Dekongestan merupakan obat yang
digunakan untuk melegakan atau membuka saluran pernafasan yang tersumabat,seperti
hidung, bronkus yang disebabkan oleh flu, pilek atau alergi dengan jalan mengurangi pengembangan mukosa ( congestio ).
Mekanisme kerja obat:
Obat dekongestan merupakan obat golongan simpatomimetik atau
adrenergik. Mekanisme kerja dari obat ini adalah dengan membebaskan
neurotransmiter dan menghambat
pengambilan kembali re uptake noreadrenalin. Noreadrenalin bekerja pada
reseptor alfa dan reseptor beta. Stimulasi pada reseptor tersebut akan
memberikan efek sebagai berikut :
Alfa – 1
Menimbulakn
vasokonstriksi dari otot polos dan menstimulasi sel – sel kelenjar dengan bertambahnya antara lain
sekresi liur dan keringat
Alfa – 2
Menghambat pelepasan noreadrenalin pada syaraf adrenergik dengan turunnya
tekanan darah
Beta – 1
Memperkuat daya dan frekuensi kontraksi jantung
Beta – 2
Bronkodilatasi dan stimulasi metabolisme glikogen dan
lemak
Alfa
agonis banyak digunakan sebagai dekongestan pada penderita rhinitis allergic,
dan pada penderita infeksi saluran pernafasan atas dengan rhinitis akut.
Obat – obat dekongestan menyebabkan venokonstriksi dalam
mukosa hidung melalui reseptor alfa – 1, sehingga mengurangi volume mukosa dan
dengan demikian mengurangi penyumbatan hidung
Pengobatan
menggunakan alfa agonis dapat diberikan peroral atau topical. Dekongestan
topical terutama berguna untuk rhinitis akut, karena tempat kerjanya yang
selektif.
Dekongetan topical tertama berguna
untuk rhinitis akut karena tempat kerjanya yang selektif, tetapi obat – obat
ini cenderung untuk digunakan secara berlebihan oleh penderita, sehingga
menimbulkan penyumbatan yang berlebihan ( rebound
congestion ). Dekongestan oral jauh lebih kecil kemungkinannya untuk
menimbulkan rebound congestion tetapi
lebih besar risikonya menimbulkan efek samping sistemik
Obat - obat
dekongestan
Ephedrine
Merupakan alkaloid dari tumbuhan Ephedra vulgaris. Mempunyai
daya kerja terhadap SSP relative lebih kuat dari pada atas jantung dan bertahan
lebih lama. Penggunaan utama efedrin adalah sebagai dekongestif dan pada asma,
karena mempunyai efek bronkodilatasi yang kuat serta sebagai midriatikum
Pseudoephedrine
Adalah isomer dekstro dengan khasiat yang sama.
Mempunyai daya bronkodilatasi yang lemah tetapi efek sampingnya terhadap SSP
dan jantung juga lebih ringan
Phenylephrine
Merupakan derivate adrenalin dengan kerja alfa
adrenergic yang lebih lemah dari adrenalin, tetapi dapat bertahan lama.
Memunyai daya vasokonstriksi perifer dengan meningkatkan tensi, maka digunakan
pada keadaan hipotensi. Selain itu digunakan juga sebagai dekongestvum dan
midriatikum
Phenylpropanolamine
Mempunyai kerja lebih panjang, efek sentral dan
efek jantung lebih ringan. Berdasarkan hasil penelitian bahwa ada korelasi
antara fenilpropanolamin dengan risiko terjadinya stroke, maka pada bulan april
2001 peredaran produk yang mengandug bahan aktif ini diatas 15 mg per takaran telah ditarik dari
peredaran
Oxymethazoline (
topical )
Merupakan derivate imidazolin yang bekerja
langsung pada reseptor alfa tanpa efek atas reseptor beta. Setelah diteteskan
ke hidung dalam waktu 5 – 10 menit akan terjadi vasokonstriksi mukosa sehingga
mampatnya menjadi hilang
Efek samping
Pada dosis biasa simpatomimetik
menimbulkan efek samping terhadap jantung, yaitu tachycardia dan jantung
berdebar, nyeri kepala, gelisah, isomnia dan sebagainya. Oleh karenanya
penggunaan obat golongan ini perlu berhati – hati pada penderita yang mengidap
infark jantung, hiperetensi dan hipertirosis
Interaksi
Ephedrine,
Pseudoephedrine, Phenylephrine, phenylprofanolamin
Inhibitor
Monoaminoksidase ( IMAO ) : fenelzin, tranylcypromin
Efek : dapat menyebabkan krisis
hipertensi, karena IMAO menyebabkan kontriksi pembuluh darah serta penyimpanan
dan pelepasan norefinefrin
Beta adrenergic blocker dan antihipertensi lainnya
Efek
: Menurunkan efek obat anti hipertensi ( antagonis farmakologi )
Antidepresan
Efek : menyebabkan hipertensi,
takikardia, aritmia, isomnia karena adanya inhibisi pengambilan norefinefrin
oleh neuron
Kortikosteroid
Efek : menyebabkan hipokalemia oleh
prednison, fenoterol atau albuteroll karena bersifat aditif
Digoxine
Efek : Meningkatkan tendensi aritmia
jantung karena bersifat aditif
Sibutramin (anoreksansia )
Efek : Meningkatkan reaksi hipertensi
karena bersifat additive
Thiazid
Efek : dapat menyebabkan
hipokalemia (intracellular
uptake of potassium)
Halothane
Efek : mengakibatkan aritmia yang berat
karena bersifat additive
Bretylium ( K –
channel blocker )
Efek : Memungkinkan terjadinya
hipertensi sebagai akibat dari inhibisi pengambilan norefinefrin oleh neuron
Antidiabetik ( oral / insulin )
Efek : dapat menurunkan efek
obat diabetes, karena adanya peningkatan mobilisasi glukosa dan asam lemak
sehingga kadar glukosa dalam darah tetap tinggi
P U S T A K A
Stockley, H. Ivan, Drug Interactions, third edition,
blackwell science, Oxford,
1994
Harkness, Richard, Interaksi Obat, Penerbit ITB, Bandung,1989
Ganiswarna, Sulistya,
Farmakologi dan Terapi, Bagian
Farmakologo FK- UI, Jakarta,
1995
Tjay, Tan, Hoan, Obat – Obat Penting, Edisi kelima, Elex
Media Kompuntindo, Jakarta,
2001
Tidak ada komentar:
Posting Komentar