Jamur
merupakan kelompok organisme eukariotik yang membentuk dunia jamur atau regnum
fungi. Jamur pada umumnya multi seluler (bersel banyak). Ciri-ciri jamur
berbeda dengan organisme lainnya dalam hal cara makan, struktur tubuh,
pertumbuhan dan reproduksinya (Sigit, 2008).
Jamur
pelapuk putih diketahui memiliki kemampuan unik yang secara efisien
mendegradasi lignin menjadi CO2 dan air, dan meninggalkan warna
putih dari selulosa. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk memperoleh akses
terhadap polimer-polimer karbohidrat yang terdapat pada dinding sel tanaman dan
menggunakannya sekaligus sebagai sumber karbon dan energi. Jamur pelapuk kayu
ini biasanya tidak hanya membentuk koloni pada sampah hasil hutan dan
pohon-pohon yang tumbang, tetapi juga pada pohon yang masih hidup (Sigit,
2008).
Jamur pelapuk kayu
sendiri dibagi menjadi jamur pelapuk putih, jamur pelapuk coklat dan jamur
pendekomposisi sampah. Akan tetapi, satu-satunya jamur yang mampu secara
efisien mendegradasi lignin ialah jamur pelapuk putih dari kelas
basidiomikotina. Panus tigrinus
tergolong dalam kelas basidiomycetes yang memiliki kemampuan untuk mendegradasi
lignin baik ligin yang terdapat pada kayu maupun non-kayu (Quaratino et al, 2006). Jamur Pelapuk Putih (JPP) dari kelas
basidiomikotina, merupakan organisme yang bekerja efisien dan efektif dalam
proses delignifikasi. Proses delignifikasi ini dimulai saat JPP menembus dan
membentuk koloni dalam sel kayu lalu mengeluarkan enzim yang berdifusi melalui
lumen dan dinding sel. Jamur ini menyerang komponen lignin dari kayu hingga
menyisakan selulosa dan hemiselulosa yang tidak terlalu berpengaruh. Akibatnya,
terjadi penurunan kekuatan fisik kayu dan pembengkakan jaringan kayu (Sigit,
2008).
Lignin
modifying enzymes (LMEs)
diproduksi oleh jamur pelapuk putih selama proses metabolisme sekundernya
berjalan, sementara oksidasi lignin tidak menyediakan energi yang cukup bagi
jamur. Proses sintesis dan sekresi enzim seringkali diinduksi oleh tingkat
karbon atau nitrogen yang terbatas. Hal inilah yang mungkin menyebabkan JPP
tergolong jamur yang sangat efisien dalam penggunaan nitrogen. Sebagai contoh
kandungan nitrogen C. versicolcor saat ditumbuhkan pada media C:N dengan
rasio 32:1 kira-kira sebesar 4 %, namun saat ditumbuhkan pada media C:N rasio
1600:1 diperoleh 0,2% nitrogen. Hal ini menunjukkan dalam kondisi sedikit
nitrogen, jamur lebih mengalokasikan nitrogen untuk memproduksi enzim
ekstraselular dan komponen esensial sel. Selain itu, jamur ini juga secara
efisien mendaur ulang nitrogen di dalam miseliumnya (Sigit, 2008).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar