Google ads

Rabu, 06 Januari 2016

INTERAKSI OBAT – OBAT DECONGESTIVUM




            Dekongestan merupakan obat yang digunakan untuk melegakan atau membuka saluran pernafasan yang tersumabat,seperti hidung, bronkus yang disebabkan oleh flu, pilek atau alergi  dengan jalan mengurangi pengembangan mukosa ( congestio ).   
Mekanisme kerja obat:
            Obat dekongestan merupakan obat golongan simpatomimetik atau adrenergik. Mekanisme kerja dari obat ini adalah dengan membebaskan neurotransmiter  dan menghambat pengambilan kembali re uptake  noreadrenalin. Noreadrenalin bekerja pada reseptor alfa dan reseptor beta. Stimulasi pada reseptor tersebut akan memberikan efek sebagai berikut :
*       Alfa – 1
      Menimbulakn vasokonstriksi dari otot polos dan menstimulasi sel – sel     kelenjar dengan bertambahnya antara lain sekresi liur dan keringat
*       Alfa – 2
Menghambat pelepasan noreadrenalin pada syaraf adrenergik dengan turunnya tekanan darah
*       Beta – 1
Memperkuat daya dan frekuensi kontraksi jantung
*       Beta – 2
      Bronkodilatasi dan stimulasi metabolisme glikogen dan lemak
            Alfa agonis banyak digunakan sebagai dekongestan pada penderita rhinitis allergic, dan pada penderita infeksi saluran pernafasan atas dengan rhinitis akut.
            Obat – obat dekongestan menyebabkan venokonstriksi dalam mukosa hidung melalui reseptor alfa – 1, sehingga mengurangi volume mukosa dan dengan demikian mengurangi penyumbatan hidung
            Pengobatan menggunakan alfa agonis dapat diberikan peroral atau topical. Dekongestan topical terutama berguna untuk rhinitis akut, karena tempat kerjanya yang selektif.
            Dekongetan topical tertama berguna untuk rhinitis akut karena tempat kerjanya yang selektif, tetapi obat – obat ini cenderung untuk digunakan secara berlebihan oleh penderita, sehingga menimbulkan penyumbatan yang berlebihan ( rebound congestion ). Dekongestan oral jauh lebih kecil kemungkinannya untuk menimbulkan rebound congestion tetapi lebih besar risikonya menimbulkan efek samping sistemik




Obat - obat dekongestan
*       Ephedrine
Merupakan alkaloid dari tumbuhan Ephedra vulgaris.  Mempunyai daya kerja terhadap SSP relative lebih kuat dari pada atas jantung dan bertahan lebih lama. Penggunaan utama efedrin adalah sebagai dekongestif dan pada asma, karena mempunyai efek bronkodilatasi yang kuat serta sebagai midriatikum

*       Pseudoephedrine
Adalah isomer dekstro dengan khasiat yang sama. Mempunyai daya bronkodilatasi yang lemah tetapi efek sampingnya terhadap SSP dan jantung juga lebih ringan

*       Phenylephrine
Merupakan derivate adrenalin dengan kerja alfa adrenergic yang lebih lemah dari adrenalin, tetapi dapat bertahan lama. Memunyai daya vasokonstriksi perifer dengan meningkatkan tensi, maka digunakan pada keadaan hipotensi. Selain itu digunakan juga sebagai dekongestvum dan midriatikum

*       Phenylpropanolamine
Mempunyai kerja lebih panjang, efek sentral dan efek jantung lebih ringan. Berdasarkan hasil penelitian bahwa ada korelasi antara fenilpropanolamin dengan risiko terjadinya stroke, maka pada bulan april 2001 peredaran produk yang mengandug bahan aktif ini diatas      15 mg per takaran telah ditarik dari peredaran

*       Oxymethazoline ( topical )
Merupakan derivate imidazolin yang bekerja langsung pada reseptor alfa tanpa efek atas reseptor beta. Setelah diteteskan ke hidung dalam waktu 5 – 10 menit akan terjadi vasokonstriksi mukosa sehingga mampatnya menjadi hilang

Efek samping
            Pada dosis biasa simpatomimetik menimbulkan efek samping terhadap jantung, yaitu tachycardia dan jantung berdebar, nyeri kepala, gelisah, isomnia dan sebagainya. Oleh karenanya penggunaan obat golongan ini perlu berhati – hati pada penderita yang mengidap infark jantung, hiperetensi dan hipertirosis

Interaksi
Ephedrine, Pseudoephedrine, Phenylephrine, phenylprofanolamin
*             Inhibitor Monoaminoksidase ( IMAO ) : fenelzin, tranylcypromin
         Efek : dapat menyebabkan krisis hipertensi, karena IMAO menyebabkan kontriksi pembuluh darah serta penyimpanan dan pelepasan norefinefrin


*             Beta adrenergic blocker dan antihipertensi lainnya
         Efek : Menurunkan efek obat anti hipertensi ( antagonis farmakologi )

*             Antidepresan
         Efek : menyebabkan hipertensi, takikardia, aritmia, isomnia karena adanya inhibisi pengambilan norefinefrin oleh neuron

*             Kortikosteroid
         Efek : menyebabkan hipokalemia oleh prednison, fenoterol atau albuteroll karena bersifat aditif

*             Digoxine
         Efek : Meningkatkan tendensi aritmia jantung karena bersifat aditif

*             Sibutramin (anoreksansia )
         Efek : Meningkatkan reaksi hipertensi karena bersifat additive

*             Thiazid
         Efek : dapat menyebabkan hipokalemia  (intracellular uptake          of potassium)

*             Halothane
         Efek : mengakibatkan aritmia yang berat karena bersifat additive

*             Bretylium ( K – channel blocker )
         Efek : Memungkinkan terjadinya hipertensi sebagai akibat dari inhibisi pengambilan norefinefrin oleh neuron

*             Antidiabetik ( oral / insulin )
         Efek : dapat menurunkan efek obat diabetes, karena adanya peningkatan mobilisasi glukosa dan asam lemak sehingga kadar glukosa dalam darah tetap tinggi

P U S T A K A

*       Stockley, H. Ivan, Drug Interactions, third edition, blackwell science, Oxford, 1994
*       Harkness, Richard, Interaksi Obat, Penerbit ITB, Bandung,1989
*       Ganiswarna, Sulistya, Farmakologi dan Terapi, Bagian Farmakologo FK- UI, Jakarta, 1995
*       Tjay, Tan, Hoan, Obat – Obat Penting, Edisi kelima, Elex Media Kompuntindo, Jakarta, 2001

Tidak ada komentar:

Google Ads