Google ads

Minggu, 27 Maret 2016

Swamedikasi Hipertensi



I. Pendahuluan
I.I Pengertian hipertensi
Tekanan darah adalah daya dorong ke semua arah pada seluruh permukaan yang tertutup pada dinding bagian dalam jantung dan pembuluh darah. Tekanan darah terhadap dinding arteri elastic dapat diukur dengan suatu alat penggukur khusus yaitu manometer air raksa. Tensi yang diproleh biasanya dinyatakan dalam mm Hg. Tekanan darah sistolis adalah tekanan pada dinding arteri sewaktu jantung menguncup, dan tekanan darah diastole adalah bila jantung sudah mengendur kembali. Tekanan darah sistol selalu lebih tinggi dari pada tekanan darah diastole.
Hipertensi adalah suatu kondisi klinis dimana terjadi peningkatan tekanan darah secara konsisten diatas tekanan darah normal , dimana tekanan darah normal adalah 120 - 140/80 - 90 mmHg. Hipertensi merupakan penyakit yang tidak bisa disembuhkan tetapi bisa di kontrol sehingga mencapai tekanan darah normal, jika tidak di kontrol maka menyebabkan kerusakan target organ, kalau pada ginjal akan menyebabkan gagal ginjal, pada jantung akan menyebabkan gagal jantung, infark miokard, aritmia dan pada otak akan menyebabkan stroke, semuanya berujung kepada kematian.
Meningkatnya tekanan darah akan memperberat kerja jantung dan pembuluh darah, sehingga mempercepat terbentuknya arterosklerosis di pembuluh darah, jika arteroklerosis terbentuk di pembuluh darah jantung akan berakibat terjadinya iskemia ( supply darah ke jantung  tidak mencukupi kebutuhan jantung) kemudian di ikuti oleh gejala nyeri dada yang disebut dengan angina kemudian berlanjut terjadinya kematian jaringan otot jantung dan berujung kepada terjadinya gagal jantung dan kematian. Jika arterosklerosis terbentuk di pembuluh darah utama jantung akan berakibat kepada kematian mendadak. Jika arterosklerosis terbentuk di pembuluh darah otak akan berakibat kematian jaringan otak atau disebut stroke dan juga berujung kepada kematian. Pada ginjal, hipertensi mengakibatkan terjadinya penebalan dinding arteri dan kapiler ginjal sehingga fungsi ginjal untuk filtrasi menjadi kurang efisien dan kemudian berlanjut kepada terjadinya gagal ginjal dan kematian.
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dibedakan atas hipertensi primer dan hipertensi sekunder. 
Hipertensi primer (essensial)
Lebih dari 90% pasien dengan hipertensi merupakan hipertensi essensial(hipertensi primer).2 Literatur lain mengatakan, hipertensi essensial merupakan95% dari seluruh kasus hipertensi.Beberapa mekanisme yang mungkin berkontribusi untuk terjadinya hipertensi initelah diidentifikasi, namun belum satupun teori yang tegas menyatakanpatogenesis hipertensi primer tersebut. Hipertensi sering turun temurun dalamsuatu keluarga, hal ini setidaknya menunjukkan bahwa faktor genetik memegangperanan penting pada patogenesis hipertensi primer. Menurut data, bila ditemukangambaran bentuk disregulasi tekanan darah yang monogenik dan poligenikmempunyai kecenderungan timbulnya hipertensi essensial. Banyak karakteristikgenetik dari gen-gen ini yang mempengaruhi keseimbangan natrium, tetapi juga didokumentasikan adanya mutasi-mutasi genetik yang merubah ekskresi kallikreinurine, pelepasan nitric oxide, ekskresi aldosteron, steroid adrenal, danangiotensinogen.
Hipertensi sekunder
Kurang dari 10% penderita hipertensi merupakan sekunder dari penyakitkomorbid atau obat-obat tertentu yang dapat meningkatkan tekanan darah.  Pada kebanyakan kasus, disfungsi renal akibat penyakit ginjal kronis ataupenyakit renovaskular adalah penyebab sekunder yang paling sering.Obat-obattertentu, baik secara langsung ataupun tidak, dapat menyebabkan hipertensi ataumemperberat hipertensi dengan menaikkan tekanan darah.. Apabila penyebab sekunder dapat diidentifikasi, maka denganmenghentikan obat yang bersangkutan atau mengobati/mengoreksi kondisikomorbid yang menyertainya sudah merupakan tahap pertama dalam penangananhipertensi sekunder.




I.2 Patofisiologi
Tekanan darah arteri
Tekanan darah arteri adalah tekanan yang diukur pada dinding arteri dalammillimeter merkuri. Dua tekanan darah arteri yang biasanya diukur, tekanan darahsistolik (TDS) dan tekanan darah diastolik (TDD). TDS diperoleh selamakontraksi jantung dan TDD diperoleh setelah kontraksi sewaktu bilik jantung diisi.Banyak faktor yang mengontrol tekanan darah berkontribusi secara potensialdalam terbentuknya hipertensi; faktor-faktor tersebut adalah
Ø  Meningkatnya aktifitas sistem saraf simpatik (tonus simpatis dan/atau variasi diurnal), mungkin berhubungan dengan meningkatnya respons terhadap stress psikososial dll
Ø  Produksi berlebihan hormon yang menahan natrium dan vasokonstriktor
Ø  Asupan natrium (garam) berlebihan
Ø  Tidak cukupnya asupan kalium dan kalsium
Ø  Meningkatnya sekresi renin sehingga mengakibatkan meningkatnya produksi angiotensin II dan aldosteron
Ø  Defisiensi vasodilator seperti prostasiklin, nitrik oxida (NO), dan peptide natriuretik
Ø  Perubahan dalam ekspresi sistem kallikrein-kinin yang mempengaruhi tonus vaskular dan penanganan garam oleh ginjal
Ø  Abnormalitas tahanan pembuluh darah, termasuk gangguan pada pembuluh darah kecil di ginjal
Ø  Diabetes mellitus
Ø  Resistensi insulin
Ø  Obesitas
Ø  Meningkatnya aktivitas vascular growth factors
Ø  Perubahan reseptor adrenergik yang mempengaruhi denyut jantung, karakteristik inotropik dari jantung, dan tonus vaskular


Komplikasi hipertensi
Tekanan darah tinggi dalam jangka waktu lama akan merusak endothel arteri danmempercepat atherosklerosis. Komplikasi dari hipertensi termasuk rusaknya organtubuh seperti jantung, mata, ginjal, otak, dan pembuluh darah besar. Hipertensiadalah faktor resiko utama untuk penyakit serebrovaskular (stroke, transientischemic attack), penyakit arteri koroner (infark miokard, angina), gagal ginjal,dementia, dan atrial fibrilasi. Bila penderita hipertensi memiliki faktor-faktorresiko kardiovaskular lain  maka akan meningkatkan mortalitas danmorbiditas akibat gangguan kardiovaskularnya tersebut. Menurut StudiFramingham, pasien dengan hipertensi mempunyai peningkatan resiko yangbermakna untuk penyakit koroner, stroke, penyakit arteri perifer, dan gagaljantung.

Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium rutin yang direkomendasikan sebelum memulai terapiantihipertensi adalah urinalysis, kadar gula darah dan hematokrit; kalium,kreatinin, dan kalsium serum; profil lemak (setelah puasa 9 – 12 jam) termasukHDL, LDL, dan trigliserida, serta elektrokardiogram. Pemeriksaan opsionaltermasuk pengukuran ekskresi albumin urin atau rasio albumin / kreatinin.Pemeriksaan yang lebih ekstensif untuk mengidentifikasi penyebab hipertensitidak diindikasikan kecuali apabila pengontrolan tekanan darah tidak tercapai.

I.3 Penatalaksanaan Hipertensi
Penatalaksanaan hipertensi dapat dilakukan dengan:
1. Terapi nonfarmakologi
Menerapkan gaya hidup sehat bagi setiap orang sangat penting untuk mencegahtekanan darah tinggi dan merupakan bagian yang penting dalam penangananhipertensi. Semua pasien dengan prehipertensi dan hipertensi harus melakukanperubahan gaya hidup. Perubahan yang sudah terlihat menurunkan tekanan darahdapat terlihat pada tabel 4 sesuai dengan rekomendasi dari JNC VII. Disampingmenurunkan tekanan darah pada pasien-pasien dengan hipertensi, modifikasi gayahidup juga dapat mengurangi berlanjutnya tekanan darah ke hipertensi padapasien-pasien dengan tekanan darah prehipertensi.
Modifikasi gaya hidup yang penting yang terlihat menurunkan tekanan darahadalah mengurangi berat badan untuk individu yang obes atau gemuk;mengadopsi pola makan DASH (Dietary Approach to Stop Hypertension) yangkaya akan kalium dan kalsium; diet rendah natrium; aktifitas fisik; danmengkonsumsi alkohol sedikit saja. Pada sejumlah pasien dengan pengontrolantekanan darah cukup baik dengan terapi satu obat antihipertensi; mengurangigaram dan berat badan dapat membebaskan pasien dari menggunakan obat.
Program diet yang mudah diterima adalah yang didisain untuk menurunkan beratbadan secara perlahan-lahan pada pasien yang gemuk dan obes disertaipembatasan pemasukan natrium dan alkohol. Untuk ini diperlukan pendidikan kepasien, dan dorongan moril.Fakta-fakta berikut dapat diberitahu kepada pasien supaya pasien mengertirasionalitas intervensi diet:
a.       Hipertensi 2 – 3 kali lebih sering pada orang gemuk dibanding orangdengan berat badan ideal
b.      Lebih dari 60 % pasien dengan hipertensi adalah gemuk (overweight)
c.       Penurunan berat badan, hanya dengan 10 pound (4.5 kg) dapatmenurunkan tekanan darah secara bermakna pada orang gemuk
d.      Obesitas abdomen dikaitkan dengan sindroma metabolik, yang jugaprekursor dari hipertensi dan sindroma resisten insulin yang dapatberlanjut ke DM tipe 2, dislipidemia, dan selanjutnya ke penyakitkardiovaskular
e.       Diet kaya dengan buah dan sayuran dan rendah lemak jenuh dapatmenurunkan tekanan darah pada individu dengan hipertensi
f.       Walaupun ada pasien hipertensi yang tidak sensitif terhadap garam,kebanyakan pasien mengalami penurunaan tekanan darah sistolik dengan pembatasan natrium
2. Terapi Farmakologi
Ada 9 kelas obat antihipertensi . Diuretik, penyekat beta, penghambat enzimkonversi angiotensin (ACEI), penghambat reseptor angiotensin (ARB), danantagonis kalsium dianggap sebagai obat antihipertensi utama. Obat-obatini baik sendiri atau dikombinasi, harus digunakan untuk mengobati mayoritaspasien dengan hipertensi karena bukti menunjukkan keuntungan dengan kelas obatini. Beberapa dari kelas obat ini (misalnya diuretik dan antagonis kalsium)mempunyai subkelas dimana perbedaan yang bermakna dari studi terlihat dalammekanisme kerja, penggunaan klinis atau efek samping.
 Penyekat alfa, agonis alfa2 sentral, penghambat adrenergik, dan vasodilator digunakan sebagai obatalternatif pada pasien-pasien tertentu disamping obat utama.Evidence-based medicine adalah pengobatan yang didasarkan atas bukti terbaikyang ada dalam mengambil keputusan saat memilih obat secara sadar, jelas, danbijak terhadap masing-masing pasien dan/atau penyakit. Praktek evidence-baseduntuk hipertensi termasuk memilih obat tertentu berdasarkan data yangmenunjukkan penurunan mortalitas dan morbiditas kardiovaskular atau kerusakantarget organ akibat hipertensi. Bukti ilmiah menunjukkan kalau sekadarmenurunkan tekanan darah, tolerabilitas, dan biaya saja tidak dapat dipakai dalamseleksi obat hipertensi. Dengan mempertimbangkan faktor-faktor ini, obat-obatyang paling berguna adalah diuretik, penghambat enzim konversi angiotensin(ACEI), penghambat reseptor angiotensin (ARB), penyekat beta, dan antagoniskalsium (CCB).

II. Swamedikasi
Swamedikasi atau pengobatan sendiri adalah upaya seseorang dalam mengobati gejala penyakit tanpa konsultasi dengan dokter terlebih dahulu.
Menurut WHO, peningkatan kesadaran untuk perawatan sendiri ataupun pengobatan sendiri (swamedikasi) diakibatkan oleh beberapa faktor berikut ini :
Ø  Faktor Sosial ekonomi
Dengan meningkatnya pemberdayaan masyarakat, berakibat pada semakin tinggi tingkat pendidikan & semakin mudah akses untuk mendapatkan informasi. Dikombinasikan dengan tingkat ketertarikan individu terhadap masalah kesehatan, sehingga terjadi peningkatan untuk dapat berpartisipasi langsung terhadap pengambilan keputusan dalam masalah kesehatan.
Ø  Gaya hidup
Kesadaran mengenai adanya dampak beberapa gaya hidup yang dapat berakibat pada kesehatan, membuat semakin banyak orang yang lebih perduli untuk menjaga kesehatannya daripada harus mengobati bila terjadi penyakitnya kelak.
Ø  Kemudahan memperoleh produk obat
Saat ini pasien & konsumen lebih memilih kenyamanan membeli obat yang bisa diperoleh dimana saja, dibandingkan harus menunggu lama di rumah sakit atau klinik.
Ø  Faktor kesehatan lingkungan
Dengan adanya praktek sanitasi yang baik, pemilihan nutrisi yang tepat serta lingkungan perumahan yang sehat, meningkatkan kemampuan masyarakat untuk untuk dapat menjaga & mempertahankan kesehatan serta mencegah terkena penyakit.

Ø  Ketersediaan produk baru
Saat ini, semakin banyak tersedia produk obat baru yang lebih sesuai untuk pengobatan sendiri. Selain itu, ada juga beberapa produk obat yang telah dikenal sejak lama serta mempunyai indeks keamanan yang baik, juga telah dimasukkan ke dalam kategori obat bebas, membuat pilihan produk obat untuk pengobatan sendiri semakin banyak tersedia.
PERAN APOTEKER DALAM SWAMEDIKASI
Dengan semakin banyak masyarakat yang melakukan pengobatan sendiri atau swamedikasi, maka informasi mengenai obat yang tepat & sesuai dengan kebutuhan mereka juga semakin diperlukan. Dalam hal itulah maka apoteker mempunyai peranan penting untuk memberikan informasi yang tepat tentang obat kepada pasien atau konsumen.
Berikut adalah peranan apoteker dalam pengobatan sendiri atau swamedikasi, menurut WHO :
1. Peran apoteker sebagai komunikator
-          Apoteker harus menginisiasi dialog dengan pasien atau dokter pasien tersebut bila diperlukan, untuk memperoleh riwayat pengobatan pasien sebelumnya.
-          Untuk dapat memberikan saran mengenai obat bebas yang sesuai, maka apoteker harus bertanya pertanyaan yang sesuai kepada pasien & juga mampu memberikan informasi penting yang dibutuhkan (seperti cara konsumsi obat atau indeks keamanan obat).
-          Apoteker juga harus mempersiapkan diri & dilengkapi dengan peralatan yang memadai untuk melakukan skrening terhadap kondisi atau penyakit tertentu, tanpa melampaui kewenangan seorang dokter.
-          Apoteker juga harus menyediakan informasi yang objektif tentang obat.
-          Apoteker juga harus dapat menggunakan & mengartikan sumber informasi lain, untuk dapat memenuhi kebutuhan pasien atau konsumen.
-          Apoteker harus dapat membantu pasien melakukan pengobatan sendiri atau swamedikasi yang tepat & bertanggung jawab, atau memberikan saran ke pasien untuk konsultasi lebih lanjut ke dokter bila diperlukan.
-          Apoteker harus dapat menjamin kerahasiaan informasi tentang keadaan kesehatan pasien.
2. Peran apoteker sebagai penyedia obat
-          Apoteker harus dapat menjamin, bahwa obat-obatan yang disediakannya berasal dari sumber resmi yang dapat dipercaya serta mempunyai kualitas yang baik.
-          Apoteker juga harus menyediakan penyimpanan yang tepat untuk obat-obatan yang ada.
3. Peran apoteker sebagai seorang pengajar & pengawas.
Untuk dapat memberikan pelayanan yang terbaik, maka apoteker juga disarankan untuk berpartisipasi dalam kegiatan peningkatan kemampuan diri yang berkelanjutan, seperti misalnya melanjutkan pendidikannya lagi. Selain itu, apoteker biasanya juga didampingi oleh staf non-apoteker lain, yang perlu untuk diawasi & diberikan pelatihan yang sesuai. Oleh karena itu, apoteker juga sebaiknya membuat :
-          Pedoman penyerahan ke apoteker.
-          Pedoman untuk tenaga kesehatan lainnya yang terlibat dalam hal penanganan obat.
4. Peran apoteker sebagai rekan setara
Untuk dapat memberikan informasi yang tepat, maka sangat penting bagi apoteker untuk dapat memiliki kerjasam yang baik dengan berbagai kalangan, seperti :
-          Tenaga kesehatan lainnya.
-          Perkumpulan seprofesi.
-          Industri farmasi.
-          Pemerintahan (baik lokal maupun nasional).
-          Pasien & masyarakat umum.
5. peran apoteker sebagai promotor kesehatan
Sebagai seorang anggota tenaga kesehatan, maka apoteker juga harus dapat :
-          Berpartisipasi dalam skrening masalah kesehatan untuk dapat mengidentifikasi adanya masalah kesehatan.
-          Berpartisipasi dalam hal promosi masalah kesehatan, sehingga dapat meningkatkan kesadaran mengenai masalah kesehatan ataupun pencegahan penyakit.
-          Menyediakan saran kepada individu untuk membantu mereka membuat pilihan yang tepat.

Tidak ada komentar:

Google Ads