PENDAHULUAN
Suatu rumah sakit yang baik adalah
rumah sakit yang harus menyediakan pelayanan diagnosa dan pengobatan pasien.
Obat merupakan bagian dari penyembuhan pasien. Penggunaan yang tepat dari
pengobatan di rumah sakit adalah tanggungjawab multidisiplin yang termasuk
didalamnya antara lain dokter, perawat, apoteker, pengelola, bagian pendukung
dan pasien itu sendiri. Suatu komite pengobatan terkadang disebut komite
Farmasi dan Terapetik (F&T) bertanggung jawab terhadap kebijakan secara
tepat, prosedur dan memonitor praktek yang aman dan efektif dalam penggunaan
obat. Bagian farmasi, dibawah pimpinan seorang apoteker yang berkualitas, harus
melakukan kontrol distribusi obat-obat dan penggunaan yang aman. Tantangan ini
mulai dari obat ditulis oleh dokter, administrasi oleh perawat sampai dibawa
keluar dari rumah sakit.
Bagian terdepan yang spesifik dari
rumah sakit adalah permasalah managemen obat, seperti organisasi bagian farmasi
dan sistem alternatif distribusi obat. Beberapa fungsi dari komite F& T
dijelaskan dan lebih ditekankan kepada managemen formularium. Permasalahan yang
terpenting lainnya yang relevan pada pelayanan farmasi rumah sakit . Mencakup
tentang peninjauan penggunaan obat, memonitoring reaksi obat yang merugikan dan
management kesalahan pengobatan.
Farmasi rumah sakit menyediakan
pelayanan pengobatan, farmasi menerangkan setiap aspek sari manajemen
pengobatan dan informasi obat untuk pasien yang dirawat didalam dan diluar rumah sakit, juga untuk
personal pokok rumah sakit yang memberikan perawatan dirumah-rumah mereka misalnya
bidan dan beberapa komunitas perawat. Ada beberapa tipe kesehatan klinik yang
membutuhkan farmasi, salah satunya untuk merawat pasien-pasien dengan segera
seperti klinik gigi, atau menyediakan produk-produk untuk digunakan dirumah
seperti HEAD LICE SHAMPOOS dan
merencanakan beberapa keperluan keluarga. Hal ini sangat penting untuk mengigat
sebuah pendekatan terhadap kebutuhan yang fleksibel dan sebuah perhatian yang
sunguh-sungguh dan perhatian untuk pengguna kebutuhan yang esensial untuk suatu
pelayanan yang berhasil. Ini diambil dari prinsip dalam Medicines Act 1968,
untuk mengontrol keamanan, kualitas dan keberhasilan pengobatan dan
memperpanjang tujuan pengguna sejauh mungkin. Untuk mencapai hal ini harus
diberikan suatu pertimbangan dalam penyimpanan, manajemen stok dan metoda
penggunaan obat dan peresepan sama dengan metoda administrasi. Farmasi dapat
berharap untuk mencapai hal tersebut dengan membuat kesempatan untuk bertemu
pengguna dan dengan membangun sebuah kerjasama yang baik.
1)
Tanggung jawab staf Rumah Sakit
Apoteker di rumah sakit harus
memberikan arahan pada penulisan resep, administrasi dan monitoring sebagai
pengelola yang baik untuk memastikan ketersediaan obat-obat, penyimpanan,
distribusi, kontrol inventarisasi dan penjaminan kualitas. Keseimbangan
diantara kedua peran bervariasi tergantung kepada latar belakang dan pengaturan
pekerjaan. Seorang apoteker boleh mengambil bidang klinik yang diminati
berdasarkan kemampuan ilmu yang dimiliki seperti farmakologi dan kemampuan untuk
menyediakan informasi yang
bisa diterima oleh pengobatan rumah sakit dan staf perawat.
Tanggungjawab terhadap pengamanan
dan prosedur relatif untuk pengobatan dilakukan oleh komite F& T yang
mencakup wakil dari seluruh fungsional yang meliputi: staf pengobatan, perawat,
farmasi, penjaminan kualitas dan administrasi rumah sakit.
1.1 Pembelian dan management stok
Di beberapa bagian rumah sakit semua
pembelian diatur secara terpisah (obat, suplai medis, alat kesehatan) bagian
ini disebut penyimpanan medis atau bagian peralatan. Dalam suatu kasus, kepala
apoteker mempersiapkan permintaan anggaran tahunan untuk pembelian dan
pemesanan tempat untuk bagian penyimpanan obat. Seorang calon komite harus
meninjau dan menyetujui seluruh pembelian. Ini dimungkinkan fungsi dari
pengaturan pembelian oleh komite F&T.
Prosedur untuk memperoleh dan
menginventarisasi management harus ditulis sesuai pedoman yaitu disetujui oleh
administrasi rumah sakit dan komite secara benar, prosedur pembelian harus
mengikuti pedoman yang tersedia. Prosedur persediaan dalam rumah sakit
dipercayakan pada ukuran rumah sakit dan keamanan barang di rumah sakit.
1.2 Penggunaan obat
Proses penggunaan obat dapat dibagi kedalam 4 bagian :
1.
Resep
Dokter harus memberikan tanggung
jawab yang lebih kepada pelayanan pasien, resep atau permintaan obat yang
merupakan bagian dari rencana pengobatan. Mekanisme pemastian resep di rumah
sakit ditentukan oleh staf komite kesehatan termasuk komite P &T. komite
P&T menetapkan protocol atau prosedur yang mengizinkan farmasis atau
perawat untuk resep secara spesifik.
2.
Persiapan dan penyerahan
Bagian farmasi, dibawah arahan dari
seorang apoteker bertanggung jawab terhadap penyiapan dan penyerahan obat.
Kebijakan dan prosedur dari fungsi ini harus disetujui oleh komite P&T.
Kepala farmasi melaporkan kepada bagian administrasi
rumah sakit.
3.
Administrasi pengobatan
Administrasi pengobatan secara umum
merupakan tanggung jawab staf perawat. Kepala perawat mengawasi seluruh fungsi
perawat. Dalam beberapa kasus, dokter boleh
memberikan obat seperti anestesi agent.
4.
Monitoring efek obat terhadap pasien dan penyusunan secara tepat pengubahan
dalam terapi. aktivitas monitoring tanggung jawab utama seorang dokter. Namun,
pengamatan dan pelaporan wajib dari personal administrasi obat (biasanya
perawat) dan anggota pelayan kesehatan yang termasuk kedalam terapi pasien.
Dalam suatu pengaturan, farmasi klinik atau monitor farmakologi terapi obat di
rumah sakit dan konsul dalam terapi obat yang merupakan kewajiban khusus bagi
ahli untuk melindungi keamanan dan efikasi. Sebagai contoh, antibiotik
aminoglikosida, total nutrisi parenteral dan antikoagulan.
2) Organisasi pelayanan
farmasi rumah sakit
Dalam organisasi pelayanan farmasi
rumah sakit terdapat dua
staff untuk diorganisasi dan diperhatikan.
2.1 Personal
Personal farmasi rumah sakit dibagi kedalam tiga
kategori besar :
1.
Manajemen
Managemen mencangkup pimpinan
apoteker dan kadang perwakilan pimpinan apoteker adalah yang bertanggung jawab
dalam pengadaan, distribusi dan kontrol
penggunaan obat dalam institusi dan manajemen personil dari bagian farmasi.
2.
Staf professional
Ahli farmasi yang berkualitas dalam
pengadaan, distribusi dan control obat dan pengawasan pendukung. Pada beberapa
fasilitas, apoteker menyediakan pelayanan konsultasi klinik dan informasi obat.
3.
Staf ahli
Kategori staf ahli juga termasuk
kombinasi teknik pelatihan farmasi, personil pelayanan dan pemesanan.
Rumah sakit yang lebih kecil boleh
hanya mempunyai dua atau tiga anggota ahli dengan pimpinan seorang apoteker
atau hanya apoteker. Rumah sakit secara luas menyediakan distribusi obat secara
ekstensif dan pelayanan klinik yang memiliki lebih dari seratus anggota.
3.
Organisasi Fisik Rumah Sakit
Tingkat
fasilitas farmasi fisik tergantung pada ukuran rumah sakit dan layanan yang
diberikan. Sebuah departemen farmasi besar mungkin memiliki bagian berikut,
dalam satu ruang fisik atau di lokasi yang terpisah di seluruh rumah sakit:
·
Kantor administrasi
·
Penyimpanan
seluruh obat
·
Mesin dan pengemasan ulang
·
Rawat inap
·
Rawat jalan
·
Peracikan intravena
·
Sumber informasi obat
·
Penyimpanan obat emergency
Pelayanan
Rawat Inap ini kadang-kadang dilakukan oleh sub-apotek di seluruh rumah
sakit. Di rumah sakit yang lebih besar, sub-apotek bermanfaat karena mempersingkat waktu untuk pemesanan
obat individu, terutama pada sistem distribusi pengeluarkan obat yang dikemas
untuk pasien individu. Apotek ini juga
meningkatkan kehadiran apoteker di daerah perawatan pasien, memfasilitasi interaksi dengan tenaga medis, tenaga
perawat, dan pasien, dengan demikian pada akhirnya meningkatkan perawatan
pasien.
Sub-apotek mengurangi kebutuhan stok bangsal. Namun, setiap
satelit memerlukan tingkat persediaan minimum tertentu produk obat. Sebuah
sistem dengan beberapa satelit kemungkinan besar memiliki tingkat persediaan
total yang lebih tinggi daripada sistem apotek pusat.
4.
Farmasi Rumah Sakit
dan Komite Terapi
Pada
umumnya, komite yang ditunjuk untuk memastikan penggunaan obat yang aman dan
efektif di rumah sakit adalah komite F & T. Asosiasi kesehatan amerika,
menyatakan bahwa "banyaknya obat
yang tersedia dan kompleksitas penggunaan yang aman dan efektif perlu bagi
rumah sakit yang memiliki organisasi untuk memaksimalkan penggunaan obat yang
rasional. Apoteker dan komite F &T adalah setara.
4.1 Tujuan dan fungsi
Komite F &T memperkenalkan penggunaan pengobatan yang
rasional melalui pengembangan kebijakan
dan prosedur untuk pemilihan obat, pengadaan,
penggunaan melalui pendidikan pasien dan staf.
Di beberapa
rumah sakit, komite F &T menjadi lebih waspada dengan sulitnya memperoleh
pasokan obat yang cukup. Anggota F&T terjebak dalam rutinitas bagaimana
obat untuk dibeli, berapa banyak, dan dari siapa, daripada berfokus pada
perencanaan jangka panjang, kebijakan, dan program untuk meningkatkan
penggunaan obat yang aman dan biaya yang
efektif. Seperti yang telah dibahas di sebagian besar pengaturan, keputusan
pembelian obat dapat ditangani oleh kepala apoteker dengan pengawasan oleh
komite F &T , atau komite lain yang bertanggung jawab atas pengadaan obat.
4.2 Keanggotaan
Sebuah komite F &T yang efektif
mewajibkan para anggota berpartisipasi dalam pertemuan anggota dan
membantu kegiatan komite yang lain.
Keanggotaan harus mencakup perwakilan dari :
· Staf medis
(termasuk perwakilan dari departemen masing-masing);
· Farmasi
(pimpinan apoteker yang sering berfungsi
sebagai sekretaris);
· Keperawatan
· Administrasi
rumah sakit
· Koordinator penjamin kualitas.
Komite F
&T harus memiliki perwakilan yang luas tetapi diatur untuk melakukan
efisiensi bisnis. Komite terkadang mengundang spesialis untuk membuat
presentasi atau memberikan nasihat pada
permasalahan tertentu. contoh, kardiolog menghadiri untuk menasihati anggota mengenai keputusan
formularium pada obat jantung yang baru. komite F&T sering memiliki
sub-komite untuk menangani masalah-masalah tertentu seperti antibiotik,
evaluasi penggunaan obat, atau kesalahan pengobatan.
5.
Manajemen formularium obat di rumah
sakit.
Formularium
Obat di Rumah Sakit merupakan hal terpenting dalam pengelolaan obat di rumah
sakit, dan itu harus menjadi pemikiran utama bagi komite F &T. Masalah yang
berkaitan dengan pemilihan obat untuk formularium diperlakukan secara rinci
sebagai berikut: pedoman umum untuk
pengaturan obat di rumah sakit.
·
Daftar formularium harus dibatasi untuk melestarikan sumber daya
biasanya tidak perlu stok semua obat pada formularium nasional.
·
Menghilangkan duplikasi-generik hanya satu merek atau label
dari setiap produk obat generik yang harus distok secara rutin.
·
Pilih obat
untuk formularium berdasarkan penyakit dan kondisi yang dirawat di fasilitas
tersebut.
·
Tentukan
pilihan formularium obat untuk indikasi
terapeutik umum. Obat pilihan harus dipilih dengan membandingkan keamanan
khasiat, toksisitas, sifat farmakokinetik ,bioekivalensi, pharmaceutical dan kesetaraan terapi. Efektivitas biaya
harus menjadi pertimbangan utama.
Sertakan alternatif lini kedua untuk pilihan obat sesuai
kebutuhan, tetapi meminimalkan duplikasi terapeutik. formularium rumah sakit
Harus sesuai dengan pedoman nasional atau regional pengobatan standar yang
telah secara resmi disetujui oleh sistem kesehatan.
Komite F&T menyediakan pedoman untuk mengganti
formularium obat yang spesifik untuk non formularium, biasanya untuk kondisi
penyakit tertentu. Komite F & T harus mengembangkan kebijakan formal
tertulis yang menetapkan obat (atau kategori obat-obatan) yang cocok untuk
pengganti terapi otomatis.
Program ini biasanya mulai dengan
kategori obat yang relatif tidak kontroversial, seperti antasid dan vitamin.
Argumen utama yang digunakan untuk membenarkan program terapi substitusi. Salah
satunya adalah bahwa program tersebut memastikan bahwa hanya biaya yang paling
efektif yang digunakan untuk memiliki manfaat yang nyata dalam hal
pengendalian.
Fungsi dari Rumah Sakit dan Komite Farmasi dan Terapi
di Kenya :
Seleksi obat dan Perencanaan Persyaratan
Seleksi obat dan Perencanaan Persyaratan
·
Memiliki daftar
formularium rumah sakit.
·
Menerima dan mereview manajemen.
·
Merumuskan
daftar tahunan kebutuhan obat.
·
Memelihara
daftar obat emergency.
·
Mengkoordinasikan
persediaan obat untuk program khusus.
Praktek
resep dan Informasi Obat
·
Kebijakan Standarisasi resep dan
panduan pengobatan
·
Melakukan
studi pemanfaatan obat.
·
Mengawasi
pola kepekaan antimikroba dan pengendalian infeksi.
·
Pedoman membentuk
antibiotik profilaksis.
·
Berkoordinasi
dengan perwakilan perusahaan obat.
Dispensing
dan Praktik administrasi obat
· Monitor
praktik mengeluarkan obat.
· Membentuk panduan substitusi generik dan
terapi
· Memonitor
kesalahan obat dan reaksi obat yang merugikan.
· Mengatur
batas jumlah pengeluaran obat untuk
pasien rawat jalan.
Pada pengaturan dana terbatas,
semakin banyak daftar obat terbatas yang sering distok, semakin besar
kemungkinan ketersediaan obat tersebut. Kenyataan lainnya adalah komite F&T
telah berusaha untuk memilih obat yang menawarkan nilai terapeutik terbaik
untuk kondisi yang mencakup substitusi terapi. Manfaat tambahannya adalah bahwa
staf rumah sakit akan lebih akrab dengan metode penanganan yang tepat, membangun
kembali dan mengelola produk formularium.
Pembatasan penggunaan
yang paling sering dilakukan adalah di rumah sakit yang lebih besar dimana
terdapat dokter spesialis. Pembatasan mungkin berlaku untuk obat formularium individu
tertentu atau untuk kategori obat tertentu : prinsipnya adalah bahwa obat terbatas
hanya dapat diresepkan oleh dokter spesialis tertentu atau hanya dapat
digunakan di bangsal tertentu. Pembatasan-pembatasan tersebut umumnya diterapkan
untuk obat mahal (seperti obat anti-pembekuan) atau obat beracun (seperti chemotherphy
kanker): Namun, dibeberapa rumah sakit yang lebih maju membutuhkan konsultasi spesialis
untuk berbagai kategori obat. Pembatasan ini harus dipertimbangkan dengan
cermat: dengan mengurangi penggunaan obat-obatan yang terlibat (yang mungkin atau
yang tidak diinginkan), meningkatkan kebutuhan spesialis (dan harga potensial
dari pelayanan), dan meningkatkan beban administrasi bagi perawat dan apoteker yang
mengelola .
Metode untuk mempromosikan kepatuhan
terhadap formularium meliputi :
-
Meninjau dan mengambil tindakan pada semua
penggunaan obat nonformularium
-
Melarang penggunaan atau distribusi sampel
produk nonformularium
-
Menetapkan prosedur dan daftar produk
yang disetujui untuk substitusi terapeutik
-
Memberikan akses mudah ke daftar formularium
(salinan pada tiap lokasi pemesanan dan di manual saku)
-
Melibatkan staf medis di semua keputusan
formularium yang akan datang
-
Mengiklankan dan mempromosikan perubahan
formularium
5.1 Review
Pemanfaatan Obat
Review
Penggunaan obat (RPO) adalah alat untuk mengidentifikasi masalah umum, seperti pemilihan
produk yang tidak tepat, dosis yang tidak benar, reaksi obat yang tidak
diinginkan dan kesalahan dalam membuat dan memberikan obat. RPO dapat digunakan
untuk mengimplementasikan rencana perubahan RPO, berlangsung terencana, proses
yang sistematis untuk dimonitor, mengevaluasi dan meningkatkan penggunaan obat dan
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari upaya rumah sakit untuk memastikan
kualitas dan efektivitas biaya. Meningkatkan pelayanan pasien dengan
menggunakan obat yang lebih tepat dan efektif dan penggunaan sumber daya yang
lebih efisien.
6.
Manajemen Obat Rawat Inap
Ø Sistem Distribusi Obat
Distribusi obat telah lama menjadi fungsi
utama dari pelayanan farmasi rumah sakit.
Ada tiga jenis dasar sistem distribusi obat :
Ada tiga jenis dasar sistem distribusi obat :
1.
Perlengkapan bangsal
2.
Sistem pesanan obat individual
3.
Sistem dosis perunit
Ada
variasi masing-masing dari ketiga sistem
diatas dan dapat digunakan dalam fasilitas
yang sama, tergantung pada strategi dikembangkan. Contohnya, fasilitas yang
menggunakan sistem stok bangsal yang lebih bagus, harga obat yang lebih murah (aspirin,
parasetamol dan antasida) yang tidak memerlukan tingkat kontrol yang tinggi untuk
mencegah pencurian atau kesalahan dalam pengobatan. Agar sistem obat Individu atau
unit dosis dapat digunakan membutuhkan tingkat control yang lebih tinggi.
6.1 Stok Bangsal
Dalam
sistem stok bangsal, fungsi farmasi sebagai wadah dan pemberi permintaan tanpa
meninjau kelayakan obat pesanan pasien. Keuntungan utama lebih pendek antara peresepan
dan pengelolaan obat.
Ø Di
bagian gawat darurat dan ruang operasi, obat biasanya diperlukan
segera setelah dokter meresepkan obat. kecuali ada lokasi apotek satelit diruang gawat darurat, tidak mungkin untuk
memberikan obat menurut pesanan pasien. Sayangnya, obat yang dipakai dalam situstion
ini sering mahal, dan kontrolnya selalu merupakan tantangan bagi departemen farmasi.
Ø Dalam
keadaan gawat darurat, obat harus disimpan di tempat perawatan
pasien untuk menghemat waktu.
Ø Volume
yang banyak, harga obat yang murah dapat dikeluarkan
dari persediaan jika ada risiko rendah kesalahan
pengobatan.
6.2 Sistem
Pesanan Obat Perorangan
Sistem pesanan obat perorangan sangat mirip dengan
penyerahan obat ke pasien : terapi yang benar adalah menyerahkan resep yang
tertulis kepada pasien. keuntungannya adalah bahwa apoteker dapat meninjau
kesesuaian terapi, pemeliharaan profil pengobatan pasien, biaya farmasi pasien
yang difasilitasi, dan tersedianya pendekatan kontrol.
6.3 Unit dosis distribusi obat
Sistem yang disukai dari
perspektif perawatan pasien adalah system unit dosis, di mana ada kemungkinan kesalahan
yang terjadi lebih kecil. Obat yang dikeluarkan dalam paket unit dosis (dosis masing-masing
dikemas terpisah) di dalam tempat atau laci terpisah untuk setiap pasien. Umumnya,
suplai ini disediakan 24 jam. Obat yang kembali ke apotek dapat diletakkan kembali
ke gudang tanpa memperhatikan identitas atau kontaminasi. Sistem ini efisien tetapi
membutuhkan pengeluaran modal yang besar diawal untuk pembelian mesin pengemasan
ulang dan lemari obat dengan laci untuk masing-masing pasien. Rumah sakit di beberapa
negara telah menemukan cara-cara inovatif untuk beradaptasi dengan teknologi lokal
untuk membangun perlengkapan dan peralatan mereka sendiri.
6.4 Profil
Pengobatan Pasien
Profil pengobatan Pasien
diperlukan jika apoteker rumah sakit bertanggung jawab untuk memantau terapi obat
untuk rawat inap. Setiap profil berisi informasi mengenai kondisi pasien saat
ini dan terapi obat, alergi, diagnosa, tinggi, berat, usia, dan jenis kelamin. Profil
pengobatan pasien bekerja paling baik dalam hubungannya dengan sistem
distribusi unit dosis, tetapi dapat digunakan dengan sistem pemesanan obat individu.
6.5
Rekaman Perawatan Pengobatan di Kenya
Tujuan.
Tiap pasien rawat inap memiliki lembar perawatan pengobatan di mana semua obat
yang diresepkan dicatat oleh konsultan, petugas medis, atau petugas klinis, dan
semua obat yang disuntikkan direkam oleh staf keperawatan. Selain itu, resep
individual diperlukan untuk obat Dangerous Drugs Act (DDA) (pengobatan
berbahaya) dan obat lain yang spesifik yang ditunjuk oleh rumah sakit dan
komite terapi.
Prosedur
1) Pada
waktu masuk, lembar perawatan pengobatan akan diselesaikan oleh dokter dengan
informasi sebagai berikut :
· Nama lengkap Pasien (semua nama harus
mencakup untuk memastikan identifikasi yang tepat)
· Alergi pengobatan
· No pasien rawat inap
· Bangsal dan nomor tempat tidur
· Umur dan jenis kelamin
2) Pasien
rawat inap harus mudah diakses, lembar perawatan dan lembar observasi disimpan di
kaki atau kepala tempat tidur pasien.
3) Semua
pesanan obat harus ditulis pada lembar perawatan obat oleh penulis resep yang
bertanggung jawab (dokter atau petugas klinis). Perintah itu harus mencakup tanggal
dan waktu perintah itu ditulis : nama obat, kekuatan, dosis, rute pemberian, frekuensi
dan durasi : nama resmi dan tanda tangan dari penulis resep tersebut.
4) Selain
itu, untuk obat DDA dan obat lain yang spesifik ditandai oleh obat rumah sakit dan
komite terapi, peresepan individu memerlukan tulisan untuk obat DDA harus dalam
tinta merah.
5) Bila
obat diberikan kepada pasien, perawat atau dokter administrasi menulis tanggal dan
waktu administrasi dan tanda tangan di tempat yang tersedia pada lembar perawatan
pengobatan.
6) Ketika
pesanan obat tidak bisa diberikan dengan alasan apapun, perawat menulis nama
obat, tanggal dan waktu obat itu harus diberikan, dan alasan kenapa obat tidak dapat
diberikan. Di catatan perawatan pasien.
7) Petugas
keperawatan harus secara teratur meninjau lembaran pengobatan untuk memastikan
lembaran tersebut digunakan dengan baik ditiap bangsal dan merekam semua
informasi yang dibutuhkan.
Sebuah
apotek memungkinkan apoteker untuk meninjau semua obat yang pasien pakai sebelum
mengeluarkan dosis pertama dan dengan setiap order obat baru. masalah dengan terapi
obat, seperti alergi, duplikasi terapi obat, interaksi obat-obat, interaksi obat-penyakit,
tidak pantas terapi jangka panjang, dan dosis yang tidak tepat, dapat dideteksi
dan dihindari atau diperbaiki.
Sistem komputerisasi
farmasi menampilkan profil pengobatan pasien pada layar, dan apoteker mengatur
setiap orde baru pada layar. interaksi obat, rentang dosis, dan fungsi pemantauan
lainnya dapat diprogram ke dalam komputer untuk membantu apoteker.
7. Penyerahan obat untuk pasien rawat jalan
Memberitahu pasien tentang hak-hak mereka untuk
pembebasan matras memerlukan kebijaksanaan atau bahkan hati-hati, karena
apoteker tidak tahu apakah dokter telah memberitahu pasien tentang diagnosis
mereka, penerimaan kas harus dicatat. Hal ini biasanya dicapai dengan memiliki
mesin hitung atau kasir.
Pada kesempatan tertentu, pasien dapat menolak untuk
membayar obat-obatan mereka atau mengklaim bahwa mereka tidak dapat
melakukannya. Dalam kasus tertentu, dimungkinkan untuk bantuan keuangan yang akan
disediakan oleh Departemen Jaminan Sosial. Sebelum menolak pasokan obat untuk
pasien apoteker harus menghubungi dokter. Pada setiap waktu apabila pasien
menolak obat, dari sebab apapun, lembar resep harus didukung, untuk melindungi
apoteker dari tuduhan penolakan untuk pasokan oleh pasien pada kunjungan
berikutnya, dan juga agar dokter menyadari adanya masalah.
Sebuah sistem pemberian nomor harus digunakan
untuk menghindari penanganan penyerahan obat-obatan kepada pasien yang salah.
Untuk meghindari penyerahan obat yang salah pada pasien yang namanya sama dimana berobat
pada waktu yang sama. Selebaran
informasi untuk pasien diberikan, apoteker harus selalu memeriksa apakah pasien
memiliki peralatan tambahan yang diperlukan seperti inhaler atau jarum suntik /
jarum, dan telah professional dalam penggunaan dan pemeliharaan. Hal ini juga
untuk memastikan bahwa pengaturan telah dibuat untuk injeksi harus diberikan
oleh dokter atau perawat. Air untuk injeksi harus selalu disediakan jika
diperlukan - meskipun beberapa dokter berpikir untuk resep itu.
8.
Catatan perlakuan obat
Juga dikenal sebagai catatan
administrasi obat-obatan (MAR), catatan perawatan pengobatan membantu jadwal
perawat untuk pengobatan setiap pasien dan memberikan catatan permanen dari
obat diberikan. juga memungkinkan perawat untuk meninjau rejimen obat lengkap
pasien dan menyediakan sarana untuk melakukan audit yang membandingkan jumlah
obat dispensasi dari, dan kembali ke, apotek dengan jumlah yang diberikan
kepada pasien.
9.
Departemen lingkungan dan inspeksi
Bidang farmasi harus melakukan
inspeksi secara berkala pada area penyimpanan obat di seluruh rumah sakit untuk
memastikan tingkat penyimpanan obat
disimpan dengan benar, untuk memonitor tanggal kadaluwarsa, dan untuk menghapus
saham yang tidak perlu.
8. Narkoba (obat berbahaya)
dan zat berbahaya yang dikendalikan.
Zat yang dikendalikan membutuhkan perhatian
yang lebih besar dalam pengaturan rumah sakit dibandingkan obat lain. berbagai
definisi dan kategori obat yang diawasi semua berhubungan dengan potensi penyalahgunaan
dan kecanduan.
Prosedur spesifik untuk penyimpanan,
penerimaan, pengadaan, pengeluaran, dan pemberian obat yang diawasi harus
membentuk prosedur yang mudah didapatkan kembali akuntabilitasnya untuk setiap
unit obat individu. catatan dokumen pemesanan, penerimaan, pengeluaran, dan
administrasi. zat yang dikendalikan tersimpan di seluruh rumah sakit harus aman
dengan terkunci ganda di dalam tempat penyimpanan.
9.
Pelayanan
farmasi yang purna waktu
Biasanya
departemen rumah sakit petugas pencatatan
medismenetapkan jam kerja normal tetapi untuk beberapa jenis peristiwa
dibutuhkan jam apoteker yang 24 jam, dimana tim apoteker membentuk giliran.
Jika layanan apoteker sudah tutup maka dilakukan panggilan ke operator untuk
menghubungi apoteker.
Penggunaan obat yang tepat di Rumah
Sakit merupakan tanggung jawab multidisiplin dari :
§ Penulisan resep oleh dokter
§ Penyiapan dan penyerahan oleh bagian
farmasi
§ Administrasi pengobatan oleh perawat
atau tenaga kesehatan lainnya
§ Monitoring efek suatu obat terhadap
pasien oleh seluruh tenaga kesehatan
Komite farmasi & terapetik (P&T)
bertanggungjawab terhadap perkembangan kebijakan dan prosedur untuk mempromosikan penggunaan obat yang
rasional. Fungsinya termasuk :
§ Management pengaturan daftar obat atau
formularium rumah sakit
§ Meninjau penggunaan obat secara terus
menerus
§ Melaporkan dan memonitor kesalahan
penggobatan
Anggota dari komite F&T harus merupakan
perwakilan dari yang berhubungan dengan pengobatan, apoteker dan staf perawat,
pengelola rumah sakit dan koordinator penjamin kualitas. Bagian komite sering
dibentuk dari bagian analis.
Bagian farmasi dibawah direksi arahan
seorang apoteker, bertanggung jawab dalam pengadaan, penyimpanan dan distribusi
obat secara seksama di rumah sakit. Hubungan apotk di rumah sakit yang besar
memungkinkan apoteker memberikan pelayanan dengan intens.
Obat didistribusikan dalam jumlah besar,
untuk khasiat terapi atau dalam satuan dosis. Disribusi unit dosis optimal
untuk penyembuhan pasien namun membutuhkan biaya awal yang besar untk
penymipanan dan satuan pengobatan.
Mekanisme tambahan untuk managemen
pasien rawat inap mencakup :
·
Profil pengobatan pasien diatur oleh depatemen farnasi
·
Rekam administrasi
pengobatan diatur oleh perawat
·
Prosedur pengontrolan keras untuk obat2 yang berbahaya dan
zat kimia
·
Prosedur pelayanan farmasi
Dalam produksi farmasi skala kecil biasanya
tidak efektif dan harus dievaluasi oleh komite F&T.
Pengaturan control obat2 narkotik harus
mendapat perhatian bagi rumah sakit dan harus disiapkan sistem yang tepat untuk
mencegah dan mendeteksi penyalahgunaan obat.
Suatu
rumah sakit yang baik harus menyediakan pelayanan diagnosa dan pengobatan
pasien. Obat merupakan bagian dari penyembuhan pasien. Penggunaan yang tepat
dari pengobatan di rumah sakit adalah tanggungjawab multidisiplin yang termasuk
didalamnya diantaranya dokter, perawat, apoteker, pengelola, bagian pendukung
dan pasien itu sendiri. Suatu komite pengobatan terkadang disebut komite
Farmasi dan Terapetik (F&T) bertanggungjawab terhadap kebijakan secara
tepat, prosedur dan memonitor praktek yang aman dan efektif dalam penggunaan
obat. Bagian farmasi, dibawah pimpinan seorang apoteker yang berkualitas, harus
melakukan kontrol distribusi obat-obat dan penggunaan yang aman. Tantangan ini
mulai dari obat ditulis oleh dokter, administrasi oleh perawat sampai dibawa
keluar dari rumah sakit.
Bagian
terdepan yang spesifik dari rumah sakit adalah permasalah managemen obat,
seperti organisasi bagian farmasi dan sistem alternatif distribusi obat.
Beberapa fungsi dari komite F& T dijelaskan dan dengan lebih ditekankan
kepada managemen formularium. Permasalahan yang terpenting lainnya yang relevan
pada pelayanan farmasi rumah sakit . Mencakup tentang peninjauan penggunaan
obat, memonitoring reaksi obat yang merugikan dan management kesalahan
pengobatan.
Tanggung
jawab staf Rumah Sakit
Apoteker
di rumah sakit harus memberikan arahan pada penulisan resep, administrasi dan monitoring
sebagai pengelola yang baik untuk memastikan ketersediaan obat-obat,
penyimpanan, distribusi, kontrol inventarisasi dan penjaminan kualitas. Keseimbangan
diantara kedua peran bervariasi tergantung kepada latar belakang dan pengaturan
pekerjaan. Seorang apoteker boleh mengambil bidang klinik yang diminati
berdasarkan kemampuan ilmu yang dimiliki seperti farmakologi dan kemampuan
untuk menyediakan infromasi yang bisa diterima oleh pengobatan rumah sakit dan
staf perawat.
Tanggungjawab
terhadap pengamanan dan prosedur relatif untuk pengobatan oleh komite F& T.
mulai dari proses penggunaan obat adalah multidisiplin, harus mencakup wakil
dari seluruh fungsional yang meliputi: staf pengobatan, perawatan, farmasi, penjaminan
kualitas dan administrasi rumah sakit.
Pembelian dan management stok
Di
beberapa bagian rumah sakit semua pembelian diatur secara terpisah (obat,
suplai medis, alat kesehatan) bagian ini disebut penyimpanan medis atau bagian
peralatan. Dalam suatu kasus, kepala apoteker mempersiapkan permintaan anggaran
tahunan untuk pembelian dan pemesanan tempat untuk bagian penyimpanan obat.
Di
situasi yang lain bagian pengaturan bagian farmasi pembelian obat dapat secara
langsung. Tidak ada seorang pun yang harus mengontrol total dalam perolehan
obat tersebut. Seorang calon komite harus meninjau dan menyetujui seluruh
pembelian. Ini dimungkinkan pembelian komite yang khusus atau fungsi dari
pengaturan oleh komite F&T (lihat dibawah).
Prosedur
untuk memperoleh dan menginventarisasi management harus ditulis sesuai pedoman
yaitu disetujui oleh administrasi rumah sakit dan komite secara benar, prosedur
pembelian harus mengikuti pedoman yang tersedia. Prosedur persediaan dalam
rumah sakit dipercayakan pada ukuran rumah sakit dan keamanan barang di rumah
sakit.
Penggunaan obat
Proses penggunaan obat dapat dibagi
kedalam 4 bagian :
1. Resep
Dokter
harus memberikan tanggung jawab yang lebih kepada pelayanan terhada pasien,
resep atau permintaan obat yang merupakan bagian dari rencana pengobatan.
Mekanisme pemastian resep di rumah sakit ditentukan oleh staf komite kesehatan
termasuk komite P &T. komite P&T menetapkan protocol atau prosedur yang
mengizinkan farmasis atau perawat untuk resep secara spesifik.
2. Persiapan
dan penyerahan
Bagian
farmasi, dibawah arahan dari seorang apoteker bertanggung jawab terhadap
penyiapan dan penyerahan obat. Kebijakan dan prosedur dari fungsi ini harus
disetujui oleh komite P&T. Kepala farmasi melaporkan kepada administrasi
rumah sakit.
3. Administrasi
pengobatan
Administrasi
pengobatan secara umum merupakan tanggung jawab staf perawat. Kepala perawat
mengawasi seluruh fungsi perawat. Dalam beberapa kasus, dokter boleh memberikan obat seperti anestesi agent.
Pelayan kesehatan professional lainnya dapat memberikan obat sesuai jangkauan
praktek mereka.
4. Monitoring
efek obat terhadap pasien dan penyusunan secara tepat pengubahan dalam terapi.
Monitoring aktivitas tanggung jawab utama seorang dokter. Namun, pengamatan dan
pelaporan wajib dari personal administrasi obat (biasanya perawat) dan anggota
pelayan kesehatan yang termasuk kedalam terapi pasien. Dalam suatu pengaturan,
farmasi klinik atau monitor farmakologi terapi obat di rumah sakit dan konsul
dalam terapi obat yang merupakan kewajiban khusus bagi ahli untuk melindungi
keamanan dan efikasi. Sebagai contoh, antibiotik aminoglikosida, total nutrisi
parenteral dan antikoagulan.
Perwakilan
pemerintah dan regulasi pemberian izin
pengobatan harus sesuai hukum dan standar operasional praktek. Hokum dan
peraturan biasanya ditetapkan seorang pimpinan apoteker sebagai seorang yang
bertanggung jawab dalam control pengobatan dalam suatu rumah sakit, termasuk
pengadaan, penyimpanan dan fasilitas distribusi.
Begitu
juga pimpinan farmasi bertanggung jawab terhadap angaran obat dan control
pengobatan di suatu rumah sakit, tidak mengawasi siapa yang membuat resep atau
pengaturan obat. Pada beberapa rumah
sakit, pembayaran, penerimaan dan penyimpanan obat di tangani oleh bagian
penyimpanan dibawah pengawasan seorang apoteker.
Tangggung
jawab ini menjelaskan kompleknya pengadaan obat, penyimpanan dan penggunaan di
rumah sakit. Usaha untuk meningkatkan system harus mendapat perhatian yang
kompleks dan termasuk representasi multidisiplin dan yang terlibat. Koordinasi
di wajibkan sampai pada kebijakan pada level komite P&T, pada level
manajement, diawali dengan administrasi rumah sakit, sampai ke bagian lain dari
suatu organisasi.
Organisasi pelayanan farmasi rumah sakit
Dalam
organisasi pelayanan farmasi rumah sakit tedapat dua staff untuk diorganisasi
dan diperhatikan.
Personal
Personal
farmasi rumah sakit dibagi kedalam tiga kategori besar :
1. Manajemen
Managemen
mencangkup pimpinan apoteker dan kadang perwakilan pimpinan apoteker adalah
yang bertanggung jawab dalam pengadaan, distribusi dan control penggunaan obat
dalam institusi dan manajemen personil dari bagian farmasi.
2. Staf
professional
Ahli
farmasi yang berkualitas dalam pengadaan, distribusi dan control obat dan
pengawasan pendukung. Pada beberapa fasilitas, apoteker menyediakan pelayanan
konsultasi klinik dan informasi obat.
3. Staf
ahli
Kategori
staf ahli juga termasuk kombinasi teknik pelatihan farmasi, personil pelayanan
dan pemesanan.
Rumah
sakit yang lebih kecil boleh hanya mempunyai dua atau tiga anggota ahli dengan
pimpinan seorang apoteker atau hanya apoteker. Rumah sakit secara luas
menyediakan distribus obat secara ekstensif dan pelayanan klinik dimiliki letih
dari seratus anggota.
Penentu
untuk fungsi yang baik dari system pengobatan yang terbaru secara kebijakan dan
prosedur manual. Staf harus terbiasa dengan pekerjaan tangan dan
melaksanakannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar