Efek utama prednison sebagai glukokortikoid. Glukokortikoid alami
(hidrokortison dan kortisol), umumnya digunakan dalam terapi pengganti (replacement therapy) dalam kondisi
defisiensi adrenokortikal. Sedangkan analog sintetiknya (prednison) terutama
digunakan karena efek imunosupresan dan antiinflamasi yang kuat. Glukokortikoid
menyebabkan berbagai efek metabolik (Sweetman,
2009).
Glukokortikoid bekerja melalui interaksinya dengan protein reseptor
spesifik yang terdapat di dalam sitoplasma sel-sel jaringan atau organ sasaran,
membentuk kompleks hormon-reseptor. Kompleks hormon-reseptor ini kemudian akan
memasuki nukleus dan menstimulasi ekspresi gen-gen tertentu yang selanjutnya
memodulasi sintesis protein tertentu. Protein inilah yang akan mengubah fungsi
seluler organ sasaran, sehingga diperoleh, misalnya efek glukoneogenesis,
meningkatnya asam lemak, redistribusi lipid, meningkatnya reabsorpsi natrium,
meningkatnya reaktivitas pembuluh terhadap zat vasoaktif, dan efek
antiinflamasi (Sweetman, 2009).
Prednison yang diberikan lebih dari 7 hari, dapat terjadi penekanan
fungsi adrenal, artinya tubuh tidak dapat mensintesis kortikosteroid alami dan
menjadi tergantung pada prednison yang diperoleh dari luar. Oleh sebab itu jika
sudah diberikan lebih dari 7 hari, penghentian terapi prednison tidak boleh
dilakukan secara tiba-tiba, tetapi harus bertahap dan perlahan-lahan (tapering off). Pengurangan dosis
bertahap ini dapat dilakukan selama beberapa hari, jika pemberian terapinya
hanya beberapa hari, tetapi dapat memerlukan berminggu-minggu atau bahkan
berbulan-bulan jika terapi yang sudah diberikan merupakan terapi jangka
panjang.
Penghentian terapi secara tiba-tiba dapat menyebabkan krisis adrenal yang
dapat membawa kematian. Untuk pasien yang mendapat terapi kronis, dosis
berseling hari kemungkinan dapat mempertahankan fungsi kelenjar adrenal,
sehingga dapat mengurangi efek samping ini (Sweetman, 2009). Pada saat pemberian prednisone jangka panjang,
glandula adrenal mengalami atrofi dan berhenti memproduksi kortikosteroid tubuh
alami. Karena itu penggunaan prednison harus dihentikan secara bertahap
sehingga glandula adrenal mempunyai waktu untuk pulih kembali dan melanjutkan
produksi kortisol (Suherman, 2008).
Glukokortikoid (prednisolon) digunakan untuk menekan inflamasi, alergi
dan respon imun. Pada inflamasi pelepasan sitokin dihambat. Glukokortikoid juga
memiliki peran yang besar terhadap pengaturan efek metabolik seperti mengatur
kadar glukosa darah, protein, penyerapan dan eksresi kalsium. Glukokortikoid
juga memiliki peranan terhadap fungsi sistem kardiovaskuler, ginjal, otot
skelet dan CNS (Sweetman, 2009).
Terapi antiinflamasi digunakan pada banyak penyakit (misalnya, arthritis
reumatoid, kolitis ulseratif, asma bronkhial, kondisi inflamasi berat pada mata
dan kulit). Supresi sistem imun bermanfaat dalam dalam mencegah penolakan
setelah transplantasi jaringan.
Steroid juga digunakan untuk menekan limfopoiesis pada pasien dengan leukimia
dan limfoma tertentu (Neal, 2006).
Secara internasional tiap tablet, untuk pemberian per oral, mengandung 5
mg, 10 mg, atau 20 mg untuk USP (anhydrous) prednison. Pemberian loading
dose tablet prednisone berkisar antara 5 mg sampai 60 mg per hari,
tergantung pada keadaan spesifik yang sedang diterapi
(dengan prinsip trial and error). Dosis rendah digunakan untuk menangani keadaan yang kurang berbahaya sedangkan pada pasien tertentu mungkin dibutuhkan loading dose yang tinggi. Loading dose dipertahankan
atau disesuaikan sampai respons yang
memuaskan, setelah itu pengaturan dosis yang
tepat dilakukan dengan pengurangan loading
dose obat secara perlahan sampai mencapai
dosis yang paling rendah tetapi tetap memberikan respons klinis yang cukup. Jika setelah terapi jangka panjang obat hendak dihentikan, direkomendasikan penghentian dilakukan secara bertahap (Neal, 2006).
Dosis prednison pada
pediatrik berdasarkan Handbook of Clinical Drug Data, adalah PO untuk asma
akut: 1–2 mg/kgBB/hari maksimum 60 mg/hari terbagi dalam 1-2 dosis
selama 3-10 hari, untuk pasien dalam keadaan perawatan di rumah sakit yang
membutuhkan sediaan parenteral dan dosis yang lebih besar dapat digunakan
preparat methylprednisolon 1 mg/kgBB tiap 6 jam selama 48 jam (dua hari),
kemudian dilanjutkan dengan dosis 1-2 mg/kgBB/hari maksimum 60 mg/hari terbagi
dalam dua dosis. PO untuk inflamasi dan immunosupressan 0,5-2 mg/kgBB/hari
terbagi dalam 1-4 dosis (Anderson, et al,
2002).
Prednison diabsorbsi dari traktus gastrointestinalis sebesar 50%-90%.
Efek puncak sistemik didapat setelah 1-2 jam konsumsi obat. Obat yang
bersirkulasi terikat erat pada protein plasma albumin dan transcortin, dan
hanya bagian tidak terikat dari dosis aktif. Sistemik prednison didistribusi
secara cepat menuju ginjal, usus, kulit, liver, dan otot. Kortikosteroid
terdistribusi pada air susu ibu dan mampu melintasi plasenta. Prednison
dimetabolisme secara aktif di liver menjadi prednisolon oleh hidrogenisasi grup
keton pada posisi 11 di hati, kemudian prednisolon dimetabolisme lagi lebih
lanjut menjadi metabolit biologis inaktif (seperti glukonoride dan sulfat)
(Rang, 2007).
Bioavailibilitas prednison 80 ± 11%, prednison ± 75% terikat pada protein
plasma dan prednisolon ± 90-95% terikat pada protein plasma, tergantung pada
konsentrasi serum. Vd prednisolon adalah 1.5 ± 0.2 L/kgBB; 3 ± 2%
dari dosis prednison diekskresi tidak berubah pada urin, dengan 15 ± 5% sebagai
prednisolon. Prednison mempunyai t ½ biologis sekitar 18-36 jam dan t ½
eliminasi plasmanya prednison adalah 3,6 jam, sedangkan t ½ prednisolon 2,2 - 4
jam (Anderson, et al, 2002).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar