Google ads

Selasa, 08 September 2015

Analisis Kuantitatif Metoda Nelson Somogyi & Metoda Lowry

Analisis Kuantitatif Metoda Nelson Somogyi
Metode Nelson – Somogyi digunakan untuk menetukan kadar gula pereduksi. Penambahan reagen Nelson somogyi ini bertujuan untuk mereduksi kupri oksida menjadi kupro oksida yang mana K-Na-tartrat yang terkandung dalam reagen Nelson Somogyi berfungsi untuk mencegah terjadinya pengendapan kupri oksida. Setelah ditambahkan reagen Nelson somogyi, larutan yang berwarna biru sampai biru kehijauan tersebut dipanaskan 20 menit, tujuan dari pemanasan ini adalah untuk mempercepat proses reduksi kupri oksida menjadi kupro oksida. Lalu larutan didinginkan sampai 25˚ C supaya reaksi berjalan stabil, karena apabila terlalu panas kemungkinan akan ada komponen senyawa yang rusak atau habis menguap. Kemudian ditambahkan reagen arsenomolibdat, penambahan reagen arsenomolibdat ini bertujuan agar bisa bereaksi dengan endapan kupro oksida. Pada peristiwa ini kupro oksida akan mereduksi kembali arsenomolibdat menjadi molibdenum yang berwarna biru, warna biru inilah yang nantinya akan diukur absorbansinya dengan spektrometer. Hasil yang diperoleh, pada larutan standar semakin pekat konsentrasinya, warna yang dihasilkan setelah penambahan reagen arsenomolibdat adalah semakin hijau kebiruan pekat. Ditambahkan akuades pada masing-masing larutan standar agar larutan standar tidak terlalu pekat dan dapat terbaca absorbansinya (Rizky, 2011).

Analisis Kuantitatif Konsentrasi Protein Metoda Lowry
Uji ini merupakan salah satu metode pilihan untuk menentukan kadar protein dalam suatu bahan. Dalam keadaan basa, ion tembaga divalen (Cu2+) membentuk suatu kompleks dengan ikatan peptide yang mereduksi Cu2+ menjadi tembaga monovalen (Cu+). Ion Cu+ dan gugus radikal dari tirosin, triptofan, dan system bereaksi dengan pereaksi Folin untuk menghasilkan suatu produk yang tidak stabil yang mereduksi molibdenum atau tungsten blue. Protein akan bereaksi dengan pereaksi Folin-Ciocalteau membentuk senyawa kompleks yang berwarna (Bintang, 2010).
Pembentukan warna tersebut disebabkan adanya reaksi antara basa tembaga dengan sampel protein yang diuji. Intensitas warna yang terbentuk tergantung pada jumlah asam aromatik yang berbeda untuk setiap jenis protein. Perhitungan kadar protein dalam sampel dilakukan dengan membuat kurva standar nilai absorban terhadap kadar protein, kemudian kadar protein sampel diperoleh dengan menarik garis dari nilai absorban sampel terhadap kurva standar (Bintang, 2010).

Tidak ada komentar:

Google Ads