Google ads

Sabtu, 26 Maret 2016

OTC (Over the Counter) /SWAMEDIKASI



         I.            Pengertian OTC
OTC (Over The Counter) merupakan obat yang dapat dibeli tanpa resep dokter biasa disebut juga dengan obat bebas yang terdiri atas obat bebas dan obat bebas terbatas.Obat-obatan yang termasuk kategori ini dijual bebas di pasaran.Walaupun berlabel "bebas", bukan berarti obat-obat bebas dapat dikonsumsi begitu saja tanpa aturan. Walaupun Anda telah berusaha mengikuti dosis sesuai anjuran, pada dasarnya semua obat sama, bisa menjadi racun pada pemakaian berlebihan atau berkepanjangan.
       II.            Swamedikasi atau Pengobatan Sendiri
Swamedikasi adalah tindakan yang dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan dengan menggunakan obat-obatan yang dapat dikonsumsi tanpa pengawasan dari dokter. Obat-obatan yang digunakan untuk pengobatan sendiri atau swamedikasi biasa disebut dengan obat tanpa resep / obat bebas / obat OTC (over the counter).Biasanya obat-obat bebas tersebut dapat diperoleh di toko obat, apotik, supermarket hingga di warung-warung dekat rumah.Sedangkan obat-obat yang dapat diperoleh dengan resep dokter biasa disebut dengan obat resep.
   III.            Dasar Hukum Swamedikasi Permenkes No.919/MENKES/PER/X/1993
Swamedikasi adalah upaya seseorang dalam mengobati gejala sakit atau penyakit tanpa berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu.Namun bukan berarti asal mengobati, justru pasien harus mencari informasi obat yang sesuai dengan penyakitnya dan apotekerlah yang bisa berperan di sini.Apoteker bisa memberikan informasi obat yang objektif dan rasional.Swamedikasi boleh dilakukan untuk kondisi penyakit yang ringan, umum, dan tidak akut.
Menurut situs, WSMI (World Self-Medication Industry), pengobatan sendiri atau swamedikasi yang bertanggung jawab (responsible self-medication) biasa digunakan untuk menegaskan penggunaan obat bebas yang tepat oleh pasien atau konsumen, dengan bantuan tenaga kesehatan bila diperlukan.Sebaliknya, untuk peresepan sendiri (self-prescription), mengacu pada penggunaan yang tidak tepat dari obat resep oleh pasien atau konsumen karena tanpa pengawasan dari dokter.Sayangnya hingga saat ini peresepan sendiri masih banyak terjadi di banyak negara, terutama di negara berkembang termasuk Indonesia.
Menurut WHO, peningkatan kesadaran/alasan untuk perawatan sendiri ataupun pengobatan sendiri (swamedikasi) diakibatkan oleh beberapa faktor berikut ini:
·         Faktor Sosial ekonomi
Dengan meningkatnya pemberdayaan masyarakat, berakibat pada semakin tinggi tingkat pendidikan & semakin mudah akses untuk mendapatkan informasi.Dikombinasikan dengantingkat ketertarikan individu terhadap masalah kesehatan, sehingga terjadi peningkatan untuk dapat berpartisipasi langsung terhadap pengambilan keputusan dalam masalah kesehatan.

·   Gaya hidup
            Kesadaran mengenai adanya dampak beberapa gaya hidup yang dapat berakibat pada kesehatan, membuat semakin banyak orang yang lebih peduli untuk menjaga kesehatannya daripada harus mengobati bila terjadi penyakitnya kelak.
·   Kemudahan memperoleh produk obat
            Saat ini pasien & konsumen lebih memilih kenyamanan membeli obat yang bisa diperoleh dimana saja, dibandingkan harus menunggu lama di rumah sakit atau klinik.
·   Faktor kesehatan lingkungan
            Dengan adanya praktek sanitasi yang baik, pemilihan nutrisi yang tepat serta lingkungan perumahan yang sehat, meningkatkan kemampuan masyarakat untuk untuk dapat menjaga & mempertahankan kesehatan serta mencegah terkena penyakit.
·   Ketersediaan produk baru
            Saat ini, semakin banyak tersedia produk obat baru yang lebih sesuai untuk pengobatan sendiri.Selain itu, ada juga beberapa produk obat yang telah dikenal sejak lama serta mempunyai indeks keamanan yang baik, juga telah dimasukkan ke dalam kategori obat bebas, membuat pilihan produk obat untuk pengobatan sendiri semakin banyak tersedia.

   IV.            Hal yang Harus Diperhatikan Saat Melakukan Swamedikasi
Ketika pasien atau konsumen memilih untuk melakukan pengobatan sendiri atau swamedikasi, ada beberapa hal yang perlu untuk diperhatikan supaya pengobatan sendiri tersebut dilakukan dengan tepat & bertanggung jawab, seperti yang medicastore dari situs CHCA (Consumer Healthcare Products Association) berikut ini:
1.       Pada pengobatan sendiri, individu atau pasien memegang tanggung jawab utama terhadap obat yang digunakan. Oleh karena itu sebaiknya baca label obat dengan seksama & teliti. Kemudian perhatian khusus perlu diberikan bagi penggunaan obat untuk kelompok tertentu, seperti pada anak-anak., lanjut usia ataupun wanita hamil & menyusui.
  1. Jika individu atau pasien memilih untuk melakukan pengobatan sendiri, maka ia harus dapat :
v  Mengenali gejala yang dirasakan
v  Menentukan apakah kondisi mereka sesuai untuk pengobatan sendiri atau tidak
v  Memilih produk obat yang sesuai dengan kondisinya
v  Mengikuti instruksi yang tertera pada label obat yang dikonsumsi
3.       Pasien juga harus mempunyai informasi yang tepat mengenai obat yang dikonsumsi, dengan cara membaca label obat dengan teliti. Dan berkonsultais ke dokter bila perlu, hal ini terutama bila dirasakan bahwa pengobatan sendiri atau swamedikasi yang dilakukan tidak memberikan hasil seperti yang diharapkan.
  1. Setiap orang yang melakukan pengobatan sendiri atau swamedikasi juga harus menyadari kelebihan ataupun kekurangan dari pengobatan sendiri yang dilakukan. Dengan mengetahui manfaat & resikonya, maka pasien atau konsumen tersebut juga dapat melakukan penilaian apakah pengobatan sendiri atau swamedikasi tersebut perlu dilakukan atau tidak.

      V.            Kriteria Obat yang Digunakan Dalam Swamedikasi
Sesuai permenkes No.919/MENKES/PER/X/1993, kriteria obat yang dapat diserahkan tanpa resep:
1.       Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil, anak di bawah usia 2 tahun dan orang tua di atas 65 tahun.
  1. Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan risiko pada kelanjutan penyakit.
  2. Penggunaannya tidak memerlukan cara atau alat khusus yang harus dilakukan oleh tenaga kesehatan.
  3. Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di Indonesia.
  4. Obat dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan yang dapat dipertanggungjawabkan untuk pengobatan sendiri.

   VI.            Peran Apoteker dalam Swamedikasi
Dengan semakin banyak masyarakat yang melakukan pengobatan sendiri atau swamedikasi, maka informasi mengenai obat yang tepat & sesuai dengan kebutuhan mereka juga semakin diperlukan.Dalam hal itulah maka apoteker mempunyai peranan penting untuk memberikan informasi yang tepat tentang obat kepada pasien atau konsumen.
Berikut adalah peranan apoteker dalam pengobatan sendiri atau swamedikasi, yang diambil dari situs WHO :
1.       Peran apoteker sebagai komunikator
a.       Apoteker harus menginisiasi dialog dengan pasien atau dokter pasien tersebut bila diperlukan untuk memperoleh riwayat pengobatan pasien sebelumnya.
b.       Untuk dapat memberikan saran mengenai obat bebas yang sesuai, maka apoteker harus bertanya dengan beberapa pertanyaan yang sesuai kepada pasien & juga mampu memberikan informasi penting yang dibutuhkan (seperti cara konsumsi obat atau indeks keamanan obat).
    1. Apoteker juga harus mempersiapkan diri & dilengkapi dengan peralatan yang memadai untuk melakukan skrining terhadap kondisi atau penyakit tertentu tanpa melampaui kewenangan seorang dokter.
    2. Apoteker juga harus menyediakan informasi yang objektif tentang obat.
    3. Apoteker juga harus dapat menggunakan & mengartikan sumber informasi lainuntuk dapat memenuhi kebutuhan pasien atau konsumen.
    4. Apoteker harus dapat membantu pasien melakukan pengobatan sendiri atau swamedikasi yang tepat & bertanggung jawab, atau memberikan saran ke pasien untuk konsultasi lebih lanjut ke dokter bila diperlukan.
    5. Apoteker harus dapat menjamin kerahasiaan informasi tentang keadaan kesehatan pasien.

  1. Peran apoteker sebagai penyedia obat
    1. Apoteker harus dapat menjamin bahwa obat-obatan yang disediakannya berasal dari sumber resmi yang dapat dipercaya serta mempunyai kualitas yang baik.
    2. Apoteker juga harus menyediakan penyimpanan yang tepat untuk obat-obatan yang ada.

3.       Peran apoteker sebagai seorang pengajar & pengawas
Untuk dapat memberikan pelayanan yang terbaik, maka apoteker juga disarankan untuk berpartisipasi dalam kegiatan peningkatan kemampuan diri yang berkelanjutan, seperti misalnya melanjutkan pendidikannya lagi.
Selain itu, apoteker biasanya juga didampingi oleh staf non-apoteker lain, yang perlu untuk diawasi & diberikan pelatihan yang sesuai. Oleh karena itu, apoteker juga sebaiknya membuat :
a.       Pedoman penyerahan ke apoteker
    1. Pedoman untuk tenaga kesehatan lainnya yang terlibat dalam hal penanganan obat
4.       Peran apoteker sebagai rekan setara
Untuk dapat memberikan informasi yang tepat, maka sangat penting bagi apoteker untuk dapat memiliki kerjasama yang baik dengan berbagai kalangan, seperti:
v  Tenaga kesehatan lainnya
v  Perkumpulan seprofesi
v  Industri farmasi
v  Pemerintahan (baik lokal maupun nasional)
v  Pasien & masyarakat umum

5.       Sebagai promotor kesehatan
Sebagai seorang anggota tenaga kesehatan, maka apoteker juga harus dapat :
*      Berpartisipasi dalam skrining masalah kesehatan untuk dapat mengidentifikasi adanya masalah kesehatan.
*      Berpartisipasi dalam hal promosi masalah kesehatan, sehingga dapat meningkatkan kesadaran mengenai masalah kesehatan ataupun pencegahan penyakit.
*      Menyediakan saran kepada individu untuk membantu mereka membuat pilihan yang tepat.
VII.            Konseling Swamedikasi
Konseling umumnya berlangsung sangat kondisional dan hasilnya sering kali juga tidak bisa kita nilai hanya dengan benar salah. Satu hal yang paling penting dalam konseling kefarmasian adalah mengamankan klien atau pasien dari ESO atau dari bahaya penggunaan sediaan farmasi lain, juga mengamankan dari bahaya penyakit yang diderita pasien atau klien. Oleh karena itu sebagian hasil konseling kefarmasian diapotek adalah rujukan kesarana kesehatan lain seperti praktek dokter atau rumah sakit.
Konseling dilakukan terutama dalam mempertimbangkan:
1. Ketepatan penentuan indikasi/penyakit
2. Ketepatan pemilihan obat (efektif, aman, ekonomis)
3. Ketepatan dosis dan cara penggunaan obat.


JENIS OBAT YANG DIGUNAKAN DALAMSWAMEDIKASI

1. OBAT BEBAS
Obat bebas adalah obat yang dapat dibeli tanpa resep dokter.Pada kemasan ditandai dengan lingkaran hitam dan mengelilingi bulatan berwarna hijau. Dalam obat disertai brosur yang berisi nama obat, nama dan isi zat berkhasiat, indikasi, dosis dan aturan pakai, nomor batch, nomor registrasi, nama dan alamat pabrik serta cara penyimpanannya.

2. OBAT BEBAS TERBATAS
Obat bebas terbatas termasuk obat keras dimana pada setiap takaran yang digunakan diberi batas dan pada kemasan ditandai dengan lingkaran hitam mengelilingi bulatan berwarna biru.Sesuai dengan Surat Keputusan MENKES No. 6355/Dirjen/SK/69 tanggal 5 November 1975 pada obat harus ada tanda peringatan dan harus ditandai dengan etiket atau brosur yang menyebutkan nama obat yang bersangkutan, daftar bahan berkhasiat serta jumlah yang digunakan, nomor batch, tanggal kadaluarsa, nomor registrasi, nama dan alamat produsen, petunjuk penggunaan, indikasi, cara pemakaian, peringatan serta kontraindikasi.

3. OBAT TRADISIONAL
Pengertian obat tradisional berdasarkan Peraturan Menteri kesehatan Nomor 246/Menkes/Per/V/1990 Pasal 1 menyebutkan bahwa: Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dan bahan-bahan tersebut, yang secara tradisional telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. Menurut penelitian masa kini, obat-obatan tradisional memang bermanfaat bagi kesehatan dan kini digencarkan penggunaannya karena lebih mudah dijangkau masyarakat, baik harga maupun ketersediaannya.

1.      Kelebihan obat tradisional
1.      Memiliki efek samping yang saling mendukung jika berada dalam satu ramuan dengan komponen yang berbeda.
2.      Memiliki efek samping yang relatif rendah
3.      Pada satu tanaman memiliki lebih dari satu efek farmakologi serta lebih sesuai untuk penyakit-penyakit yang diakibatkan pertukaran zat di dalam tubuh dan keturunan
2.      Kekurangan obat tradisional
1.      Takaran harus tepat. Jika tidak tepat, obat tradisional bias tidak aman bagi tubuh dan kesehatan manusia.
2.      Harus tepat memilih jenis obat sesuai dengan riwayat kesehatan masing-masing, sehingga tidak menimbulkan efek samping yang membahayakan jiwa.
3.      Cara memilih obat tradisional
Obat tradisional sudah banyak yang dikemas dalam bentuk kapsul, jamu, tablet, obat gosok, krim, dan cemilan.Namun, tentu saja, kita harus selektif memilihnya sebab banyak obattradisional di pasaran yang sudah dicampur dengan bahan-bahan kimia berbahaya.Ada baiknya berkonsultasi terlebih dahulu kepada dokter atau ahli tanaman obat untuk memastikan bahwa obat tradisional yang diperoleh aman untuk dikonsumsi.

4.      Cara mengkonsumsi obat tradisional
1.      Dosis tepat
2.      Cara penggunaan tepat
3.      Waktu mengkonsumsi tepat
4.      Pemilihan bahan baku tepat sesuai dengan penyakit yang diderita
5.      Bahan baku obat yang benar



5.      Jenis Penyakit, Cara Pembuatan Obat Tradisonal dan Faktanya .

Sakit Kepala
  • Resep: Minum rebusan air dari jahe, sereh dan ketumbar.
  • Fakta:Jahe, sereh dan ketumbar mengandung minyak atsiri yang akan memperlancar peredaran darah juga berfungsi sebagai analgetik untuk mengurangi sakit di kepala.
Batuk
  • Resep: Air jeruk nipis dicampur dengan madu.
  • Fakta:Jeruk nipis mengandung vitamin C yang dapat memperbaiki ketahanan tubuh untuk melawan flu. Juga berfungsi sebagai antiseptik yang mampu membuang racun dalam       tubuh.
6.      Peringatan dalam Menggunakan Obat Tradisional
Sekalipun herba atau obat tradisional mungkin secara luas dianggap aman, disarankan untuk waspada. Jangan longgarkan kewaspadaan Anda hanya karena suatu produk berlabelkan "natural". Fakta yang tidak menyenangkan ialah bahwa beberapa herba bahkan bisa sangat berbahaya. Dan ironisnya beberapa orang tidak memandang herba atau obat tradisional sebagaimana mestinya. Senyawa kimia dalam obat tradisional atau herba dapat mengubah detak jantung, tekanan darah, dan kadar glukosa. Maka, orang yang memiliki problem jantung, tekanan darah tinggi, atau kelainan gula darah seperti diabetes mesti sangat waspada.
Meski demikian, efek sampingan obat tradisional biasanya terbatas pada reaksi tipe alergi. Misalnya sakit kepala, pusing, mual, atau ruam. Beberapa pengobatan tradisional atau herba kemungkinan bisa menimbulkan "krisis penyembuhan" dengan menghasilkan gejala seperti flu atau gejala lainnya. Orang yang mengkonsumsi obat tradisional mungkin tampak menjadi lebih parah sebelum menjadi lebih baik. Secara umum dikatakan bahwa reaksi ini disebabkan oleh pembuangan limbah racun dari tubuh selama tahap-tahap awal terapi herbal.
Jika Anda memilih untuk mengobati sendiri dengan obat tradisional, sebaiknya Anda mempertimbangkan beberapa risiko seperti bahwa Anda mungkin tidak benar-benar tahu apa penyebab problem kesehatan Anda. Lalu pengobatan yang Anda lakukan secara sendiri mungkin menyembuhkan penyakit ringan, tetapi memperburuk problem kesehatan lainnya, seperti tekanan darah tinggi. Bahkan beberapa pengobatan sendiri bisa jadi mungkin bertolak belakang dengan obat yang diresepkan dokter.       
Seperti semua produk kesehatan, obat tradisional hendaknya digunakan dengan kewaspadaan, pengetahuan dan, keseimbangan. Ingatlah bahwa ada beberapa penyakit dan problem kesehatan yang sekarang ini tidak ada obatnya.


Tidak ada komentar:

Google Ads