A. Definisi Penyakit (Pharmacoterapy
Handbook ; Ed.7)
Kelenjar
getah bening adalah sebuah jaringan berbentuk oval di dalam tubuh yang
bertindak sebagai penghasil dan penyaring cairan yang disebut (limfosit).
Limposit ini berfungsi dalam pengeluaran sel-sel mati, dan yang paling utama
adalah sebagai alat pertahanan terhadap infeksi.
Limfoma adalah kanker yang tumbuh akibat
perubahan genetic (mutasi) sel limfosit (sel darah putih yang bertanggung jawab
atas pertahanan alami tubuh). Mutasi ini bisa menyerang batas tepi (lineage)
sel B, sel T, ataupun sel NK. Perbedaan histologi yang menyebabkan klasifikasinya menjadi
limfoma Hodgkin dan Non-Hodgkin.
Penyakit non Hodgkin tampak berkaitan dengan
perkembangan terutama dari keganasan sel B, tetapi sel T dan makrofag dapat
juga menjadi sumber asal pertumbuhan kanker. Penyebab limfoma non Hodgkin masih
belum jelas, tetapi infeksi virus, termasuk infeksi HIV. Berikut ini adalah gambar letak daerah
beradanya kelenjar getah bening :
B. Prevalensi Penyakit / Epidemiologi
Di negara
maju, limfoma relatif jarang, yaitu kira-kira 2% dari jumlah kanker yang ada.
Akan tetapi, menurut laporan berbagai sentra patologi di Indonesia, tumor ini
merupakan terbanyak setelah kanker serviks uteri, payudara, dan kulit. LNH
menempati urutan kelima penyakit kanker di AS dengan jumlah 4% dari keseluruhan
kanker. Dapat
terjadi pada setiap usia, namun rata-rata umur penderita saat diagnosa adalah
65 tahun. Peningkatan lebih cenderung terjadi pada laki-laki dibandingkan
wanita dan orang berkulit putih. Di amerika,
terjadi peningkatan kasus penyakit ini 3-4 % per tahun
E. Tipe Penyakit (Pharmacoteraphy DiPiro ; Ed.6)
C.
Patofisiologi
Penyakit (Pharmacoterapy Handbook ; Ed.7)
Proliferasi
abnormal tumor dapat memberi kerusakan penekanan atau penyumbatan organ tubuh
yang diserang. Tumor dapat mulai di kelenjar getah bening (nodal) atau diluar
kelenjar getah bening (ekstra nodal). Jika jaringan tubuh manusia terkena
rangsangan trauma dan reaksi imun, maka otomatis sel-sel akan mengalami
gangguan fisiologis. Sebagai responnya sel tubuh terutama sel mast dan sel
basofil akan mengalami granulasi dan mengeluarkan mediator radang berupa histamin,
serotonin, bradikinin, sitokinn berupa IL-2, IL-6, dll. Mediator-mediator
radang ini terutama histamin akan menyebabkan dilatasi arteriola dan
meningkatkan permeabilitas venula serta pelebaran intraendothelial junction.
Hal ini mengakibatkan cairan yang ada dalam pembuluh darah keluar ke jaringan
sekitar sehingga menimbulkan benjolan pada daerah terinfeksi ataupun terkena
trauma.
Infeksi dapat menimbulkan pembesaran
kelenjar limfe karena apabila mekanisme pertahanan tubuh baik, sel-sel
pertahanan tubuh seperti makrofag, neutrofil dan sel T akan berupaya
memusnahkan agen infeksius sedangkan agen ifeksius itu sendiri berupaya untuk
menghancurkan sel-sel tubuh terutama eritrosi agar bisa mendapatkan nutrisi.
Kedua upaya perlawanan ini akan mengakibatkan pembesaran KGB karena bekerja
keras memproduksi sel limfoid maupun menyaring sel tubuh yang mengalami
kerusakan dan agen ifeksius yang masuk agar tidak menyebar ke organ tubuh lain.
F.
Etiologi
penyakit
Etiologi
belum jelas mungkin perubahan genetik karena bahan – bahan limfogenik seperti
virus, bahan kimia, mutasi spontan, radiasi dan sebagainya. Adapun beberapa
faktor predisposisinya antara lain :
a. Usia
Penyakit limfoma maligna banyak
ditemukan pada usia dewasa muda yaitu antara 18-35 tahun dan pada orang diatas
50 tahun.
b. Jenis kelamin
Penyakit limfoma maligna lebih
banyak diderita oleh pria dibandingkan wanita.
c. Gaya hidup yang tidak sehat
Risiko Limfoma Maligna meningkat
pada orang yang mengkonsumsi makanan tinggi lemak hewani, merokok, dan yang
terkena paparan UV.
d. Pekerjaan
Beberapa pekerjaan yang sering
dihubugkan dengan resiko tinggi terkena limfoma maligna adalah peternak serta
pekerja hutan dan pertanian. Hal ini disebabkan adanya paparan herbisida dan
pelarut organik.
e. Infeksi
Mekanisme pembengkakan kelenjar getah
bening akibat infeksi adalah dengan cara peningkatan jumlah sel darah putih
(limfosit) dengan cara multiplikasi sebagai respons atas adanya zat asing ke
dalam tubuh (antigen).
f. Infeksi Virus
Reaksi pertahanan terhadap infeksi yang
umum diakibatkan oleh virus biasanya berupa demam yang menyertai pembengkakan
kelenjar getah beningnya.
g. Adanya Peradangan
Mekanisme peradangan terjadi selama
infeksi kelenjar getah bening oleh zat-zat asing. Peradangan merupakan suatu
bentuk sel darah putih yang mati oleh zat asing.
h. Kanker
Mekanisme penyusupan sel-sel kanker pada
kelenjar getah bening juga sering menyebabkan pembengkakan. Bahkan, kelenjar
getah bening yang bengkak bisa menjadi keras dan bisa menyebar ke kelenjar getah
bening di tempat-tempat yang lain.
i.
Kanker darah
Kanker darah mungkin tidak terlihat
seperti kanker biasa yang membuat kelenjar getah bening bengkak. Akan tetapi,
pada kanker darah, produksi limfosit di kelenjar getah bening sangat banyak dan
tidak terkontrol. Keadaan ini kita sebut sebagai limfoma atau leukemia.
j. Makanan yang diawetkan
Banyak mengkonsumsi makanan yang
diawetkan, kalengan, dan juga minuman
yang bersifat karsinogen.
k. Makanan Instan
Banyak mengkonsumsi makanan instan (cepat Saji),
bisa memacu sel kanker untuk tumbuh sehingga lambat laun akan membesar. Makanan
yang serba instan sebenarnya banyak efek samping negatifnya, terutama pada sel
kanker.
l. Banyak mengkonsumsi Alkohol
G. Gejala klinis Penyakit
ü Pembesaran kelenjar limfe yg tidak nyeri
ü Demam tipe
pel Ebstein dimana suhu tubuh meninggi selama beberapa hari yang diselingi dengan suhu normal atau di
bawah normal selama beberapa hari atau beberapa minggu.
ü Gatal-gatal
ü Keringat
malam
ü Berat badan
menurun lebih dari 10% tanpa diketahui penyebabnya.
ü Nafsu makan
menurun.
ü Daya kerja
menurun
ü Terkadang
disertai sesak nafas
ü Nyeri
punggung dan leher disertai hiperrefleksia
ü Dapat timbul komplikasi sal. Cerna
H.
STADIUM
PENYAKIT
Pada stadium Limfoma Maligna Non Hodgkin, Penyebaran
Limfoma dapat dikelompokkan dalam 4 stadium. Stadium I dan II sering dikelompokkan bersama sebagai
stadium awal penyakit, sementara stadium III dan IV dikelompokkan bersama
sebagai stadium lanjut.
I.
TREATMENT (Pharmacoteraphy
DiPiro ; Ed.6)
1.
INDOLENT LYMPHOMAS
Follicular lymphomas
Therapy of localized diseasa (stage I and II)
Terapi radiasi tunggal adalah terapi
standar untuk stadium awal limfoma. 40-50 % pasien diberikan terapi radiasi
dengan dosis 30-40 Gy, sedangkan kemoterapi tidak diberikan untuk pasien dengan
keadaan follicular lymphoma ini tapi bisa membantu pada beberapa pasien resiko
tinggi gejala stage 2.
Therapy of advanced disease (stage III and IV)
a. No initial
therapy
b. Terapi
radiasi, diberikan sama seperti pada therapy of localized disease.
c. Kemoterapi
Oral alkylating agents (alone or in
combination)
- Oral chlorambucil 0,1-0,2mg/kg per
hari
- Oral cyclophosphamide 1,5-2,5mg/kg
per hari atau
- CVP (cyclophospamide, vincristine
and prednisone) pada pasien dengan limfoma tipe indolent.
d. Kombinasi Rituximab-CHOP
e.
Radioimmunotherapy
I-Tositumomab
(Bexxar) dan Y-Ibritumomab, Iodine131 (131I) atau Yttrium 90 (90Y)
f.
Hematopoetic Stem Cell Transplantation (HSCT)
2. AGGRESSIVE LYMPHOMAS
Diffuse Large B-Cell Lymphomas
a.
Therapy of localized disease (stage I and II)
Dikemoterapi
dengan kombinasi CHOP
b.
Therapy of advanced disease (Bulky stage II, III and
IV)
Kombinasi CHOP, M-BACOD (Methotrexate,
Bleomycin, Doxorubicin, Cyclophospamide, Vincristine dan Dexamethasone), MACOP-B
c.
Therapy of elderly patients with advanced disease
Kombinasi
rituximab dan CHOP (R-CHOP)
d.
Salvage therapy :
- DHAP (Dexamethasone, Cytarabine dan Cisplatine)
-
ESHAP (Etoposide, Methylprednisolon, Cytarabine dan Cisplatine)
- MINE (Mesna, Ifosfamide, Mitoxantrone dan Etoposide) dan sering juga
ditambahkan rituximab pada salvage chemoterapy ini.
-
ICE (Ifosfamide, Carboplatine, Etoposide)
3. OTHER
AGRESSIVE LYMPHOMAS
Akibat kerusakan dari Mantle Cell Lymphomas (MCL). HSCT sebagai terapi
konsolidasi dan biasanya dikombinasi Rituximab.
4. NON-HODGKIN’s
LYMPHOMA in AIDS
CHOP, BACOD dan CDE (Cycloposphamide, Doxorubisin dan Etoposide) sebagai
standar kemoterapi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar