Esterifikasi
adalah tahap konversi dari asam lemak bebas menjadi ester. Esterifikasi
mereaksikan minyak lemak dengan alkohol (Hikmah dan Zuliyana, 2010).
Katalis-katalis yang cocok adalah zat berkarakter asam kuat, dan karena ini,
asam sulfat, asam sulfonat organik atau resin penukar kation asam kuat
merupakan katalis-katalis yang biasa terpilih dalam praktek industrial
(Soerawidjaja, 2006).
Esterifikasi
biasa dilakukan untuk membuat biodiesel dari minyak berkadar asam lemak bebas
tinggi (berangka-asam ≥ 5 mg-KOH/g). Pada tahap ini, asam lemak bebas akan
dikonversikan menjadi metil ester. Tahap esterifikasi biasa diikuti dengan
tahap transesterfikasi (Simbolon dkk, 2013).
Reaksi esterifikasi
dari asam lemak menjadi metil ester adalah :
Asam Lemak Metanol Metil Ester Air
Menurut (Hikmah dan Zuliyana, 2010),
Faktor-faktor yang berpengaruh pada reaksi esterifikasi antara lain :
a. Waktu Reaksi
Semakin lama waktu
reaksi maka kemungkinan kontak antar zat semakin besar sehingga akan
menghasilkan konversi yang besar. Jika kesetimbangan reaksi sudah tercapai maka
dengan bertambahnya waktu reaksi tidak akan menguntungkan karena tidak
memperbesar hasil.
b. Pengadukan
Pengadukan akan
menambah frekuensi tumbukan antara molekul zat pereaksi dengan zat yang
bereaksi sehingga mempercepat reaksi dan reaksi terjadi sempurna. Sesuai dengan
persamaan Arrhenius :
k = A e(-Ea/RT)
dimana,
T = Suhu absolut ( ºC)
R
= Konstanta gas umum (cal/gmol ºK)
E
= Tenaga aktivasi (cal/gmol)
A
= Faktor tumbukan (t-1)
k
= Konstanta kecepatan reaksi (t-1)
Semakin besar tumbukan
maka semakin besar pula harga konstanta kecepatan reaksi. Sehingga dalam hal
ini pengadukan sangat penting mengingat larutan minyak-katalis metanol
merupakan larutan yang immiscible.
c. Katalisator
Katalisator berfungsi
untuk mengurangi tenaga aktivasi pada suatu reaksi sehingga pada suhu tertentu
harga konstanta kecepatan reaksi semakin besar. Pada reaksi esterifikasi yang
sudah dilakukan biasanya menggunakan konsentrasi katalis antara 1- 4 % berat
sampai 10 % berat campuran pereaksi.
d. Suhu Reaksi
Semakin tinggi suhu
yang dioperasikan maka semakin banyak konversi yang dihasilkan, hal ini sesuai
dengan persamaan Archenius. Bila suhu naik maka harga k makin besar sehingga
reaksi berjalan cepat dan hasil konversi makin besar.
Transesterifikasi
Transesterifikasi
adalah reaksi ester untuk menghasilkan ester baru yang mengalami pertukaran
posisi asam lemak (Widyawati, 2007). Katalis biasanya digunakan untuk
meningkatkan kecepatan reaksi dan yield. Katalis yang biasa digunakan dalam
reaksi transesterifikasi adalah katalis basa seperti kalium hidroksida (KOH)
dan natrium hidroksida (NaOH). Reaksi transesterifikasi adalah reaksi bolak
balik (reversible), oleh karena itu digunakan jumlah alkohol berlebih
untuk menggeser kesetimbangan ke arah produk. Alkohol yang biasa digunakan
dalam proses transesterifikasi adalah metanol akan tetapi etanol juga dapat
digunakan namun mempunyai harga yang lebih mahal (Affandi Dkk, 2013).
Transesterifikasi
(biasa disebut dengan alkoholisis) adalah tahap konversi dari trigliserida
(minyak nabati) menjadi alkyl ester, melalui reaksi dengan alkohol, dan
menghasilkan produk samping yaitu gliserol ((Hikmah dan Zuliyana, 2010).
Beberapa
kondisi reaksi yang mempengaruhi konversi serta perolehan biodiesel melalui
transesterifikasi adalah sebagai berikut:
a. Pengaruh air dan
asam lemak bebas
Minyak nabati yang akan
ditransesterifikasi harus memiliki angka asam yang lebih kecil dari 1. Banyak
peneliti yang menyarankan agar kandungan asam lemak bebas lebih kecil dari 0.5%
(<0.5%). Selain itu, semua bahan yang akan digunakan harus bebas dari air.
Karena air akan bereaksi dengan katalis, sehingga jumlah katalis menjadi
berkurang. Katalis harus terhindar dari kontak dengan udara agar tidak
mengalami reaksi dengan uap air dan karbon dioksida.
b. Pengaruh
perbandingan molar alkohol dengan bahan mentah
Secara stoikiometri,
jumlah alkohol yang dibutuhkan untuk reaksi adalah 3 mol untuk setiap 1 mol
trigliserida untuk memperoleh 3 mol alkil ester dan 1 mol gliserol. Secara umum
ditunjukkan bahwa semakin banyak jumlah alkohol yang digunakan, maka konversi
yang diperoleh juga akan semakin bertambah.
c. Pengaruh jenis
alkohol
Pada rasio 6:1, metanol
akan memberikan perolehan ester yang tertinggi dibandingkan dengaan menggunakan
etanol atau butanol
d. Pengaruh jenis
katalis
Alkali katalis (katalis
basa) akan mempercepat reaksi transesterifikasi bila dibandingkan dengan
katalis asam. Katalis basa yang paling populer untuk reaksi transesterifikasi
adalah natrium hidroksida (NaOH), kalium hidroksida (KOH), natrium metoksida
(NaOCH3), dan kalium metoksida (KOCH3). Katalis sejati
bagi reaksi sebenarnya adalah ion metilat (metoksida). Reaksi transesterifikasi
akan menghasilkan konversi yang maksimum dengan jumlah katalis 0,5-1,5%-b
minyak nabati. Jumlah katalis yang efektif untuk reaksi adalah 0,5%-b minyak
nabati untuk natrium metoksida dan 1%-b minyak nabati untuk natrium hidroksida.
e. Metanolisis Crude dan Refined Minyak Nabati
Perolehan metil ester
akan lebih tinggi jika menggunakan minyak nabati refined. Namun apabila produk metil ester akan digunakan sebagai
bahan bakar mesin diesel, cukup digunakan bahan baku berupa minyak yang telah
dihilangkan getahnya dan disaring.
f. Pengaruh temperatur
Reaksi
transesterifikasi dapat dilakukan pada temperatur 30 - 65° C (titik didih
methanol sekitar 65° C). Semakin tinggi temperatur, konversi yang diperoleh
akan semakin tinggi untuk waktu yang lebih singkat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar