Aliran darah ginjal total (RBF) dapat berkurang
sampai 30% dari normal pada GGA oliguria. Tingkat RBF ini dapat disertai GFR
yang cukup besar. Pada kenyataannya, RBF pada GGK sering sama rendahnya atau
bahkan lebih rendah dibandingkan dengan bentuk akut, tetapi fungsi ginjal masih
memadai atau berkurang. Selain itu, bukti-bukti percobaan menunjukkan bahwa RBF
harus kurang dari 5% sebelum terjadi kerusakan parenkim ginjal. Dengan demikian
hipoperfusi ginjal saja tidak bertanggung jawab terhadap besar penurunan GFR
dan lesi-lesi tubulus yang ditemukan pada GGA.
Meskipun demikian, terdapat bukti-bukti perubahan
yang nyata pada distribusi intrarenal aliran darah dari kortex ke medulla
selama hipotensi akut atau hipotensi yang berkepanjangan. Dimana kita ketahui
ginjal normal kira-kira 90% darah didistribusi dikortex (tempat dimana terdapat
gromeruli) dan 10% menuju medulla. Dengan demikian, ginjal dapat memekatkan
kemih dan menjalankan fungsinya. Sebaliknya pada GGA, perrbandingan antara
distribusi kortex dan medulla ginjal menjadi terbalik, sehingga
terjadi iskemia relatif pada kortex ginjal. Kontriksi dari anterior aferen
merupakan dasar vaskular dari penurunan GFR yang nyata. Iskemia ginjal akan
mengaktifasi sistem renin angiotensin dan memperberat iskemia kortex setelah
hilangnya rangsangan awal. Kadar renin tertinggi ditemukan pada kortex ginjal,
tempat dimana iskemia paling berat terjadi selama berlangsungnya GGA. Beberapa
ahli mengajukan teori mengenai prostaglandin dalam disfungsi vasomotor pada
GGA. Dalam keadaan normal, hipoksia ginjal merangsang ginjal mensintesis PGE
dan PGA (vasodilator yang kuat), sehingga aliran darah ginjal diredistribusi
kekortex yang mengakibatkan diuresis. Agaknya iskemia akut yang berat atau berkepanjangan
dapat menghambat ginjal untuk mensintesis prostaglandin. Penghambat
prostaglandin seperti aspirin diketahui dapat menurunkan RBF pada orang normal
dan dapat menyebabkan NTA.
Teori tubuloglomerolus menganggap bahwa kerusakan
primer teerjadi pada tubulud proksimal. Tubulus proksimal yang dapat menjadi
rusak akibat iskemia atau nefrotoksin, gagal untuk menyerap jumlah normal
natrium yang terfiltrasi dan air. Akibatnya, makula densa mendeteksi adanya
peningkatan kadar natrium pada caairan tubulus distal dan rangsang meningkatnya
produksi renin dari sel-sel juksta gromerulus. Terjadi aktifasi angiotensin II
yang menyebabkan vasokonstriksi arteriol aferen, mengakibatkan penurunan aliran
darah ginjal dan GFR.
Kejadian awal umumnya akibat gangguan iskemia
dan/atau nefrotoksin yang merusak tubulus atau gromeruli, atau menurunkan
aliran darah ginjal. Gagal ginjal akut kemudian menetap melalui beberapa
mekanisme yang dapat ada atau tidak, dan merupakan akibat cedera awal. Setiap
mekanisme berbeda kepentingannya dalam patogenesis, sesuai dengan teori-teori
yang dikemukakan tadi. Agaknya kepentingan dari mekanisme-mekanisme ini
bervariasi sesuai keadaan dan bergantung pada perjalanan proses penyakit, dan
derajat kerusakan patologi. Banyak hal-hal yang belum diketahui mengenai
patofisiologi GGA dan masih harus diteliti lebih jauh untuk mengetahui hubungan
antara beberapa faktor yang mempengaruhinya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar