Metode
uji sitotoksik
Uji sitotoksik 3-(4,5-dimetilazol-2-il)-2,5-difeniltetrazolium
bromida (MTT) merupakan metode kolorimetri, dimana pereaksi MTT ini merupakan
garam tetrazolium yang dapat dipecah menjadi kristal formazan oleh sistem
suksinat tetrazolium reduktase yang terdapat dalam jalur respirasi sel pada
mitokondria yang aktif pada sel yang masih hidup. Kristal formazon ini memberi
warna ungu yang dapat dibaca
absorbansinya dengan menggunakan Enzyme-linked
Immunosorbent Assay (ELISA) reader
(Pamilih, 2009). Penetapan jumlah sel
yang bertahan hidup pada uji sitotoksik dapat dilakukan berdasarkan dengan
adanya kerusakan membran meliputi perhitungan sel yang mengambil (up take) atau dengan bahan pewarna
seperti biru tripan. Sedangkan perubahan morfologi diketahui dengan mikroskop
elektron.
Uji sitotoksik
digunakan untuk menentukan parameter nilai IC50. Nilai IC50
menunjukkan nilai konsentrasi yang menghasilkan hambatan proliferasi sel
sebesar 50% dan menunjukkan potensi ketoksikan suatu senyawa terhadap sel.
Nilai ini merupakan patokan untuk melakukan uji pengamatan kinetika sel. Nilai
IC50 dapat menunjukkan potensi suatu senyawa sebagai sitotoksik.
Semakin besar harga IC50 maka senyawa tersebut semakin tidak toksik.
Akhir dari uji sitotoksik dapat memberikan informasi % sel yang mampu bertahan
hidup, sedangkan pada organ target memberikan informasi langsung tentang
perubahan yang terjadi pada fungsi sel secara spesifik.
Prinsip reaksi 3-(4,5-dimetilazol-2-il)-2,5-difeniltetrazolium
bromida (MTT) menurut Mosmann (1983) sebagai berikut:
Uji
Anti kanker
Uji sitotoksik terhadap kanker
dengan metode MTT dilakukan dengan cara: Sel kanker dengan konsentrasi 3 x 103
sel/100 μL didistribusikan kedalam sumuran dan diinkubasi selama 24 jam didalam
inkubator CO2 agar sel beradaptasi dan menempel di sumuran.
Selanjutnya pada tiap sumuran ditambahkan 100 μL media kultur (MK) yang
mengandung sampel dengan variasi kadar dan diinkubasi kembali selama 48 jam.
Pada akhir inkubasi, media kultur yang mengandung sampel dibuang dan dicuci
dengan 100 μL PBS (phosphate Buffered saline).
Kemudian kedalam asing-masing sumuran ditambahkan 100 μL media kultur yang
mengandung MTT dan diinkubasi kembali selama 4 jam pada suhu 370 C.
Sel yang hidup akan bereaksi dengan MTT membentuk formazan yang berwarna ungu. Setelah
4 jam, pada tiap sumuran ditambahkan reagen stopper untuk membunuh sel dan
melarutkan kristal formazan. Plate di shaker selama 10 menit kemudian
diinkubasi pada suhu kamar dalam ruang gelap selama semalam. Selanjutnya,
absorbansi tiap sumuran dibaca dengan ELISA reader pada panjang gelombang 595
nm.
1 komentar:
adakah metode lain yang digunakan untuk uji aktivitas antikanker selain metode MTT?
Posting Komentar