proses-proses
absorpsi, distribusi dan eliminasi berada dalam keadaan seimbang. Selain
menggambarkan derajad absorpsi, nilai Cmax ini umumnya juga digunakan sebagai
tolok ukur, apakah dosis yang diberikan cenderung memberikan efek toksik atau
tidak. Dosis dikatakan aman apabila kadar puncak obat tidak melebihi kadar
toksik minimal (KTM). Satuan parameter ini adalah berat/volume (ug/ml atau
ng/ml) dalam darah/serum/plasma.
4. Tetapan
kecepatan eliminasi (Kel)
Tetapan kecepatan eliminasi menunjukkan laju penurunan kadar obat setelah
proses-proses kinetik mencapai keseimbangan. Satuannya adalah fraksi per waktu (jam-1
atau menit-1). Nilai ini menggambarkan proses eliminasi, walaupun perlu diingat
bahwa pada waktu itu mungkin proses absorpsi dan distribusi masih berlangsung.
Secara praktis, nilai ini kemudian diterjemahkan kedalam parameter lain, yakni
T 1/2. Tetapan ini dapat ditentukan dengan rumus:
Kel= 0,693/ T ½
5. Waktu
paro eliminasi (T1/2)
Secara definitif, waktu paro eliminasi adalah waktu yang diperlukan agar
kadar obat dalam sirkulasi sistemik berkurang menjadi separonya. Nilai
parameter ini merupakan terjemahan praktis dari nilai Kel. Nilai T 1/2 ini
banyak digunakan untuk memperkirakan berbagai kondisi kinetik, misalnya kapan
obat akan habis dari dalam tubuh, kapan sebaiknya dilakukan pemberian ulang
(interval pemberian), kapan kadar obat dalam sirkulasi sistemik mencapai
keadaan tunak (steady state) pada pemberian berulang, dsb. Nilai T 1/2 ini
dapat dihitung dengan rumus 0,693/Kel.
6. Luas
daerah di bawah kurva (AUC)
Kadar obat dalam sirkulasi sistemik (darah/serum/ plasma) vs. waktu (AUC)
Nilai AUC (Area Under Curve) dapat dihitung pada berbagai periode pengamatan,
sesuai kebutuhan, misalnya AUC0-12,
AUC0-24 atau AUC0-~. Nilai ini menggambarkan derajat absorpsi, yakni berapa
banyak obat diabsorpsi dari sejumlah dosis yang diberikan. Dengan membandingkan
nilai AUC pemberian ekstravaskuler terhadap AUC
intravena suatu obat dengan dosis yang sama,
akan didapatkan nilai
ketersediaan hayati absolut (= F), yakni
fraksi obat yang dapat diabsorpsi dari pemberian ekstravaskuler. lamanya kadar
obat berada di atas kadar efektif minimal (KEM), dan intensitas efek dapat
digambarkan kadar obat terhadap KEM.
7. Klirens
(Clearance)
Di atas telah diuraikan, bahwa parameter-parameter yang lazim digunakan
untuk menggambarkan proses eliminasi adalah nilai T1/2 atau Kel (T 1/2 lebih
disukai). Namun, sebenarnya nilai-nilai tersebut hanya merupakan apa yang terlihat saja (penampakan luar), dan
didapatkan dari perhitungan matematis yang diturunkan dari perubahan kadar obat
dalam darah dari waktu ke waktu. Sebenarnya Kel dan T1/2 tersebut merupakan
hasil dari suatu proses yang dinamakan klirens (CL = Clearance), yakni
kemampuan tubuh untuk membersihkan darah
dari obat yang termuat di dalam tubuh (= Vd). Bila diformulasikan
hubungan antara CL dengan Kel atau T1/2, akan didapatkan persamaan berikut:
CL = Vd x Kel
atau
Klirens, yang
secara definitif diartikan sebagai kemampuan tubuh untuk membersihkan darah
dari obat per satuan waktu, dapat dibedakan menjadi 3 hal, yakni 1) klirens
yang berasal dari kerja hepar sebagai organ metabolisme utama, 2) klirens yang
berasal dari kerja ginjal sebagai organ ekskresi utama dan 3) klirens yang
berasal dari organ-organ lain.
CL(tubuh total) = CLhepar + Cginjal +
CLlain-lain
Pada kebanyakan obat, hepar dan ginjal
memegang peran paling penting dalam proses eliminasi obat, sehingga klirens
yang disebabkan organ-organ lain dapat diabaikan, maka didapat persamaan:
CL(tubuh total) = CLhepar + CLginjal
Pada obat-obat yang eliminasi utamanya
melalui metabolisme hepatal (misalnya metronidazol, teofilin, dll.), maka
klirens oleh organ-organ lain dapat diabaikan sehingga
CL(tubuh total) =
CL(hepar)
Sedangkan
obat-obat yang eliminasi utamanya melalui ekskresi ginjal, maka:
CL(tubuh total) = CL(ginjal)
CL(tubuh total)
juga dapat dihitung dari persamaan
Secara ringkas, kemampuan hepar untuk membersihkan darah dari obat
persatuan waktu ditentukan oleh kemampuan metabolisme obat oleh hepar dalam
sesaat (rasio ektraksi = extraction ratio) dan oleh kecepatan aliran darah yang
melalui hepar. Rasio ekstraksi adalah suatu nilai yang menggambarkan fraksi
obat yang dapat dimetabolisme oleh hepar pada saat sejumlah obat melalui hepar.
Dengan demikian, makin besar rasio ekstraksi, makin besar kemampuan hepar untuk
membersihkan darah, sehingga makin sedikit fraksi obat yang masih tertinggal di
sirkulasi sistemik. Demikian juga, makin cepat aliran darah yang melalui hepar,
makin tinggi kemampuan hepar membersihkan darah dari obat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar