1.1. Definisi
Tonsilofaringitis merupakan peradangan
pada tonsil atu faring ataupun keduanya yang disebabkan oleh bakteri (seperti Streptoccocus 𝛽-hemolyticus,
S.Viridans, dan S.Pyogenes) dan juga oleh virus. Penyakit ini dapat menyerang
semua umur.(7)
1.2. Etiologi (8)
Tonsilofaringitis biasanya disebabkan
oleh virus, lebih sering disebabkan oleh virus common cold (adenovirus,
rhinovirus, influenza, coronavirus), tetapi kadang-kadang disebabkan oleh virus
Epstein-Barr, herpes simplex, cytomegalovirus, atau HIV.
Sekitar 30% kasus disebabkan oleh
bakteri. Group A 𝛽-hemolytic Streptococcus (GABHS) adalah
yang paling sering, namun Staphylococcus aureus, S.pneumoniae, Mycoplasma
pneumoniae, dan Chlamydia pneumoniae juga dapat menjadi penyebab.
1.3.Epidemiologi
Infeksi saluran pernapasan atas oleh
virus menyebar melalui kontak langsung dan paling sering terjadi pada musim
gugur, musim dingin, dan musim semi. Faringitis streptococcus relatif jarang
terjadi sebelum usia 2-3 tahun. Paling sering terjadi pada tahun-tahun awal
sekolah, dan jarang terjadi pada akhir masa remaja dan dewasa. Penyakit ini
paling sering terjadi pada musim dingin dan musim semi. Faringitis dari
kelompok streptokokus C dan Arcanobacterium haemolyticum terjadi paling sering
di kalangan remaja dan orang dewasa. (3)
1.4.Patofisiologi
Penularan
terjadi melalui percikan (droplet
infection). Mula-mula mikroorganisme menginfiltrasi lapisan epitel,
kemudian bila epitel terkikis maka jaringan limfoid superfisial bereaksi,
terjadi pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit polimorfnuklear.
1.5. Manifestasi Klinis (3)
Gejala yang sering ditemukan ialah suhu
tubuh naik sampai 400C, rasa gatal / kering di tenggorokan, rasa
lesu, rasa nyeri di sendi, tidak nafsu makan (anoreksia), dan rasa nyeri di
telinga (otalgia). Bila laring terkena, suara akan menjadi serak. Pada kasus
yang berat, penderita dapat menolak untuk makan dan minum melalui mulut.
Pada pemeriksaan tampak faring
hiperemis, tonsil membengkak hiperemis; terdapat detritus (tonsilitus
folikularis), kadang detritus berdekatan menjadi satu (tonsilitis lokunaris),
atau berupa membran semu. Kelenjar submandibula membengkak dan nyeri tekn;
terutama pada anak-anak.
1.6. Penatalaksanaan (3)
Pengobatan untuk faringitis untuk
streptokokus untuk grup A adalah penisilin. Organisme yang terkait dengan
keadaan ini sangat rentan terhadap penisilin. Eritromisin (atau klaritromisin
atau azitromisin) merupakan alternatif yang dapat diterima dan juga aktif
melawan mycoplasma dan A.Haemolyticum. Kegagalan melenyapkan carrier streptokokus grup A mungkin
akibat dari kolonisasi dengan anaerob penghasil 𝛽-Laktamase,
yang secara lokal menghasilkan penisilin. Pemberian klindamisin atau
amoxicillin/ klavulanat biasanya dapat menlenyapkan streptokokus grup A pada
keadaan ini. Abses peritonsilar pada mulanya dapat diobati dengan penisilin
dosis tinggi dan aspirasi; pasca penyembuhan abses ini, tonsilektomi dapat
dindikasikan. Abses retrofaringeal sering kali memerlukan drainase dan tambahan
antibiotik antistafilokokus. Angina Ludwig dan infeksi Ondotogenik lain dapat
diobati dengan penisilin dosis tinggi atau ampisilin dengan sulbaktam.
Obat-obat
antibiotik yang lazim digunakan pada Tonsilofaringitis:(9)
Nama
obat
|
Dosis
oral
|
Penisilin
|
25-50 mg/kg/hari PO 4 kali sehari,
selamax 10 hari, max 3 gm/hari
|
Azitromisin
|
12 mg/kg/hari PO 1 kali perhari,
selama 5 hari, max 500 mg/ari
|
klaritromisin
|
15 mg/kg/hari PO 2 kali sehari, max 1
g/hari.
|
Eritromisin (pasien dengan alergi terhadap
penisilin)
|
40 mg/kg/hari PO 4 kali sehari, selama 10 hari,
max 2 g/hari
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar