Pelaksanaan penuh
pharmakokinetik dalam hal penyesuaian dosis individu diperlukan untuk mendapatkan data konsentrasi obat dalam
plasma. Disini ditunjukkan suatu kesimpulan parameter parmakokinetik yang
penting dari beberapa obat yang pemberiannya perlu dimonitor secara rutin. Data menunjukkan, kecuali dinyatakan lain,
berupa sediaan oral ( digoxin, phenythoin, dan theophyllin ) atau bentuk
sediaan intravena ( gentamicin) untuk dewasa.
Digoxin
Merupakan glikosida
jantung yang digunakan untuk mengobati fibrilasi atrium dan gagal jantung
kongestif.penyerapannya komlit dan variable ergantung pada pemilihan bentuk
formulasi. Secara umum diresepkan dalam bentuk tablet oral dan diberikan sekali
sehari.
Beberapa metoda,
kebanyakan berdasarkan pada prediksi kreatinin clearance, telah dikembangkan
untuk membantu orang clinician dalam memperkirakan jumlah digoxin yang
diperlukan untuk masing-masing pasien. Penyesuaian dosis digoxin penting untuk
dimonitor karena merupakan obat dengan indeks terapi sempit dan ditandai
dinyatakan dengan variable interpatient. Bagaimanapun, faktor terebut bersama
dengan data yang berlawanan terhadap efek pada status penyakit yang beragam,
menunjukkan kelemaham prediksi dari metode yang ada. Untuk mengevasi penyesuaian
dosis maintenance harian digoxin,
konsentrasi plasma harus dinyatakan pada kondisi steady-state. Lebih dari itu,
karena digoxin memiliki t ½ yang
panjang, sampel tidak akan tergambar paling kurang sampai 6 jam setelah
pemberian, pada saat konsentrasi plasma mencerminkan respon cardiac maksimum.
Digoxin tidak akan
memberikan sampel obat yang bagus yang sesuai untuk memprediksi model
pharmakokinetik. Beberapa studi menunjukkan, bagaimanapun, pertimbangan
terhadap monitoring terapi obat bisa secara signifikan menurunkan inseden efek
samping obat dan memberikan informasi yang berharga terhadap penilaian klinis
dan pengobaytan pada pasien.
Gentamicin
Gentamicin ( dan
aminoglikosida lainnya) merupakan antibiotic yang membunuh bakteri (bakterisida)
yang berguna untuk mengobati infeksi bakteri gram negative yang serius dan
sering mengancam kehidupan. Sangat sedikit diserap dari saluran pencernaan,
karena itu, biasa diberikan secara parenteral dalam bentuk infuse intravena
intermitten. Pemilihan dosis dan regimen dosis tergantung pada penyebab
infeksi, fungsi ginjal, penyakit lain yang menyertai, dan berat badan pasien.
Oktoksisitas, dan
nefrotoksisitas sering dilaporkan pada pasien yang menerima gentamicin.
Kemunculan efek samping tersebut berhubungan dengan beberapa faktor seperti,
umur, fungsi ginjal, dosis kumulatif, durasi pengobatan, pengendalian
peningkatan konsentrasi puncak, dan konsentrasi plasma gentamicin. Gentamicin
juga merupakan salah satu obat yang bagus untuk dilakukan therapeutic drug monitoring.
Konsentrasi puncak dan
konsentrasi plasma gentamicin sering digunakan untuk memonitor dan menyesuaikan
regiment dosis pasien. Bagaimanapun, perkiraan dosis dapat dipercaya hanya jika
sampel plasma menggambarkan kondisi yang terkontrol pada waktu tertentu, jika
regiment dosis yang diterima pasien akurat, dan jika fungsi ginjal pasien dan
volume distribusi obat tidak berubah selama terapi. Sayangnya, volume
distribusi dari gentamicin sering berubah selama terapi sehingga menyulitkan
untuk memprediksi secara tepat penyesuaian dosis yang diperlukan.
Kesimpulannya, TDM dari
gentamicin dan antibiotic aminoglikosida lainnya membantu dalam
mengidentifikasi kebutuhan perubahan regimen dosis untuk mengoptimalkan efek
terapi dan meminimalkan efek samping.
Phenytoin
Phenyton digunakan
dalam praktek klinik sebagai anti convulsant. Aktifitas obat meningkat sejalan
dengan peningkatan konsentrasi plasma. Ketika konsentrasi plasma phenytoin 15
mg/l frekuensi seizure berkurang 85% pada pasien. Tidak seperti kebanyakan obat
lain, penyesuaian dosis phenytoin untuk mencapai konsentrasi steady state
plasma tidak bisa dihitung dengan proporsi sederhana. Metabolisme hepatic dari
phenytoin mudah jenuh, karena itu sedikit penyesesuaian dosis bisa menghasilkan
perubahan besar yang tidak sebanding dengan konsentrasi steady state plasma.
Karena itu, phenytoin memperlihatkan pharmakokinetik non linier.
Ketika suatu pengobatan
dimulai dengaaan phenytoin, konsentrasi steady state plasma mungkin dicapai
pada orang dewasa setelah 10 hari. Bagaimanapun, karena laju metabolisme dan t
½ phenytoin yang berubah-ubah pada
konsentrasi plasma yang berbeda, pada beberapa pasien untuk mendapatkannya
sampai 4 minggu untuk mencapai tingkat-tingkat steady state yang mengikuti
perubahan dosis. Bagaimanapun itu harus jelas, karena itu tidak sesuai dengan t
½ phenytoin. TDM telah ditingkatkan penggunaannya pada phenitoin untuk pengobatan
pasien epilepsy. Monitoring konsentrasi
plasma memungkinkan untuk memperoleh efek klinik yang maksimum, mendorong
penggunaan yang rasional obat tunggal pada pengobatan epilepsy, menghindari
dosis yang menimbulkan efek samping, dan menilai kepuasan dari pasien yang
menerima obat. Kebanyakan metoda pengujian tersedia untuk memonitor konsentrasi
total plasma phenytoin. Hal tersebut didukung oleh konsentrasi plasma bebas
(8-10 %), ideks sebenarnya dari aktivitas pharmakologi, harus ditentukan secara
rutin selama pengukuran konsentrasi plasma total, hanya bisa memberikan
perkiraan dari fraksi bebas. Bagaimanapun, tanpa melihat keutuhan yang
dimonitor, konsentrasi plasma harus selalu di interpretasikan dalam penjelasan
status klinik pasien.
Theophylline
Theophyllin adalah
sebuah bronkodilator dan stimulant pernafasan yang digunakan untuk pengobatan
asma akut dan kronik. Ini adalah obat yang memiliki indeks terapi yang sempit.
Theophyllin diserap
secara kompleks dari mayoritas sediaan yang ada di pasaran. Merupakan obat
dengan t ½ yang singkat (8 jam), yang harus dijaga konsentrasi plasmanya pada
range terapi yang tergambar dengan baik agar efektif. Fluktuasi konsentrasi
plasma antara dosis oral non sustained release mungkin menjadi belebihan pada
beberapa pasien. Ketersediaan sediaan oral SR mengurangi fluktasi konsentrasi
plasma dan diberikan dalam interval dosis yang lebih panjang.
Theophyllin mengalami
metabolisme hepatic yang besar untuk menjadi metabolit inaktif secara relative.
Maka kepekaannya terhadap penyakit dan obat
berkurang dengan aktivitas hati. Variable yang potensial pada
metabolisme hepatic ada pada pasien yang artinya penggunaan regimen dosis yang
ditetapkan bisa menghasilkan bahaya yang potensial atau tidak efektifnya
konsentrasi plasma teophylline yang harus diwaspadai. Regiment dosis
theophyllin harus diindividualisasi sebagai dasar monitoring konsentrasi
plasma.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar