Google ads

Senin, 16 November 2015

Instalasi pusat sterlisasi



Sterilisasi merupakan suatu  proses pengolahan alat atau bahan yang bertujuan untuk menghancurkan semua bentuk kehidupan mikroba termasuk endospora dan dapat dilakukan dengan proses kimia atau fisika.
Rumah sakit sebagai institusi penyedia pelayanan kesehatan berupaya untuk mencegah risiko terjadinya infeksi bagi pasien dan petugas rumah sakit.Salah satu indikator keberhasilan dalam pelayanan rumah sakit adalah rendahnya angka infeksi nosocomial di rumah sakit. Untuk mencapai keberhasilan tersebut maka peru dilakukan pengendalian infeksi di rumah sakit.
Pusat sterilisasi merupakan salah satu mata rantai penting untuk pengendalian infeksi dan berperan dalam upaya menekan kejadian infeksi. Untuk melaksanakan tugas dan fungsi sterilisasi, pusat sterilisasi sangat bergantung pada unit penunjang lain seperti unsur pelayanan medik, unsur penunjang medik maupun instalasi antara lain perlengkapan, rumah tangga, pemeliharaan sarana rumah sakit, sanitasi dan lain-lain. Apabila terjadi hambatan pada salah satu sub unit diatas maka akan mengganggu proses dan hasil sterlisasi.
Bila ditinjau dari volume alat dan bahan yang harus disterilkan di rumah sakit demikian besar, maka rumah sakit dianjurkan untuk mempunyai suatu instalasi pusat sterilisasi tersendiri dan mandiri, yang merupakan salah satu instalasi yang berada dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada direktur/wakil direktur rumah sakit.
Instalasi pusat sterlisasi ini bertugas untuk memberikan pelayanan terhadap semua kebutuhan kondisi steril atau bebas dari semua mikroorganisme (termasuk endospora) secara tepat dan cepat, untuk melaksanakan tugas sterilisasi alat atau bahan secara professional.Diperlukan pengetahuan dan keterampilan tertentu oleh perawat, apoteker ataupun tenaga non medik yang berpengalaman di bidang sterilisasi.
Angka infeksi nosocomial terus meningkat sekitar 9% atau lenih dari 1,4 juta pasien rawat inap di rumah sakit seluruh dunia. Hasil survey point prevalensi dari 11 rumah sakit di DKI Jakarta yang dilakukan oleh Perdalin Jaya dan rumah sakit penyakit infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso Jakarta pada tahun 2003 didapatkan angka infeksi nosocomial untul ILO (Infeksi Luka Operasi) 18,9%, ISK (Infeksi Saluran Kemih) 15,1%, IADP (Infeksi Aliran Darah Primer) 26,4%, pneumonia 24,5% dan infeksi saluran nafas lain 15,1%, serta infeksi lain 32,1%.
Untuk meminimalkan risiko terjadinya infeksi di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya perlu diterapkan pencegahan dan pengendalian infeksi, yaitu kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pembinaan, pendidikan dan pelatihan, serta monitoring dan evaluasi.

1.      SARANA FISIK DAN PERALATAN
Sarana fisik dan peralatan di pusat sterilisi sangat mempengaruhi efisiensi kerja dan pelayanan di pusat sterilisasi rumah sakit, maka dalam menentukan lokai pusat sterilisasi perlu diperhatikan :
a.      Bangunan
Harus sesuai dengan kebutuhan bangunan pada saat ini serta  kemungkinan perluasan sarana pelayanan dimasa akan datang dan didesain menurut tipe/kapasitas rumah sakit.
b.      Lokasi
Lokasi instalasi pusat sterilisasi sebaiknya berdekatan dengan ruangan pemakai alat/bahan steril terbesar di rumah sakit.Pemilihan lokasi yang tepat berdampak pada efisiensi kerja dan meningkatkan pengendalian infeksi, yaitu dengan meminimumkan risiko terjadinya kontaminasi silang serta mengurangi lalu lintas transportasi alat steril.Untuk rumah sakit yang berukuran kecil, lokasi pusat sterilisasi sebaiknya berada dekat kamar operasi dan diupayakan lokasinya dekat dengan laundry.
c.       Pembangunan dan persyaratan ruang sterilisasi
Pada prinsipnya desain ruang pusat sterilisasi terdiri dari ruang bersih dan ruang kotor.Selain itu pembagian ruangan disesuaikan dengan alur kerj. Ruang pusat sterilisasi dibagi atas 5 ruang yaitu:
1.      Ruang dekontaminasi
Pada ruang ini terjadi proses penerimaan barang kotor, dekontaminasi dan pembersihan.
·         Ventilasi, harus didesain sedemikian rupa sehingga udara di ruang dekontaminasi harus :
-          Dihisap keluar atau ke system sirkulasi udara yang mempunyai filter.
-          Tekanan udara harus negative tidak mengkontaminasi udara ruangan lainnya.
-          Pada ruang dekontaminasi tidak dianjurkan menggunakan kipas angina.
·         Suhu & kelembaban
-          Suhu udara 18-22°C
-          Kelembaban udara 35-75%
·         Kebersihan
Secara umum, praktek kebersihan sebaiknya mencakup:
-          Setidaknya sekali sehari dipel atau vacuum basah
-          Setidaknya sekali sehari membersihkan dan mendisinfeksi sink/tempat mencuci, meja kerja, dan peralatan
-          Langsung membersihkan dan mendisinfeksikan tumpahan darah
-          Secara teratur membersihkan rak-rak penyimpanan, dinding, langit-langit, ventilasi AC, dan fixture lainnya.
-          Prosedur control terhadap binatang perusak
-          Sampah dibung sekali sehari
-          Pemisahan sampah infectious dan non infectious
2.      Ruang pengemasan alat
Pada tempat ini dianjurkan ada tempat penyimpanan barang tertutup.
3.      Ruang produksi dan prosesing
Di ruang ini dilakukan pemeriksaan linen, dilipat, dan ddikemas untuk persiapan sterilisasi.Pada tempat ini sebaiknya ada tempat penyimpanan tertutup.Selain linen, di ruang ini juga dilakukan persiapan untuk bahan seperti kasa, kapas, cotton swabs, dan lain-lain.
4.      Ruang sterilisasi
Ruang tempat dilakukan sterilisasi alat/bahan.Untuk sterilisasi etilen oksida, sebaiknya dibuatkan ruang khusus yang terpisah tetapi masih dalam satu unit pusat sterilisasi dan dilengkapi dengan exhaust.
5.      Ruang penyimpanan barang steril
Sebaiknya berada dekat dengan ruang sterilisasi.Apabila digunakan mesin dterilisasi dua pintu, maka pintu belakang langsung berhubungan dengan ruang penyimpanan.
Di ruang ini penerangan harus memadai, suhu antara 18-22°C dan kelembaban 35-75%, ventilasi menggunakan system tekanan positif dengan efisiensi filtrasi particular antara 90-95% (untuk particular berukuran 0,5 mikron). Dinding dan lantai ruangan terbuat dari bahan  yang halus, kuat sehingga mudah dibersihkan, alat steril disimpan pada jarak 19-24 cm dari lantai dan minimum 43 cm dari langit-langit serta 5 cm dari dinding serta diupayakan untuk menghindari terjadinya penumpukan debu pada kemasan, serta alat steril tidak disimpan dekat wastafel atau saluran pipa lainnya.
d.      Kebutuhan peralatan sterilisasi dan pemeliharaan
Kebutuhan dan peralatan disesuaikan dengan kelas dan kebutuhan rumah sakit.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dengan pemeliharaan  rutin terhadap alat:
1.      Untuk perbaikan rutin terhadap komponen umum dapat dilakukan oleh pihak rumah sakit setelah mendapatkan pelatihan dari supplier.
2.      Perbaikan terhadap komponen peralatan rutin hanya dilakukan oleh pihak yang kompeten melakukannya.
3.      Staf teknisi yang terlibat dlam pemeliharaan peralatan harus dilatih oleh lembaga berwenang atau pihak pembuat mesin sterilisasi tersebut.
e.       Kalibrasi alat
Harus sesuai intruksi manual dari produsen mesin.
f.       Pendokumentasian
Setiap mesin sterilisasi yang ada harus mempunyai dokumentasi riwayat pemeliharaan/perawatan mesin.
g.      Alat pelindung diri
Seperti apron, penutup kepala, masker high filtration, dan tight fitting goggle.

2.      PELAYANAN INSTALASI PUSAT STERILISASI
Dalam melaksanankan tugas sehari-hari pusat sterilisasi selalu berhubungan dengan:
·         Laundry
·         Instalasi pemeliharaan sarana
·         Intalasi farmasi
·         Sanitasi
·         Perlengkapan/logistic
·         Rawat inap, rawat jalan, IGD, OK, dll
a.      Tatalaksana pelayanan penyediaan barang steril
1.      Perencanaan dan penerimaan barang
-          Linen
-          Instrument
-          Sarung tangan dan bahan habis pakai
2.      Pencucian
-          Linen dilakukan dibagian rumah tangga/laundry
-          Instrument
-          Sarung tangan
3.      Pengemasan dan pemberian tanda
-          Linen
-          Instrumen
-          Sarung tangan
4.      Proses sterilisasi
5.      Penyimpana dan distribusi
6.      Pemantauan kualitas sterilisasi yang meliputi:
-          Pemantauan proses sterilisasi: indicator fisika, kimia, dan biologi
-          Pemantauan hasil sterilisasi dengan tes mikrobiologi
7.      Pencatatan dan pelaporan
b.      Alur kerja
Hal 45
c.       Tahap-tahap sterilisasi alat/bahan medik
1.      Dekontaminasi
Merupakan proses fifik atau kimia untuk membersihkan benda-benda yang mungkin terkontaminasi oleh mikroba yang berbahaya.
-          Menangani, mengumpulkan, dan transportasi benda-benda kotor
-          Pembuangan limbah
Limbah harus dipisahkan dari alat-alat pakai ulang ditempat pemakaian.
-          Mencuci/cleaning
-          Menangani alat-alat yang terkontaminasi di point of use
Pembersihan alat-alat pakai ulang yang terkontaminasi harus dimulai sesegera mungkin setelah dipakai.
2.      Pengemasan
Termasuk semua material yang tersedia unuk fasilitas kesehatan yang didesain untuk membungkus, mengemas, dan menampung alat-alat yang dipakai ulang untuk sterilisasi, penyimpanan, dan pemakaian.

Prinsip-prinsip pengemasan:
1.      Sterilan harus dapat diserap dengan baik menjangkau seluruh permukaan kemasan dan isinya.
2.      Harus dapat menjaga sterilitas isinya hingga kemasan dibuka.
3.      Harus mudah dibuka dan isinya mudah diambil tanpa menyebabkan kontaminasi.

Persyaratan bahan pengemas:
Bahan yang dipakai untuk pengemasan sterilisasi harus seuai dengan proses sterilisasi yang dipilih:
-          Harus tahan terhadap kondisi fisik, seperti suhu tinggi, kelembaban, tekanan dan/atau hisapan pada proses sterilisasi.
-          Udara pada kemasan dan isinya harus bisa keluar
-          Sterilan pada proses uap, EO, atau panas-kering harus dapat menyerap dengan baik pada seluruh permukaan dan serat semua isi dan kemasan.
-          Sterilan harus dapat dilepaskan pada akhir siklus sterilisasi
Tipe-tipe kemasan:
-          Kertas
-          Film plastic
-          Kain/linen
-          Kain campuran
4.      MONITORING DAN EVALUASI PROSES STERILISASI
a.      Kontrol kualitas sterilisasi
Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:
-          Pemberian nomor lot pada setiap kemasan mencakup nomor mesin sterilisasi, tanggal proses sterilisasi, dan keterangan siklus keberapa dari mesin sterilisasi.
-          Data mesin sterilisasi
-          Waktu kadaluarsa
b.      Jenis-jenis indikator sterilisasi
-          Indikator mekanik, merupakan bagian dari instrument seperti gauge, table, dan indicator suhu maupun tekanan.
-          Indikator kimia, merupakan indicator yang menandai terjadinya paparan sterilisasi (misalnya:uap panas atau gas etilen oksida) pada objek yang distrilkan dengan adanya perubahan warna. Dapat dalam berbagai bentuk seperti strip, tape, kartu, vial.
-          Indikator biologi, merupakan sediaan berisi populasi mikroorganisme spesifik dalam bentuk spora yang bersifat resisten terhadap beberapa parameter yang terkontrol dan terukur dalam suatu proses sterilisasi tertentu.

Tidak ada komentar:

Google Ads