Google ads

Senin, 14 Maret 2016

Ginjal


Anatomi dan Fisiologi Ginjal
Ginjal adalah sepasang organ retroperitoneal yang integral dengan homeostatis tubuh dalam mempertahankan keseimbangan, termasuk keseimbangan fisika dan kimia. Ginjal menyekresikan hormon dan enzim yang membantu pengaturan produksi eritrosit, tekanan darah, serta metabolisme kalsium dan fosfor. Ginjal membuang sisa metabolisme dan menyesuaikan ekresi air dan pelarut. Ginjal mengatur volume cairan tubuh, asiditas dan elektrolit sehingga bisa mempertahankan komposisi cairan yang normal (Baradero, 2008; Kelly, 2005)
Setiap ginjal panjangnya 6 sampai 7,5 cm, lebarnya 5 sampai 6 cm dan tebal 1,5 sampai 2,5 cm. Pada orang dewasa beratnya kira-kira 120 sampai 160 gram. Bentuk ginjal seperti biji kacang dan sisi dalamnya ada hilum menghadap ke tulang punggung. Sisi luarnya cembung. Pembuluh-pembuluh ginjal semuanya masuk dan keluar pada hilum. Ginjal kanan lebih pendek dari ginjal sebelah kiri. (Enday, 2006; Ganiswara, 2005; Pearce, 2009)
Fungsi penting Ginjal bagi tubuh yaitu:
a.       Ekskresi bahan yang tidak diperlukan
Eksresi yang terjadi pada ginjal yaitu ekskresi produk buangan yang meliputi produk sampingan dari metabolisme karbohidrat (misal: air, asam) dan metabolisme protein (misal: urea, asam urat, kreatinin), bersama dengan bahan yang jumlahnya melebihi kebutuhan tubuh (misal: air) (Kenward and Tan, 2003, Dipiro, 2005).
b.      Fungsi Endokrin
Ginjal berperan dalam mengeluarkan dan mensintesis banyak hormon penting yang berperan dalam proses mempertahankan homeostatis, seperti keseimbangan cairan dan elektrolit, asam basa, tekanan osmosa, dan pH (Kenward dan Tan, 2003; Parazella, 2003; Dipiro, 2005)
c.       Fungsi Metabolisme
Ginjal berperan dalam berbagai aktivitas metabolisme termasuk proses aktivasi vitamin D3, glukoneogenesis dan senyawa endogen (seperti : insulin dan steroid) (Dipiro, 2005). Sehingga, ginjal dapat terlibat dalam pengaturan tekanan darah, metabolisme kalsium, dan tulang serta eritopoetin (Kenward and Tan, 2003; Dipiro, 2005).
Pemeriksaan Penunjang pada Penyakit Ginjal
1.      Urinalisis
Urinalisis merupakan analisis terhadap bahan kimia dan komposisi fisik urin. Biasanya digunakan untuk mendiagnosa penyakit ginjal, atau infeksi saluran kemih, dan untuk mendeteksi penyakit metabolik yang berhubungan dengan ginjal (Dipiro, 2005; Setiyohadi, dkk., 2007).
a.       Berat Jenis Spesifik (Specific gravity)
Berat jenis normal adalah 1,001-1,030 dan manunjukkan kemampuan pemekatan yang baik, hal ini dipengaruhi oleh status hidrasi pasien. Berat jenis meningkat pada pasien diabetes, proteinurea > 2g/24 jam. Nilai berat jenis menurun dengan meningkatnya umur dan preginjal azotemia (Dipiro, 2005).
b.      pH
pH normal urin 4,5-7,8. Untuk pasien dengan asidosis tubulus ginjal pH urin menjadi > 5,5. Hal ini disebabkan karena adanya gangguan sekresi ion hidrogen pada tubulus distal (Dipiro, 2005; Setiyohadi,dkk., 2007).
c.       Hemoglobin
Dalam kondisi normal tidak dijumpai dalam urin. Bila positif harus dicurigai adanya hemolisis atau mioglobinuria (Dipiro, 2005; Setiyohadi, dkk., 2007).
d.      Glukosa
Pada ginjal normal akan melakukan penyerapan kembali seluruh glukosa yang disaring diglomerulus. Korelasi antara glukosa urin dengan glukosa serum berfungsi dalam memonitor dan penyesuaian terapi antidiabetik (Dipiro, 2005; Setiyohadi, dkk., 2007).
e.       Keton
Asetoasetat dan aseton dikeluarkan oleh pasien diabetes ketoasidosis. Kadang ada juga diproduksi pada kondisi perut kosong. Tes ini didasarkan pada reaksi keton dengan nitroprusid (Dipiro, 2005; Setiyohadi, dkk., 2007).
f.       Nitrit
Nitrit dibentuk dari konversi nitrat oleh bakteri pada saluran kemih melalui enzim reduktase nitrat. Enzim ini banyak pada bakteri gram negatif dan tidak ada pada bakteri jenis Pseudomonas, Staphylococcus albus dan Enterococcus. Adanya nitrit menunjukkan adanya infeksi saluran kemih (Dipiro, 2005; Setiyohadi, dkk., 2007).
g.      Leukosit
Jumlah leukosit yang tinggi menunjukkan adanya infeksi saluran kemih (Dipiro, 2005; Setiyohadi, dkk., 2007).
h.      Protein
Proteinurea sudah dianggap sebagai penanda utama dari penyakit ginjal. Evaluasi proteinurea digunakan untuk menentukan tingkat keparahan penyakit gagal ginjal kronik serta memonitor kemajuan penyakit. Dalam kondisi normal protein tidak akan dikeluarkan melalui urine, protein di pertahankan diglomerulus.
Protein urin dihitung dari urin yang dikumpulkan selama 24 jam. Metoda yang digunakan yaitu metoda dipstick: nilai negatif (< 10 mg/dL, +1 (30 mg/dL), +2 (100 mg/dL), +3 (300 mg/dL), dan +4 (> 1.000 mg/dL). Dikatakan proteinurea bila lebih dari 300 mg/hari. Hasil positif palsu dapat terjadi pada pemakaian obat berikut : Penisilin dosis tinggi, klorpromazid, talbutamid, dan golongan sulfa (Alan, 2013; Dipiro, 2005; Setiyohadi, dkk, 2007).

2.      Analisis mikroskopik urin (Dipiro, 2005; Setiyohadi, dkk, 2007)
Pemeriksaan mikroskopik urin dilakukan untuk melengkapi pemeriksaan urin secara kimiawi. Urin yang digunakan untuk proses pemeriksaan adalah urin pertama atau kedua pagi hari, dan untuk mencegah kerusakan sel harus segera dilakukan pemeriksaan.
a.       Sel
Sel pada sedimen urin dapat berasal dari sirkulasi (eritrosit dan leukosit), dan dari traktus urinarius (sel tubulus dan epitel).
·         Eritrosit dalam urin ada 2 macam yaitu isomorfik berasal dari traktus urinarius dan dismorfik berasal dari glomerulus. Bila eritrosit dominan dismorfik (> 80%) dari total eritrosit disebut hematuria glomerulus. Dalam kondisi normal eritrosit dapat dijumpai < 12.000 eritrosit/cc.
·         Leukosit, adanya leukosit menandakan adanya inflamasi atau infeksi.
·         Sel tubulus ginjal, walaupun jarang dilakukan pada pemeriksaan urinalisis rutin, namun sel ini sering terlihat jelas pada Nekrosis Tubular Akut (NTA), glomerulonefritis atau pielonefritis.
b.      Kristal
Macam-macam kristal yang dapat ditemukan dalam urin yaitu kristal asam urat, kristal kalsium oksalat, kristal kalsium fosfat, kristal tripel fosfat, dan kristal sistin.
c.       Organisme
Bakteri juga dapat ditemukan dalam urin, karena kontaminasi atau pemeriksaan yang ditunda-tunda. Bakteri positif belum tentu infeksi karena belum tentu patogen, dan akan dicurigai adanya infeksi jika ditemukan bersama leukosit penuh.

3.      Blood Urea Nitrogen (BUN)
Urea adalah produk akhir metabolisme protein yang mengandung nitrogen. Pada penurunan fungsi ginjal, kadar urea darah meningkat. BUN dapat dipengaruhi keadaan-keadaan yang tidak berkaitan dengan ginjal, misalnya peningkatan atau penurunan asupan protein dalam makanan atau setiap peningkatan penguraian protein yang tidak lazim seperti cedera otot. Maka BUN merupakan suatu indikator yang kurang tepat. Urea merupakan produk nitrogen terbesar yang dikeluarkan melalui ginjal. Nilai normal konsentrasi ureum plasma ≤ 80 mg/dl. Konsentrasi urea plasma kurang tepat bila digunakan untuk menentukan Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) karena kosentrasi urea dipengaruhi oleh diet dan reabsorbsi tubulus (Dipiro, 2005).
 4.      Kreatinin Serum
Kreatinin serum merupakan produk sampingan dari metabolisme otot rangka normal. Kadarnya dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu diet, saat pengukuran, usia penderita, jenis kelamin, berat badan, latihan fisik, keadaan pasien, dan obat (Kenward dan Tan, 2003).  Kreatinin berperan sebagai penanda standar dalam penentuan penyakit ginjal. Kreatinin serum akan meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Kreatinin clearence telah dijadikan tetapan dalam menentukan fungsi ekskresi ginjal serta dapat digunakan untuk menentukan kecepatan aliran darah ke ginjal sebagai fungsi dasar dari ginjal. : filtrasi glomerulus, reabsorbsi tubular dan sekresi tubular ( Dipiro, 2005).
                                    Pada orang sehat kreatinin disekresikan dalam jumlah kecil (sekitar 10%), sekresinya dipertahankan dibawah nilai Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) (Alan, 2013). LFG merupakan penentuan dari indeks fungsi ginjal, yang diukur secara tidak langsung dengan nilai kreatinin clearance (Perazella, 2005; Belaiche, 2012). Nilai LFG sangat penting sebagai awal diagnosa dan monitoring pasien gagal ginjal kronik, sehingga dapat diketahui gangguan patologi yang terjadi pada ginjal (Dowling, 2008)
Cara yang paling umum digunakan dalam mengukur laju filtrasi glomerulus adalah dengan mengukur kreatinin clearence (Bauer, 2006).

Pengumpulan dengan cara ini mengalami cukup banyak kesulitan, antara lain:
1.      Pengumpulan urine yang sulit dan tidak lengkap
2.      Pengukuran serum creatinine yang waktunya tidak tepat
3.      Waktu pengumpulan urine yang salah
Sehingga dihasilkan nilai keratinin clearence yang tidak sebenarnya. (Bauer, 2006)
Metoda lain untuk penentuan nilai kreatinin clearence yaitu (Alan, 2013; Dowling, et al, 2010; Mueller and Smoyer, 2009)
a.       Persamaan Cockrof and Gault digunakan untuk pasien dengan usia lebih dari 18 tahun, pasien yang memiliki kelebihan berat badan yang tidak lebih dari 30% dari berat badan idealnya dan pasien yang memiliki konsentrasi creatinine serum yang stabil.

b.      Persamaan Jellife digunakan untuk pasien yang tinggi dan berat badannya tidak menjadi masalah dan memiliki konsentrasi kreatinin serum yang tidak stabil.


c.       Rumus Salazar dan Corcoran digunakan untuk pasien yang memiliki kelebihan berat badan lebih dari 30% berat badan ideal.

d.      Persamaan Schwartz digunakan untuk pasien anak-anak dan remaja

5.      Volume Urine (Alan, 2013)
            Klasifikasi urine output pasien gagal ginjal:
a)      Anuric : lebih rendah dari 50 mL/24 jam, outcome yang di hasilkan buruk.
b)      Oliguric : 50-500 mL/24 jam
c)      Non oliguric : labih dari 500 mL/24 jam outcome yang di hasilkan baik karena permasalahan menjadi lebih kecil pada kelebihan cairan.
 6.      Cystatin C
Cystatin C adalah protein yang disekresikan oleh banyak sel (inhibitor cystein protease) yang bebas pada filtrasi glomerulus dan tidak dieksresi oleh tubuli ginjal. Zat ini tidak dipengaruhi oleh makanan, usia, masa otot serta luas permukaan tubuh, sehingga dapat digunakan sebagai alternatif baru sebagai penanda uji fungsi ginjal (Alan, 2013; Dipiro, 2005; Woitas, et al; 2000).
 7.      Bersihan Inulin
Inulin merupakan suatu polisakarida dengan berat molekul yang relatif besar (5200 dalton) dan bisa di gunakan sebagai penanda untuk penentuan Laju Filtrasi Glomerulus (LFG). Inulin tidak terikat dengan protein plasma, secara bebas di filtrasi di glomerulus tanpa di reabsorbsi ataupun di eksresikan pada tubuli. Pengukuran konsentrasi inulin plasma dan urin menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) (Dipiro, 2005).

Tidak ada komentar:

Google Ads