Pulp merupakan hasil pemisahan serat kayu atau tanaman
berserat yang terdiri dari komponen kimia, yaitu: selulosa, hemiselulosa,
lignin ekstraktif, dan mineral melalui bermacam- macam proses yang di sebut
pulping. Pulp memiliki kandungan serat yang berasal dari kayu atau bahan
lignocellulosic lainnya yang dipisahkan melalui aksi mekanis dan atau kimia.
Berdasarkan metodologi yang digunakan, secara garis besar proses pembuatan pulp
(pulping) dibagi menjadi empat bagian : kimia, semi kimia, mekanis kimia dan
mekanis. Proses kimia memanfaatkan efek reaksi bahan kimia untuk memisahakan
serat sedangkan proses mekanis sepenuhnya menggunakan aksi fisik (mekanis).
Semakin banyak bahan kimia yang digunakan dalam proses pulping maka akan
semakin rendah rendemen yang dihasilkan dan semakin sedikit kandungan lignin
dalam pulp, hal ini diakibatkan karena banyaknya komponen kayu yang bereaksi
dengan bahan kimia terutama lignin dan hemiselulosa.
Dengan adanya perbedaaan karakteristik bahan baku dan
produk akhir dari pulp yang dihasilkan maka metode pulping banyak di gunakan.
Berdasarkan produk akhir yang dihasilkan, pulp dibagi menjadi tiga jenis, yaitu
: pulp kertas, fluff pulp dan pulp larut (dissolving
pulp).
Pulp kertas adalah pulp yang mengandung Holoselulosa
(selulosa + hemiselulosa), digunakan sebagai bahan baku pembuatan kertas, serat
dalam kertas dapat didaur ulang kembali menjadi pulp (recycleable).
Fluff pulp merupakan pengembangan pemanfaatan pulp
kertas, digunakan sebagai medium penyerap pada Disposable diasper, Feminine Care Product dan Hospital Pads. Pulp larut (dissolving
pulp) adalah pulp yang mempunyai kandungan α-selulosa sangat tinggi (± 92 %),
digunakan sebagai bahan baku pembuatan produk turunan selulosa seperti : Rayon,
Cellophane, Cellulose Asetat, Cellulose Nitrat dan Carboxy Methyl Cellulose
(CMC), setelah menjadi produk turunan tersebut pulp larut tidak dapat didaur
ulang lagi.
Proses Mekanis
Proses mekanis (mechanical
pulping) adalah proses pulping yang hanya menggunakan aksi mekanis untuk
memisahkan serat, tidak ada penambahan bahan kimia (selain air dan atau steam).
Pada pembuatan pulp mekanis
lignin tidak dihilangkan atau hanya sebagian saja yang dihilangkan sehingga
mempunyai kandungan serat utuh yang lebih sedikit, seratnya bersifat kaku dan
lebih pendek karena sebagian besar putus oleh aksi mekanis. Pada umumnya bahan
baku untuk pulp mekanis berasal dari kayu jarum (softwood).
Sifat-sifat pulp mekanis pada
umumnya merupakan sifat-sifat asli yang diperoleh dari bahan bakunya..
Serat-serat pulp mekanis terdiri dari bundelan-bundelan serat dan fragmen-fragmen
serat dari beberapa serat individu.. Jika dibuat kertas akan menghasilkan
lembaran yang bersifat bulky dan mempunyai opasitas yang baik. Sifat bulky
dapat memberikan efek bantalan dalam lembaran sehingga mempunyai sifat mudah
menyerap tinta dan sifat cetak yang baik. Harga pulp mekanis umumnya rendah,
selain karena sifat-sifatnya rendah dan rendemennya tinggi (90-95%), juga
karena proses pembuatannya sederhana. Oleh karena itu pulp mekanis hanya dapat
digunakan untuk kertas-kertas tertentu seperti kertas industri dan kertas koran.
Beberapa jenis pulp mekanis diantaranya adalah :
a.
Stone Ground Wood (SGW)
Proses pembuatan pulp ini menggunakan alat
berupa Gerinda dengan bahan baku berupa kayu gelondongan (log). Kayu
gelondongan dipress pada permukaan Gerinda yang berputar dengan kecepatan
1000-1200 rpm, serat yang terlepas kemudian dicuci dari permukaan gerinda
menggunakan air, bubur pulp kemudian disaring untuk menghilangkan pengotor,
selanjutnya bubur pulp dikentalkan untuk memperoleh pulp yang siap digunakan.
Pulp yang dihasilkan mempunyai banyak serat yang terputus (fines), akibatnya kekuatan pulp menjadi rendah, tetapi dengan
banyaknya fines akan meningkatkan
opasitas pada kertas yang dicetak. Energi yang digunakan dalam proses ini
sekitar 1300 kWh/ton dengan rendemen berkisar antara 93-98 % (Biermann, 1996).
b.
Refiner Mechanical Pulp (RMP)
Prosesnya menggunakan alat berupa Refiner
dengan bahan baku berupa serpih kayu (chips).
Serpih kayu dilewatkan diantara disc yang berputar pada tekanan atmosfir, disc
ini bisa berputar salah satu atau kedua-duanya, pola/alur pada disc
mempengaruhi kualitas pulp yang dihasilkan. Perbedaan hasil pulp dengan SGW
hanya pada serat panjang yang dihasilkan lebih banyak. Energi yang dibutuhkan
sekitar 1600-1800 kWh/ton, diameter disc diatas 1,5 m, putaran disc 1800 rpm
dengan 60 Hz power (Biermann, 1996).
c.
Thermo Mechanical Pulp (TMP)
Prosesnya merupakan pengembangan dari RMP,
sebelum diolah dalam refiner chips terlebih dahulu dipanaskan dengan steam pada
suhu 110-130o C, tujuannya adalah agar chips lebih lunak sehingga
energi untuk refining lebih rendah. Pulp yang dihasilkan mempunyai serat
panjang yang lebih banyak dan kekuatan yang lebih baik dibanding RMP.
Proses Mekanis Kimia
Proses ini menggunakan
perlakuan awal (pretreatment) dengan
bahan kimia untuk melunakan chips, bahan kimia yang digunakan umumnya adalah Na2SO3,
Na2CO3 atau NaOH. Proses mekanis kimia menghasilkan
rendemen antara 85-95 %, masih banyak kandungan lignin, sedangkan ekstraktif
dan sedikit hemiselulosa terbuang. Contoh pulp mekanis kimia adalah Chemi
Thermo Mechanical Pulp (CTMP), proses pembuatannya sama dengan TMP hanya saja
pada pretreatment digunakan bahan
kimia berupa Na2SO3 atau NaOH dalam jumlah kecil sekitar
2 % terhadap berat kering kayu. CTMP ini efektif untuk kayu daun (hardwood). Proses ini tidak banyak
digunakan karena menghasilkan cairan sisa yang sulit diolah dengan warna yang
gelap dan BOD yang tinggi sehingga akan mencemari lingkungan.
Proses Semi Kimia
Dalam proses ini digunakan dua
tahap, tahap pertama chips diolah
dikurangi, kemudian diolah dengan aksi mekanis. Sebagian lignin dan hemiselulosa
terdegradasi dalam proses ini. Rendemen yang dihasilkan mencapai 60-80 %.
Contoh pulp semi kimia adalah Neutral Sulfite Semi Chemical (NSSC), proses ini
paling banyak digunakan untuk pulp semi kimia yang dipakai untuk membuat kertas
medium. Cairan pemasak untuk NSSC berupa Na2SO3 dan Na2CO3
(10-15 %), pHnya antara 7-10, waktu pemasakan 0,5-2 jam pada suhu 160-185o
C. Pulp yang dihasilkan masih mengandung lignin sekitar 15-20 %, hal ini
membuat kertas yang dihasilkan memiliki kekakuan yang tinggi.
Proses Kimia
Proses pulping secara kimia
dapat didefinisikan sebagai proses pemisahan serat menggunakan bahan kimia
dengan sedikit atau tanpa aksi mekanis, prinsip utamanya adalah dengan cara
melarutkan lignin sebanyak-banyaknya, oleh karena itu proses ini disebut juga
proses Delignifikasi. Pulp yang
dihasilkan memiliki rendemen rendah karena sebagian besar lignin terlarut dan
ada sebagian karbohidrat yang terdegradasi. Proses ini menggunakan alat yang
dinamakan Digester baik itu sistem
Batch maupun Kontinyu, bahan bakunya berupa serpih kayu (chips), sedangkan
bahan kimianya tergantung proses yang digunakan. Terdapat tiga proses utama
untuk proses kimia, yaitu :
1.
Proses Soda
Proses ini dikembangkan di Inggris pada tahun 1851 oleh Burgess dan Watts,
dan diperkenalkan di Amerika Serikat pada tahun 1854. Bahan kimia yang
digunakan sebagai cairan pemasak adalah NaOH, temperatur pemasakan antara
165-170o C. Pulp yang dihasilkan mempunyai rendemen rendah sekitar
45-55 %, warna pulp gelap sehingga bila diputihkan akan mengkonsumsi banyak
bahan kimia pemutih.
2.
Proses Sulfit
Proses soda
digantikan oleh proses sulfit karena pulp sulfit lebih cerah, mudah digiling
dan lebih simpel. Bahan kimia yang dipakai adalah campuran H2SO3
dan ion Bisulfit (HSO3-) dengan ion positif Ca, Mg, NH3,
dan Na dimana lignin diubah menjadi garam dan Lignosulfonat. Pulp hasil proses sulfit mudah diputihkan
dengan rendemen pemutihan tinggi. Rendemen pemasakan rendah tapi seratnya utuh
dan stabil, mudah direfiner saat pembuatan kertas. Rendemen yang dihasilkan
antara 45%-60%. Kekuatan pulp sulfit lebih baik dibandingkan pulp proses soda.
Sejak 1950 proses sulfit berkembang dalam hal peralatan, metode
pengendalian dan basis bahan kimia yang digunakan. Dengan digunakannya kation berbasis Mg, Na, dan NH3
telah memperbaiki proses sulfit dan dimungkinkannya peningkatan efisiensi
sistem recovery sehingga dengan sendirinya dapat memperbaiki
pengendalian proses. Proses yang secara penuh menggunakan asam sulfit adalah
netral sulfit dan alkali sulfit, tetapi proses ini dilakukan dengan dua tingkat
atau dengan menambahkan antraquinon.
Pemasakan
dengan kalsium asam sulfit harus dilakukan pada pH rendah sekitar 1,5 karena
pada pH tinggi kalsium sulfit relatif tidak larut. Pada pH tinggi menyebabkan
senyawa-senyawa tidak larut selama pemasakan dan kondisi ini dinamakan liming
up pada digester. Pemasakan yang baik diatur pada suhu 130-1400C
dan total waktu pemasakan 6-8 jam untuk mencegah reaksi rekondensasi lignin.
Biasanya 80% dari SO2 adalah dalam bentuk SO2 bebas (Smook, 1992). Penggunaan bahan-bahan
berbasis mudah larut (Mg, Na, NH4) dapat meningkatkan jumlah cairan
sulfit yang bergabung dengan SO2 dalam cairan pemasak. Reaksi yang
terjadi selama pulping sulfit adalah mula-mula asam sulfur bebas bereaksi
dengan lignin untuk membentuk asam lignoselulosa tak larut. Dengan adanya
kation dari sulfit akan terbentuk garam-garam lignoselulosa yang mudah larut.
Lalu lignin tersulfonasi terpecah-pecah membentuk fragmen-fragmen molekul yang
mudah larut karena adanya reaksi hidrolisis dan hemiselulosa dihidrolisa ke
dalam unit-unit gula yang larut.
Proses sulfit memiliki
berbagai kekurangan dibandingkan proses sulfat, yaitu:
-
Menghasilkan
gas buang SO2 yang bersifat korosif.
-
Tidak
bisa dipakai untuk softwood yang banyak mengandung resin karena senyawa-senyawa
resin dalam kayu tidak larut dalam asam.
-
Tidak
bisa dipakai untuk hardwood yang banyak mengandung tannin.
Sedangkan
kelebihan dari proses ini adalah pulp yang dihasilkan memerlukan energi
refining yang rendah pada derajat giling yang sama dengan kraft dan
dimungkinkannya peningkatan system recovery serta dengan sendirinya dapat
memperbaiki pengendalian polusi. Pulp sulfit sangat cocok untuk pembuatan
kertas tissue, glassine dan kertas cetak bermutu tinggi.
3.
Proses Kraft (Sulfat)
Proses kraft merupakan penyempurnaan dari proses soda.
Pada proses kraft digunakan NaOH dan Na2S sebagai bahan pemasak dan
temperatur 165-1700C. Tujuan pemasakan kraft adalah pemisahan serat
dari serpih kayu secara kimia dan melarutkan lignin semaksimal mungkin yang
terdapat pada dinding serat. Pemisahan serat dicapai dengan pelarutan lignin
pada lamella tengah serat yang mengikat serat satu sama lain. Bahan kimia dalam
cairan pemasak menembus dinding serat
dan melarutkan lignin.
Proses kraft ditemukan oleh C.F Dahl (Jerman) dimana ia
menambahkan sodium sulfat (salt cake) kedalam recovery furnace
sebagai pengganti bahan kimia yang hilang selama operasi proses soda. Proses
kraft disebut juga proses sulfat karena pemakaian Na2SO4
sebagai make up pada proses perolehan kembali bahan kimia pemasak yang
menggantikan Na2CO3 pada proses soda (Kocurek, 1989). Komponen aktif dalam
cairan pemasak adalah ion OH- (hidroksil) dan ion SH- (hidrosulfida)
yang berasal dari NaOH dan Na2S.
NaOH Na+ + OH-
Na2S 2Na+ + S-2
S-2 + H2O SH- + OH-
Konsentrasi dan total penambahan ion-ion SH-
dan OH‑ adalah unsur utama dalam reaksi-reaksi yang terjadi selama
proses pemasakan, baik dalam pemutusan lignin reaksi yang tak diharapkan
seperti degradasi selulosa.
Permasalahan yang timbul pada proses kraft adalah bau
tidak sedap yang ditimbulkan dari senyawa sulfur yang terbentuk pada proses
pemasakan juga sistim chemical recovery sehingga perlu penanganan gas
yang lebih baik sebelum dilepas ke udara. Selain waktu pemasakannya yang
singkat, pulp yang dihasilkan pada proses ini mempunyai berbagai kelebihan
dibandingkan proses kimia lainnya yaitu masalah pitch yang dapat
ditekan, kekuatan pulp yang tinggi, proses pemulihan kembali bahan kimia bisa
ditentukan dengan baik dan pemanfaatan hasil samping berupa tall oil. Rendemen
yang dihasilkan proses kraft antara 40%-55%. Adanya reaksi dalam recovery
furnace menyebabkan senyawa sulfat berkurang dan berubah menjadi senyawa
sulfida (Na2S) dan terbawa dalam cairan pemasakan. Adanya cairan
sulfit dalam cairan pemasakan ternyata dapat mempercepat penghilangan lignin
pada proses pemasakan. Variabel-variabel yang berpengaruh terhadap pemasakan
adalah : kualitas serpih, sifat-sifat lindi putih, dan variabel pengendali
pemasakan. Variabel pengendali yang utama adalah:
-
waktu dan suhu yang dinyatakan
sebagai faktor H
-
penambahan alkali
-
rasio cairan pemasak terhadap
serpih kayu
-
sulfiditas
Parameter kondisi pemasakan
proses kraft adalah :
Ø Alkali Aktif
Alkali aktif menyatakan jumlah dari larutan NaOH dan Na2S
yang ditambahkan sebagai larutan pemasak (White liquor) dan dinyatakan dalam
persen beratnya terhadap berat kering bahan kimia pemasak.
Alkali Aktif = NaOH
+ Na2S
Ø Sulfiditas
Untuk mengetahui perbandingan
antara NaOH dan Na2S yang ditambahkan atau dengan kata lain
perbandingan dengan Na2S terhadap Alkali Aktif.
Sulfiditas
= ( Na2S / Alkali Aktif ) x 100%
Ø Ratio
Merupakan perbandingan antara
berat total cairan pemasak terhadap berat bahan baku kering. Ratio penting
untuk penyebaran white liquor yang merata keseluruh digester untuk efek
pencampuran terhadap chip dan untuk sirkulasi white liquor.
Ø Temperatur pemasakan
Temperatur maksimum yang dinginkan untuk pemasakan,
yaitu 165-1700 C.
Ø Waktu tuju
Waktu tuju adalah lamanya waktu yang diperlukan untuk
mencapai suhu maksimal pemasakan.
Ø Waktu pada
Waktu pada adalah lamanya waktu yang diperlukan untuk
mempertahankan suhu maksimal.
Untuk mengetahui tingkat kematangan pulp dapat dilakukan
penetapan bilangan kappa yang menunjukkan lignin yang masih tersisa dalam pulp
setelah pemasakan.
Reaksi penghilangan lignin saat pemasakan pulp dapat dikelompokan
atas 3 tahap, yaitu :
Ø Initial delignifikasi, yaitu reaksi awal
lignin dengan bahan kimia terutama pada fase impregnasi (masuknya bahan kimia
kedalam chip), terjadi pada temperatur < 1400 C dan menghasilkan
lignin terlarut 20-25 %.
Ø Bulk delignifikasi, yaitu reaksi utama
lignin dengan bahan kimia dimana kecepatan reaksi delignikasi akan meningkat
dengan kenaikan temperatur (diatas 1400 C), menghasilkan lignin
terlarut 70-80 %.
Ø Residual delignifikasi, yaitu reaksi
sisa lignin dengan bahan kimia. Reaksi ini berlangsung lambat dan pada tahap
ini lignin sudah terlarut 90-95 %.
Proses
Lain
1.
Organosolv Process
Prinsip dasarnya
adalah auto hidrolisis komponen kayu menggunakan bahan organik. Di Kanada
disebut Alcell Process menggunakan
Etanol (C2H5OH) dan di Jerman disebut Organo Cell Process menggunakan Metanol
(CH3OH)-Antraquinon. Mekanismenya adalah dengan memansakan chips dan
bahan organik pada temperatur tinggi untuk memutus grup acetyl, asam asetat
yang terbentuk akan mendelignifikasi kayu. Kelebihan proses ini adalah hasil
pulp yang mempunyai kekuatan tinggi, rendemen tinggi dan pelarutnya dapat
direcycle.
2.
Bio Pulping
Chips atau material
lignocellulosic ditreatment menggunakan jamur pendegradasi lignin pada kondisi
terkontrol. Proses ini masih dalam tarap penelitian dan ada permasalahan yang
timbul yaitu Brightness reversion.
Pembuatan pulp menggunakan bahan baku berupa serat
selulosa. Jenis tanaman, umur serta struktur kimia penyusun tanaman ini sangat
berpengaruh terhadap kualitas pulp yang dihasilkan. Untuk menghasilkan pulp
dengan kualitas yang baik kita harus mengetahui jenis tanaman yang akan
digunakan sebagai bahan baku. Selain itu kita juga harus mengetahui struktur
kimia penyusun, seperti kandungan lignin, selulosa, hemiselulosa dan kandungan
ekstraktifnya.
1. Tanaman Kayu ( Wood )
Tanaman kayu di dapat dari hutan, yaitu hutan alam dan
hutan tanaman industri. Kayu merupakan sumbr srat terbsar di dunia dan juga
sumber bahan baku terbesar untuk pembuatan pulp. Pada dasarnya hampir semua
bahn baku yang berserat dapat dijadikan pulp, namun kita juga perlu
memperhatikan kualitas pulp dan nilai ekonomis dari suatu pembuatan pulp yang
di hasilkan. Oleh para ahli tanaman kayu dibedakan menjadi dua:
·
Tanaman kayu berdaun lebar (
Hardwood )
·
Tanaman kayu berdaun jarum (
Softwood )
Tanaman kayu berdaun lebar adalah tanaman yang memiliki
bentuk daun yang sempurna, yakni memiliki tangkai daun, tulang daun dan helai
daun. Tanaman ini umumnya menggugurkan daun pada musim kemarau. Dalam
sistematika tumbuhan, kayu daun tergolong dalam kelas Dycotyledon. (Contoh:
albizia falcataria, acacia mangium, bruguera dan eucalyptus).
Tanaman kayu berdaun jarum mempunyai ciri-ciri seperti
bentuk daun yang tidak sempurna, yakni tidak mempunyai tulang daun dan tangkai
daun. Tanaman ini selalu hijau sepanjang tahun ( Evergreen ) dan tidak
menggugurkan daun. Dalam sistematika tumbuhan, kayu jarum tergolong dalam ordo
Coniferales. ( Contoh : pinus mercusii )
Ciri khas yang membedakan kedua jenis kayu ini adalah
komposisi selnya. Pada kayu daun terdapat sel pembuluh (vessel). Sedangkan pada
kayu jarum tidak terdapat Vessel. Perbedaan lain dari kedua jenis kayu tersebut
adalah kayu daun tersusun oleh sel-sel serabut yang terdiri dari serabut
tracheid dan serabut Libriform serta sel-sel parenkim. Sedangkan kayu
jarum hanya tersusun dari sel-sel
serabut Libriform.
2. Tanaman Bukan Kayu
Beberapa jenis tanaman bukan
kayu merupakan bahan baku pulp. Serat selulosa biasanya terdapat dari berbagai
bagian tumbuh-tumbuhan, seperti kulit, batang, bulu biji, serta berbagai jenis
tanaman rumput-rumputan.
massa jenis
massa jenis kayu
adalah nilai dari perhitungan berat kayu dibagi volume. Massa jenis berpengaruh
terhadap rendemen pulp dan yang sukar digiling, sifat lembaran bulky serta
kekuatan fisik pulp rendah. Massa
jenis tinggi diakibatkan oleh kadar ekstraktif yang tinggi sehingga rendemen
rendah.
Salah satu sifat
fisik yang terpenting adalah massa jenis. Massa jenis mrupakan salah satu yang
penting untuk bahan baku pulp, jika di tinjau daai segi ekonomi. Berat suatu
kayu persatuan volume saling menguntungkan sebab kayu untuk pulp dibeli
berdasarkan volume sedangkan produknya dengan dasar berat.
Massa jenis
berhubungan lansung dengan hasil pulp persatuan volume, hubungan tersebut
disebabkan kayu sebagai bahan baku pulp. Massa jenis yang tinggi juga akan
menghasilkan pulp yang sukar digiling, terhadap hasil kertas, massa jenis yang
tinggi akan menghasilkan kertas yang bulky, kekuatan sobek yang tinggi ,
sedangkan kekuatan tarik, lipat dan jebol yang rendah. Factor- factor yang
mempengaruhi massa jenis antara lain, seperti ketinggian posisi batang, umur
pohon, struktur, air dan dimensi serat, penyimpanan, bentuk dan ukuran sampel/
contoh. Dan juga di pengaruhi oleh zat ekstraktif.
I Kadar air
Kadar air adalah
perbandingan berat air yang terdapat dalam contoh dengan berat semula yang
dinyatakan dalam persen dan diukur dalam
kondisi standar. Kadar air berpengaruh pada impregnasi bahan kimia pemasak
kedalam serpih. Jika kadar air tinggi maka impregnasi secara difusi lebih
optimal daripada impregnasi secara penetrasi. Selain itu kadar air juga perlu
diketahui untuk mengetahui penambahan air untuk mencapai konsistensi pada
digester.
Morfologi serat
Bila kayu
dilihat dibawah mikroskop , akan terlihat serat-seratnya yang melekat satu dengan yang lainnya. Dari
penampang melintangnya serat-serat tersebutmempunyai dinding serat tersebut
mempunyai dinding serat dan lubang tengahnya yang disebut lumen.
Senyawa yang melekatkan satu serat dengan serat lainnya disebut
lignin, yang terdapat didalam lamella tengah. Lapisan dinding serat dibedakan
karena molekul-molekul selulosa yang terdapat pada tiap lapisan mempunyai
susunan arah melingkar yang berebeda.
Dinding serat dibedakan menjadi :
- Dinding primer
Merupakan
lapisan paling luar dari serat. lapisan ini sangat tipis setebal 3 buah fibril
selulosa elementer.. fibril-fibril ini letaknya tidak beraturan, mirip
benang-benag tipis dalam selulosa dan lignin.
- Dinding sekunder
Merupakan lapisan dibawah dinding primer yang terdiri dari
lapisan S1, S2,S3.
S1 = lapisan paling luar dari
dinding sekunder. Lapisan ini merupakan membrane tipis yang terdiri dari dua
lapis fibril yang melingkar dengan arah yang berlawanan. Spiral ini bersudut 65
derajat dengan sumbu serat yang tidak begitu jelas, karena adanya zat-zat
non-selulosik
S2 = lapisan terbesar dari
dinding serat (65-85%) dan banyak mengandung selulosa.
S3 = lapisan tipis yang
membatasi lumen dan tahan terhadap zat-zat kimia.
Dimensi
serat
Menurut haygreen dan bowyer(1989), dimensi serat terdiri
dari panjang sesrat, diameter serat, tebal, dan diameter lumen.
·
Panjang serat
Panjang serat juga merupakan sifat utama yang menentukan
kekuatan pulp. Panjang serat juga mempengaruhi pembentukan formasi pada
lembaran kertas. Semakin panjang seratnya, maka kekuatan sobek, tarik, retak
dan lipatannya akan semakin kuat. Hal ini di karenakan serat tersebut akan
mmiliki daya ikat yang kuat, karena titik tangkap antar srat makinluas. Selain
itu pada proses pencucian dan penyaringan untuk serat panjang lebih mudan dan
drainage cepat. Serat panjang memberi kekuatan kertas yang lebih baik sedangkan
serat pendek memberi formasi yang lebih baik. Namun sifat formasi serat yang
panjang akan memberi sifat lembaran yang kasar.
Klasifikasi panjang serat menurut Klemm :
Untuk hardwood
ü
Serat pendek < 900 mikron
ü
Serat sedang 900- 1600 mikron
ü
Serat panjang >1600 mikron
Untuk softwood
ü
Serat pendek < 3000 mikron
ü
Serat sedang 3010- 4500 mikron
ü
Serat panjang > 4510
·
Diameter serat
Diameter serat merupakan panjang antara ujung penampang
melintang dari serat pada suatu tanaman. Untuk melihat diameter serat di
perlukan alat bantu mikroskop monokuler atau binokuler dengan perbesaran
tertentu. Diameter sesrat juga dapat dilihat dengan membuat sayatan melintang
pada organ batang tanaman atau melihat dari serat yang utuh kemudian dilihat
diameter terbesar pada pengamatan serat(panjang serat) semakin besar diameter
serat maka ikatan antar serat makin kuat, sehingga kekuatan tarik juga tinggi.
Biasanya diameter akan berpengaruh juga pada prose pencucian pulp, penyaringan
, refining, pembentukan lembaran, mobilitas serat, dan kekuatan serat.
Sedangkan diameter
dalam atau lumen adalah lebar rongga dalam suatu serat. deameter serat
mempengaruhi kekasaran serat. sedangakan lumen mempengaruhi kelenturan dan
tebal dinding serat.
·
tebal dinding serat
tebal dinding serat merupakan selisih antara diameter serat
dengan lumen dibagi dua yang bersifat padat dan tidak berongga . Tebal dinding
serat mempengaruhi kualitas pulp yang dihasilkan. Serat yang baik adalah yang
mempunyai dinding serat tipis, karene akan mudah memipih dalam proses dan
mengakibatkan luas ikatan serat lebih luas shingga kekuatan fisik pulp akan
tinggi. Serat yang berdinding tebal akan menghasilkan permukaan kertas yang
kasar, dan sulit digiling.
Dimensi serat
·
Panjang ( L )
·
Diameter ( D )
·
Tebal dinding serat ( W )
·
Lumen ( l )
Turunan
- Runkel = 2w / l
- Kelenturan (Flexibility ratio) = l / D
- Kelangsingan (Feltis power) = L / D
- Koefisien kekakuan = W / D
- Muhlsteps ratio (%) = (D2-l2 / D2) x 100%
Rapat massa tumpukan serpih
Besaran yang
menyatakan perbandingan antara massa dengan volume serpih berbentuk tumpukan
dibawah tekanan tertentu yang dinyatakan dalam satuan Kg/m3
Rapat massa
tumpukan serpih dipengaruhi :
- Massa jenis dari bahan baku ( kayu )
- Besarnya volume kayu
Pengujian rapat massa tumpukan serpih berguna untuk :
- Memperkirakan yield pulp dalam digester
- Menghitung ratio bahan kimia pemasak
- Kapasitas ruang simpan ( gudang )
Volume serpih yang
diperoleh dari kayu gelondongan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar