Google ads

Selasa, 05 Januari 2016

INTERAKSI FARMAKOKINETIK ( Distribusi )


          Interaksi farmakokinetika dalam proses distribusi terjadi pada ikatan protein plasma dan ikatan jaringan
Umumnya obat berikatan dengan protein plasma, obat yang bersifat asam akan berikatan pada albumin , sedangkan yang bersifat basa berikatan dengan asam α1 – glikoprotein. Karena jumlah protein plasma terbatas, maka akan terjadi kompetisi antara obat bersifat asam maupun obat yang bersifat basa untuk berikatan dengan protein yang sama. Tergantung kadar obat dan afinitasnya terhadap protein, maka suatu obat dapat digeser dari ikatannya dengan protein oleh obat lain, dan peningkatan obat bebas mengakibatkan peningkatn efek farmakologis.
Interaksi dalam ikatan protein ini meskipun banyak terjadi, tetapi yang menimbulkan masalah dalam klinik hanyalah yang menyangkut obat dengan sifat sebagai berikut :
*            Mempunyai ikatan yang kuat dengan protein ( minimal 85 % ) dan volume distribusi yang kecil sehingga hanya sebagian kecil obat yang dibebaskan akan meningkatkan kadar 2 – 3 kali lipat
*            Mempunyai batas keamanan yang sempit, sehingga peningkatan kadar obat bebas dapat mencapai kadar toksik
*            Efek toksik yang serius
*            Eliminasi mengalami kejenuhan

Selain adanya interaksi dalam ikatan protein, pada tahap proses distribusi ini juga ada interaksi dalam ikatan jaringan. Misalnya kompetisi dalam ikatan jaringan antara digoxin dengan kuinidin dengan akibat terjadi peningkatan kadar plasma digoxin

Beberapa Contoh Obat Yang Mengalami Interaksi Farmakokinetik  Pada Proses Distribusi :

  1. Warfarin X Fenibutazon, oksifenbutazon, salisilat, klofibrat, fenitoin, sulfinfirazon dan asam mefenamat
Interaksi yang terjadi adalah, Fenibutazon, oksifenbutazon, salisilat, klofibrat, fenitoin, sulfinfirazon dan asam mefenamat yang memiliki kekuatan berikatan dengan protein sangat kuat akan menggeser ikatan warfarin dengan protein. Sebagai akibat dari interaksi tersebut efek dan toksisitas warfarin meningkat, dimana efek antikuagulan yang pada akhirnya akan menimbulkan perdarahan

  1. Talbutamid, klorpropamid  (obat I ) X fenilbutazon, oksifenbutazon, salisilat     ( obat II ).
Terjadi penggeseran ikatan obat I dengan protein oleh obat II, sehingga efek dari obat I meningkat sehingga menimbulkan hipoglikemi

  1. Metotreksat X Salisilat, sulfonamide
Salisilat dan sulfonamide menggeser ikatan protein metotreksat, sehingga meningkatkan efek metotreksat yang bisa memberikan pansitopenia.
Hal seperti ini juga terjadi antara :
*                 Fenitoin x fenilbutazon, oksifenilbutazon, salisilat, valproat yang meningkatkan efek toksisitas fenitoin
*                 Kinin X primetamin yang meberikan efek sinkronisme dan depresi sumsum tuklang
*                 Bilirubin X salisilat, sulfanilamide yang memberikan efek kernikterus pada neonatus



  1. Tetrasiklin X Metotreksat
Metotreksat dapat digeser fiksasinya pada albumin plasma oleh tetrasiklin, sehingga intensitsas efek sampinnya meningkat.

Tidak ada komentar:

Google Ads