Air kotor (sewage) mengandung berbagai macam limbah. Oleh
karena itu,air kotor harus diproses untuk mengurangi sebanyak mungkin
limbah-limbah yang ada.
Berbagai macam parameter digunakan untuk menggambarkan keadaan
air limbah, misalnya kekeruhan, zat padat tersuspensi, kandungan zat padat
terlarut, keasaman (pH), jumlah oksigen terlarut (dissolved oxygen = DO), dan
kebutuhan oksigen biokimia (bhiochemical oxugen demand = BOD).
DO adalah ukuran jumlah oksigen terlarut. Oksigen terlarut dapat
berasal dari udara atau dari hasil fotosintesis tumbuhan air. Oksigen terlarut
ini dibutuhkan oleh hewan-hewan air untuk pernapasannya. Hewan-hewan air dapat
bertahan hidup jika kandungan oksigen terlarut (DO) tidak kurang dari 5 ppm.
Oksigen terlarut juga digunakan oleh bakteri aerob dalam menguraikan sampah
organik yang terdapat di dalam air. Banyaknya oksigen yang diperlukan oleh
bakteri aerob untuk menguraikan sampah organik dalam suatu contoh air disebut
BOD. Makin banyak sampah organik dalam air, makin besar nilai BOD. Sebaliknya,
kandungan DO semakin kecil.
Pengolahan air limbah dapat dibagi dalam tiga tahap, yaitu
tahap primer, sekunder, dan tersier. Pengolahan tahap primer dimaksudkan untuk
memisahkan sampah yang tidak larut air, seperti lumpur, oli, dan limbah kasar
lainnya. Hal ini dapat dilakukan dengan penyaringan dan pengendapan
(sedimentasi). Tahap sekunder dimaksudkan untuk menghilangkan BOD, yaitu dengan
cara mengoksidasinya. Selanjutnya, tahap tersier dimaksudkan untuk
menghilangkan sampah lain yang masih terdapat, seperti limbah organik beracun,
logam berat, dan bakteri. Cara pengolahan tahap sekunder, yaitu cara Lumpur
Aktif (activated sludge process).
Lumpur aktif adalah lumpur yang kaya dengan bakteri aerob, yaitu bakteri yang
dapat menguraikan limbah organik yang dapat mengalami biodegradasi (oxygen-demanding materials). Bakteri
aerob mengubah sampah organik dalam air limbah menjadi biomassa dan gas CO2.
Sementara nitrogen organik diubah menjadi ammonium dan nitrat, fosforus organik
menjadi fosfat. Biomassa hasil degradasi tetap berada dalam tangki aerasi
hingga bakteri melewati masa pertumbuhan cepatnya (log phase). Setelah itu akan mengalami flokulasi membentuk padatan
yang lebih mudah mengendap. Dari tangki pengendapan, sebagian lumpur dibuang,
sebagian lagi disirkulasikan ke dalam tangki aerasi. Penguraian dengan metode
ini jauh lebih cepat daripada penguraian secara alami dari selokan atau sungai.
Selanjutnya pengolahan tahap tersier dilakukan untuk pengolahan air bersih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar