Google ads

Kamis, 04 Februari 2016

Prednison




Efek utama prednison sebagai glukokortikoid. Glukokortikoid alami (hidrokortison dan kortisol), umumnya digunakan dalam terapi pengganti (replacement therapy) dalam kondisi defisiensi adrenokortikal. Sedangkan analog sintetiknya (prednison) terutama digunakan karena efek imunosupresan dan antiinflamasi yang kuat. Glukokortikoid menyebabkan berbagai efek metabolik (Sweetman, 2009).
Glukokortikoid bekerja melalui interaksinya dengan protein reseptor spesifik yang terdapat di dalam sitoplasma sel-sel jaringan atau organ sasaran, membentuk kompleks hormon-reseptor. Kompleks hormon-reseptor ini kemudian akan memasuki nukleus dan menstimulasi ekspresi gen-gen tertentu yang selanjutnya memodulasi sintesis protein tertentu. Protein inilah yang akan mengubah fungsi seluler organ sasaran, sehingga diperoleh, misalnya efek glukoneogenesis, meningkatnya asam lemak, redistribusi lipid, meningkatnya reabsorpsi natrium, meningkatnya reaktivitas pembuluh terhadap zat vasoaktif, dan efek antiinflamasi (Sweetman, 2009).
Prednison yang diberikan lebih dari 7 hari, dapat terjadi penekanan fungsi adrenal, artinya tubuh tidak dapat mensintesis kortikosteroid alami dan menjadi tergantung pada prednison yang diperoleh dari luar. Oleh sebab itu jika sudah diberikan lebih dari 7 hari, penghentian terapi prednison tidak boleh dilakukan secara tiba-tiba, tetapi harus bertahap dan perlahan-lahan (tapering off). Pengurangan dosis bertahap ini dapat dilakukan selama beberapa hari, jika pemberian terapinya hanya beberapa hari, tetapi dapat memerlukan berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan jika terapi yang sudah diberikan merupakan terapi jangka panjang.
Penghentian terapi secara tiba-tiba dapat menyebabkan krisis adrenal yang dapat membawa kematian. Untuk pasien yang mendapat terapi kronis, dosis berseling hari kemungkinan dapat mempertahankan fungsi kelenjar adrenal, sehingga dapat mengurangi efek samping ini (Sweetman, 2009). Pada saat pemberian prednisone jangka panjang, glandula adrenal mengalami atrofi dan berhenti memproduksi kortikosteroid tubuh alami. Karena itu penggunaan prednison harus dihentikan secara bertahap sehingga glandula adrenal mempunyai waktu untuk pulih kembali dan melanjutkan produksi kortisol (Suherman, 2008).
Glukokortikoid (prednisolon) digunakan untuk menekan inflamasi, alergi dan respon imun. Pada inflamasi pelepasan sitokin dihambat. Glukokortikoid juga memiliki peran yang besar terhadap pengaturan efek metabolik seperti mengatur kadar glukosa darah, protein, penyerapan dan eksresi kalsium. Glukokortikoid juga memiliki peranan terhadap fungsi sistem kardiovaskuler, ginjal, otot skelet dan CNS (Sweetman, 2009). Terapi antiinflamasi digunakan pada banyak penyakit (misalnya, arthritis reumatoid, kolitis ulseratif, asma bronkhial, kondisi inflamasi berat pada mata dan kulit). Supresi sistem imun bermanfaat dalam dalam mencegah penolakan setelah transplantasi jaringan. Steroid juga digunakan untuk menekan limfopoiesis pada pasien dengan leukimia dan limfoma tertentu (Neal, 2006).
Secara internasional tiap tablet, untuk pemberian per oral, mengandung 5 mg, 10 mg, atau 20 mg untuk USP (anhydrous) prednison. Pemberian loading dose tablet prednisone berkisar antara 5 mg sampai 60 mg per hari, tergantung pada keadaan spesifik yang sedang diterapi (dengan prinsip trial and error). Dosis rendah digunakan untuk menangani keadaan yang kurang berbahaya sedangkan pada pasien tertentu mungkin dibutuhkan loading dose yang tinggi. Loading dose dipertahankan atau disesuaikan sampai respons yang memuaskan, setelah itu pengaturan dosis yang tepat dilakukan dengan pengurangan loading dose obat secara perlahan sampai mencapai dosis yang paling rendah tetapi tetap memberikan respons klinis yang cukup. Jika setelah terapi jangka panjang obat hendak dihentikan, direkomendasikan penghentian dilakukan secara bertahap (Neal, 2006).
Dosis prednison pada pediatrik berdasarkan Handbook of Clinical Drug Data, adalah PO untuk asma akut: 1–2 mg/kgBB/hari maksimum 60 mg/hari terbagi dalam 1-2 dosis selama 3-10 hari, untuk pasien dalam keadaan perawatan di rumah sakit yang membutuhkan sediaan parenteral dan dosis yang lebih besar dapat digunakan preparat methylprednisolon 1 mg/kgBB tiap 6 jam selama 48 jam (dua hari), kemudian dilanjutkan dengan dosis 1-2 mg/kgBB/hari maksimum 60 mg/hari terbagi dalam dua dosis. PO untuk inflamasi dan immunosupressan 0,5-2 mg/kgBB/hari terbagi dalam 1-4 dosis (Anderson, et al, 2002).
Prednison diabsorbsi dari traktus gastrointestinalis sebesar 50%-90%. Efek puncak sistemik didapat setelah 1-2 jam konsumsi obat. Obat yang bersirkulasi terikat erat pada protein plasma albumin dan transcortin, dan hanya bagian tidak terikat dari dosis aktif. Sistemik prednison didistribusi secara cepat menuju ginjal, usus, kulit, liver, dan otot. Kortikosteroid terdistribusi pada air susu ibu dan mampu melintasi plasenta. Prednison dimetabolisme secara aktif di liver menjadi prednisolon oleh hidrogenisasi grup keton pada posisi 11 di hati, kemudian prednisolon dimetabolisme lagi lebih lanjut menjadi metabolit biologis inaktif (seperti glukonoride dan sulfat) (Rang, 2007).
Bioavailibilitas prednison 80 ± 11%, prednison ± 75% terikat pada protein plasma dan prednisolon ± 90-95% terikat pada protein plasma, tergantung pada konsentrasi serum. Vd prednisolon adalah 1.5 ± 0.2 L/kgBB; 3 ± 2% dari dosis prednison diekskresi tidak berubah pada urin, dengan 15 ± 5% sebagai prednisolon. Prednison mempunyai t ½ biologis sekitar 18-36 jam dan t ½ eliminasi plasmanya prednison adalah 3,6 jam, sedangkan t ½ prednisolon 2,2 - 4 jam (Anderson, et al, 2002).

Tidak ada komentar:

Google Ads