Sterilisasi
merupakan suatu proses pengolahan alat
atau bahan yang bertujuan untuk menghancurkan semua bentuk kehidupan mikroba
termasuk endospora dan dapat dilakukan dengan proses kimia atau fisika.
Rumah sakit
sebagai institusi penyedia pelayanan kesehatan berupaya untuk mencegah risiko
terjadinya infeksi bagi pasien dan petugas rumah sakit.Salah satu indikator
keberhasilan dalam pelayanan rumah sakit adalah rendahnya angka infeksi
nosocomial di rumah sakit. Untuk mencapai keberhasilan tersebut maka peru
dilakukan pengendalian infeksi di rumah sakit.
Pusat
sterilisasi merupakan salah satu mata rantai penting untuk pengendalian infeksi
dan berperan dalam upaya menekan kejadian infeksi. Untuk melaksanakan tugas dan
fungsi sterilisasi, pusat sterilisasi sangat bergantung pada unit penunjang
lain seperti unsur pelayanan medik, unsur penunjang medik maupun instalasi
antara lain perlengkapan, rumah tangga, pemeliharaan sarana rumah sakit,
sanitasi dan lain-lain. Apabila terjadi hambatan pada salah satu sub unit
diatas maka akan mengganggu proses dan hasil sterlisasi.
Bila ditinjau
dari volume alat dan bahan yang harus disterilkan di rumah sakit demikian
besar, maka rumah sakit dianjurkan untuk mempunyai suatu instalasi pusat
sterilisasi tersendiri dan mandiri, yang merupakan salah satu instalasi yang
berada dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada direktur/wakil direktur
rumah sakit.
Instalasi pusat
sterlisasi ini bertugas untuk memberikan pelayanan terhadap semua kebutuhan
kondisi steril atau bebas dari semua mikroorganisme (termasuk endospora) secara
tepat dan cepat, untuk melaksanakan tugas sterilisasi alat atau bahan secara
professional.Diperlukan pengetahuan dan keterampilan tertentu oleh perawat,
apoteker ataupun tenaga non medik yang berpengalaman di bidang sterilisasi.
Angka infeksi
nosocomial terus meningkat sekitar 9% atau lenih dari 1,4 juta pasien rawat
inap di rumah sakit seluruh dunia. Hasil survey point prevalensi dari 11 rumah
sakit di DKI Jakarta yang dilakukan oleh Perdalin Jaya dan rumah sakit penyakit
infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso Jakarta pada tahun 2003 didapatkan angka
infeksi nosocomial untul ILO (Infeksi Luka Operasi) 18,9%, ISK (Infeksi Saluran
Kemih) 15,1%, IADP (Infeksi Aliran Darah Primer) 26,4%, pneumonia 24,5% dan
infeksi saluran nafas lain 15,1%, serta infeksi lain 32,1%.
Untuk
meminimalkan risiko terjadinya infeksi di rumah sakit dan fasilitas pelayanan
kesehatan lainnya perlu diterapkan pencegahan dan pengendalian infeksi, yaitu
kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pembinaan, pendidikan dan
pelatihan, serta monitoring dan evaluasi.
1.
SARANA
FISIK DAN PERALATAN
Sarana
fisik dan peralatan di pusat sterilisi sangat mempengaruhi efisiensi kerja dan
pelayanan di pusat sterilisasi rumah sakit, maka dalam menentukan lokai pusat
sterilisasi perlu diperhatikan :
a.
Bangunan
Harus sesuai dengan
kebutuhan bangunan pada saat ini serta
kemungkinan perluasan sarana pelayanan dimasa akan datang dan didesain
menurut tipe/kapasitas rumah sakit.
b.
Lokasi
Lokasi instalasi pusat
sterilisasi sebaiknya berdekatan dengan ruangan pemakai alat/bahan steril
terbesar di rumah sakit.Pemilihan lokasi yang tepat berdampak pada efisiensi kerja
dan meningkatkan pengendalian infeksi, yaitu dengan meminimumkan risiko
terjadinya kontaminasi silang serta mengurangi lalu lintas transportasi alat
steril.Untuk rumah sakit yang berukuran kecil, lokasi pusat sterilisasi
sebaiknya berada dekat kamar operasi dan diupayakan lokasinya dekat dengan
laundry.
c.
Pembangunan
dan persyaratan ruang sterilisasi
Pada prinsipnya desain
ruang pusat sterilisasi terdiri dari ruang bersih dan ruang kotor.Selain itu
pembagian ruangan disesuaikan dengan alur kerj. Ruang pusat sterilisasi dibagi
atas 5 ruang yaitu:
1. Ruang
dekontaminasi
Pada ruang ini terjadi
proses penerimaan barang kotor, dekontaminasi dan pembersihan.
·
Ventilasi, harus
didesain sedemikian rupa sehingga udara di ruang dekontaminasi harus :
-
Dihisap keluar atau ke
system sirkulasi udara yang mempunyai filter.
-
Tekanan udara harus
negative tidak mengkontaminasi udara ruangan lainnya.
-
Pada ruang
dekontaminasi tidak dianjurkan menggunakan kipas angina.
·
Suhu & kelembaban
-
Suhu udara 18-22°C
-
Kelembaban udara 35-75%
·
Kebersihan
Secara umum, praktek
kebersihan sebaiknya mencakup:
-
Setidaknya sekali
sehari dipel atau vacuum basah
-
Setidaknya sekali
sehari membersihkan dan mendisinfeksi sink/tempat mencuci, meja kerja, dan
peralatan
-
Langsung membersihkan
dan mendisinfeksikan tumpahan darah
-
Secara teratur
membersihkan rak-rak penyimpanan, dinding, langit-langit, ventilasi AC, dan
fixture lainnya.
-
Prosedur control
terhadap binatang perusak
-
Sampah dibung sekali
sehari
-
Pemisahan sampah
infectious dan non infectious
2. Ruang
pengemasan alat
Pada tempat ini
dianjurkan ada tempat penyimpanan barang tertutup.
3. Ruang
produksi dan prosesing
Di ruang ini dilakukan
pemeriksaan linen, dilipat, dan ddikemas untuk persiapan sterilisasi.Pada
tempat ini sebaiknya ada tempat penyimpanan tertutup.Selain linen, di ruang ini
juga dilakukan persiapan untuk bahan seperti kasa, kapas, cotton swabs, dan
lain-lain.
4. Ruang
sterilisasi
Ruang tempat dilakukan
sterilisasi alat/bahan.Untuk sterilisasi etilen oksida, sebaiknya dibuatkan
ruang khusus yang terpisah tetapi masih dalam satu unit pusat sterilisasi dan
dilengkapi dengan exhaust.
5. Ruang
penyimpanan barang steril
Sebaiknya berada dekat
dengan ruang sterilisasi.Apabila digunakan mesin dterilisasi dua pintu, maka
pintu belakang langsung berhubungan dengan ruang penyimpanan.
Di ruang ini penerangan
harus memadai, suhu antara 18-22°C dan kelembaban 35-75%, ventilasi menggunakan
system tekanan positif dengan efisiensi filtrasi particular antara 90-95%
(untuk particular berukuran 0,5 mikron). Dinding dan lantai ruangan terbuat
dari bahan yang halus, kuat sehingga
mudah dibersihkan, alat steril disimpan pada jarak 19-24 cm dari lantai dan
minimum 43 cm dari langit-langit serta 5 cm dari dinding serta diupayakan untuk
menghindari terjadinya penumpukan debu pada kemasan, serta alat steril tidak
disimpan dekat wastafel atau saluran pipa lainnya.
d.
Kebutuhan
peralatan sterilisasi dan pemeliharaan
Kebutuhan dan peralatan
disesuaikan dengan kelas dan kebutuhan rumah sakit.
Beberapa hal yang harus
diperhatikan dengan pemeliharaan rutin
terhadap alat:
1. Untuk
perbaikan rutin terhadap komponen umum dapat dilakukan oleh pihak rumah sakit
setelah mendapatkan pelatihan dari supplier.
2. Perbaikan
terhadap komponen peralatan rutin hanya dilakukan oleh pihak yang kompeten
melakukannya.
3. Staf
teknisi yang terlibat dlam pemeliharaan peralatan harus dilatih oleh lembaga
berwenang atau pihak pembuat mesin sterilisasi tersebut.
e.
Kalibrasi
alat
Harus sesuai intruksi
manual dari produsen mesin.
f.
Pendokumentasian
Setiap mesin
sterilisasi yang ada harus mempunyai dokumentasi riwayat pemeliharaan/perawatan
mesin.
g.
Alat
pelindung diri
Seperti apron, penutup
kepala, masker high filtration, dan tight fitting goggle.
2.
PELAYANAN
INSTALASI PUSAT STERILISASI
Dalam
melaksanankan tugas sehari-hari pusat sterilisasi selalu berhubungan dengan:
·
Laundry
·
Instalasi pemeliharaan
sarana
·
Intalasi farmasi
·
Sanitasi
·
Perlengkapan/logistic
·
Rawat inap, rawat
jalan, IGD, OK, dll
a.
Tatalaksana
pelayanan penyediaan barang steril
1. Perencanaan
dan penerimaan barang
-
Linen
-
Instrument
-
Sarung tangan dan bahan
habis pakai
2. Pencucian
-
Linen dilakukan
dibagian rumah tangga/laundry
-
Instrument
-
Sarung tangan
3. Pengemasan
dan pemberian tanda
-
Linen
-
Instrumen
-
Sarung tangan
4. Proses
sterilisasi
5. Penyimpana
dan distribusi
6. Pemantauan
kualitas sterilisasi yang meliputi:
-
Pemantauan proses
sterilisasi: indicator fisika, kimia, dan biologi
-
Pemantauan hasil
sterilisasi dengan tes mikrobiologi
7. Pencatatan
dan pelaporan
b.
Alur
kerja
Hal
45
c.
Tahap-tahap
sterilisasi alat/bahan medik
1. Dekontaminasi
Merupakan
proses fifik atau kimia untuk membersihkan benda-benda yang mungkin
terkontaminasi oleh mikroba yang berbahaya.
-
Menangani,
mengumpulkan, dan transportasi benda-benda kotor
-
Pembuangan limbah
Limbah harus dipisahkan
dari alat-alat pakai ulang ditempat pemakaian.
-
Mencuci/cleaning
-
Menangani alat-alat
yang terkontaminasi di point of use
Pembersihan alat-alat
pakai ulang yang terkontaminasi harus dimulai sesegera mungkin setelah dipakai.
2. Pengemasan
Termasuk semua material yang tersedia
unuk fasilitas kesehatan yang didesain untuk membungkus, mengemas, dan
menampung alat-alat yang dipakai ulang untuk sterilisasi, penyimpanan, dan
pemakaian.
Prinsip-prinsip
pengemasan:
1. Sterilan
harus dapat diserap dengan baik menjangkau seluruh permukaan kemasan dan
isinya.
2. Harus
dapat menjaga sterilitas isinya hingga kemasan dibuka.
3. Harus
mudah dibuka dan isinya mudah diambil tanpa menyebabkan kontaminasi.
Persyaratan
bahan pengemas:
Bahan
yang dipakai untuk pengemasan sterilisasi harus seuai dengan proses sterilisasi
yang dipilih:
-
Harus tahan terhadap
kondisi fisik, seperti suhu tinggi, kelembaban, tekanan dan/atau hisapan pada
proses sterilisasi.
-
Udara pada kemasan dan
isinya harus bisa keluar
-
Sterilan pada proses
uap, EO, atau panas-kering harus dapat menyerap dengan baik pada seluruh
permukaan dan serat semua isi dan kemasan.
-
Sterilan harus dapat
dilepaskan pada akhir siklus sterilisasi
Tipe-tipe kemasan:
-
Kertas
-
Film plastic
-
Kain/linen
-
Kain campuran
4.
MONITORING
DAN EVALUASI PROSES STERILISASI
a.
Kontrol
kualitas sterilisasi
Hal-hal
yang perlu diperhatikan adalah:
-
Pemberian nomor lot
pada setiap kemasan mencakup nomor mesin sterilisasi, tanggal proses
sterilisasi, dan keterangan siklus keberapa dari mesin sterilisasi.
-
Data mesin sterilisasi
-
Waktu kadaluarsa
b.
Jenis-jenis
indikator sterilisasi
-
Indikator mekanik,
merupakan bagian dari instrument seperti gauge, table, dan indicator suhu
maupun tekanan.
-
Indikator kimia,
merupakan indicator yang menandai terjadinya paparan sterilisasi (misalnya:uap
panas atau gas etilen oksida) pada objek yang distrilkan dengan adanya
perubahan warna. Dapat dalam berbagai bentuk seperti strip, tape, kartu, vial.
-
Indikator biologi,
merupakan sediaan berisi populasi mikroorganisme spesifik dalam bentuk spora
yang bersifat resisten terhadap beberapa parameter yang terkontrol dan terukur
dalam suatu proses sterilisasi tertentu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar