Saat ini kebutuhan akan
bahan bakar semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi, penduduk,
pengembangan wilayah, dan pembangunan dari tahun ke tahun, kebutuhan
akan pemenuhan energi di semua sektor
pengguna energi secara nasional juga semakin besar. Selama ini kebutuhan energi
dunia dipenuhi oleh sumber daya tak terbarukan, seperti minyak bumi dan
batubara. Namun, tidak selamanya energi tersebut dapat mencukupi seluruh
kebutuhan
dalam jangka panjang. Cadangan energi
semakin lama semakin menipis dan proses produksinya membutuhkan waktu jutaan
tahun. Peningkatan pertumbuhan ekonomi serta populasi dengan segala
aktivitasnya akan meningkatkan kebutuhan energi di semua sektor pengguna
energi. Peningkatan kebutuhan energi tersebut harus didukung adanya pasokan
energi jangka panjang secara berkesinambungan, terintegrasi, dan ramah
lingkungan. Oleh karena itu perlu dicari langkah-langkah untuk mengurangi
maupun menggantikan pemakaian bahan bakar tersebut dengan bahan bakar
alternatif.
Indonesia sebagai
negara tropis memiliki berbagai jenis tanaman yang dapat dikembangkan sebagai
bahan baku untuk produksi energi alternatif untuk menggantikan bahan bakar
minyak, baik berupa bio-ethanol sebagaipengganti premium maupun bio-diesel
sebagai pengganti minyak solar. Biodiesel mempunyai sifat pembakaran yang sangat serupa dengan minyak
solar, sehingga dapat dipergunakan langsung pada mesin berbahan bakar minyak
solar tanpa mengubah mesin Biodiesel dapat dibuat dari bahan hayati yang ramah
lingkungan seperti:
kelapa sawit, jarak pagar, dan kacang
kedelai. Di samping Malaysia, Indonesia saat ini merupakan penghasil CPO
terbesar di dunia, sehingga dilihat dari kesiapan dalam penyediaan, CPO dari
kelapa sawit mempunyai potensi yang besar untuk dapat dimanfaatkan sebagai
bahan baku utama produksi biodiesel. Sumber yang lain seperti jarak pagar
potensinya relatif terbatas, karena sampai saat ini belum banyak dibudidayakan.
Biodiesel merupakan
bahan bakar metil ester asam lemak yang dihasilkan dari proses
transesterifikasi antara trigliserida dan metanol dengan bantuan katalis.
Biodiesel merupakan bahan bakar mesin diesel yang bahan bakunya berasal dari
minyak nabati ataupun hewani yang bisa diperbaharui. Biodiesel terdiri dari 11%
oksigen dan tidak mengandung belerang, sehingga penggunaan biodiesel pada mesin
diesel akan mengurangi hidrokarbon yang tidak terbakar, karbon monoksida dan
partikulat kasar seperti karbon dan debu. Penggunaan biodiesel dapat mengurangi
polusi udara. Biodiesel mempunyai gas buang lebih rendah dibandingkan dengan
solar, sehingga lebih ramah lingkungan
dan dapat mengurangi pemanasan global.
Pada
umumnya biodiesel disintesis dari ester asam lemak dengan rantai karbon antara
C6-C22. Minyak sawit merupakan salah satu jenis minyak nabati yang mengandung
asam lemak dengan rantai karbon C14-C20, sehingga mempunyai peluang untuk
dikembangkan sebagai bahan baku biodiesel. Biodiesel dibuat melalui proses
transesterifikasi dua tahap, dilanjutkan dengan pencucian, pengeringan dan
terakhir filtrasi, tetapi jika bahan baku dari CPO maka sebelumnya perlu
dilakukan esterifikasi.
Transesterifikasi
Proses
transesterifikasi meliputi dua tahap. Transesterifikasi I yaitu pencampuran
antara kalium hidroksida (KOH) dan metanol (CH30H) dengan minyak
sawit. Reaksi transesterifikasi I berlangsung sekitar 2 jam pada suhu 58-65°C.
Bahan yang pertama kali dimasukkan ke dalam reaktor adalah asam lemak yang
selanjutnya dipanaskan hingga suhu yang telah ditentukan. Reaktor
transesterifikasi dilengkapi dengan pemanas dan pengaduk. Selama proses
pemanasan, pengaduk dijalankan. Tepat pada suhu reactor 63°C, campuran metanol
dan KOH dimasukkan ke dalam reactor dan waktu reaksi mulai dihitung pada saat
itu. Pada akhir reaksi akan terbentuk metil ester dengan konversi sekitar 94%.
Selanjutnya produk ini diendapkan selama waktu tertentu untuk memisahkan
gliserol dan metil ester. Gliserol yang terbentuk berada di lapisan bawah
karena berat jenisnya lebih besar daripada metil ester. Gliserol kemudian
dikeluarkan dari reaktor agar tidak mengganggu proses transesterifikasi II.
Selanjutnya dilakukan transesterifikasi II pada metil ester.
Setelah
proses transesterifikasi II selesai, dilakukan pengendapan selama waktu
tertentu agar gliserol terpisah dari metil ester. Pengendapan II memerlukan
waktu lebih pendek daripada pengendapan I karena gliserol yang terbentuk
relatif sedikit dan akan larut melalui proses pencucian.
Pencucian
Pencucian
hasil pengendapan pada transesterifikasi II bertujuan untuk menghilangkan
senyawa yang tidak diperlukan seperti sisa gliserol dan metanol. Pencucian
dilakukan pada suhu sekitar 55°C. Pencucian dilakukan tiga kali sampai pH
campuran menjadi normal (pH 6,8-7,2).
Pengeringan
Pengeringan
bertujuan untuk menghilangkan air yang tercampur dalam metil ester. Pengeringan
dilakukan sekitar 10 menit pada suhu 130°C. Pengeringan dilakukan dengan cara
memberikan panas pada produk dengan suhu sekitar 95°C secara sirkulasi. Ujung
pipa sirkulasi ditempatkan di tengah permukaan cairan pada alat pengering.
Filtrasi
Tahap
akhir dari proses pembuatan biodiesel adalah filtrasi. Filtrasi bertujuan untuk
menghilangkan partikel- partikel pengotor biodiesel yang terbentuk selama
proses berlangsung, seperti karat (kerak besi) yang berasal dari dinding
reactor atau dinding pipa atau kotoran dari bahan baku. Filter yang dianjurkan
berukuran sama atau lebih kecil dari 10 mikron.
Karakterisasi Biodiesel
Untuk
penentuan kualitas biodiesel digunakan GC, FTIR, dan 1H-NMR. Pengolahan dan
beberapa kontaminan di analisis menggunakan High Perfomance Liquid
Chromatography. Spektroskopi 1H-NMR digunakan untuk menentukan hasil reaksi
transesterifikasi minyak dengan metanol.
GC digunakan untuk pemisahan, kualitifitas dan analisis asam lemak.
Analisi dengan GC dilanjutkan dengan Spektroskopi massa untuk mengetahui
fragmentasi asam kemak jenuh dan tak jenuh dan juga letak cabang yang ada dalam asam lemk tersebut.
Uji Karakter Biodiesel
Bahan
bakar diesel adlah fraksi minyak bumi yang mendidih sekitar 175-3700C
dan yang digunakan sebagai bahan bakar mesin diesel. Sifat-sifat bahan bakar
diesel adalah sebagai berikut:
1.
Densitas,
berat jenis dan gravitasi API
Densitas minyak adalah
massa minyak per satuan volume pada suhu tertentu. Berat jenis atau rapat
relatif minyak adalah perbandingan antara rapat minyak pada suhu tertentu
dengan rapat air pada suhu tertentu. Untuk minyak bumi suhu yang digunakan
adalah 150C. Gravitasi API (American
Petroleum Institite) yang sangat mirip dengan gravitasi Baume adalah
suatu besaran yang merupakan fungsi dari berat jenis.
2. Viskositas
Pada biodiesel viskositas menunjukkan kestabilan dari
biodiesel.semakin naik nilai viskositas dari biodiesel, stabilitas semakin
rendah.
3. Titik kabut
Titik kabut adalah suhu tertinggi dimana Kristal malam paraffin
akan terlihat sebagai kabut pada dasar tabung uji bila minyak didinginkan pada
kondisi tertentu. Titik kabut ditentukan dengan jalan mendinginkan sampel
minyak dan setiap penurunan suhu yang merupakan kelipatan 10C
diamati pada dasar tabung berbentuk kabut.
4. Titik tuang
Titik tuang adalah suhu terendah dimana minyak bumi dan
produknya masih dapat di tuang atau mengalir apabila didinginkann pada kondisi
tertentu. Titik tuang ditentukan dengan jalan mendinginkan sampel minyak dan
setiap penurunan suhu yang merupakan kelipatan 30C dilakukan uji
sifat alir sebagai titik padat.
5. Titik nyala
Titik nyala adalah suhu terendah dimana uap minyak bumi dan
produknya dalam campurannya dengan udara akan menyala jika dikenai nyala uji
pada kondisi tertentu. Titik nyala dilakukan dengan jalan memanaskan minyak
yang ditempatkan dalam cawan dengan kecepatan pemanasan yang tetap.
6. Sisa karbon
Sisa karbon adalah sisa karbon yang tertinggal setelah produk
minyak bumi di kenakan pirolisis yaitu pemanasan tanpa berkontak udara. Sisa
karbon ditentukan dengan jalan memanaskan dengan minyak yang telah diketahui
beratnya dalam krus tanpa berkontak dengan udara selama waktu tertentu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar