Laboratorium
kimia yang melaksanakan bentuk-bentuk pengujian melalui analisis secara kimiawi
identik dengan pengendalian mutu, berkaitan dengan kesesuaian spesifikasi uji
atau objek uji, dituntut untuk dapat menghasilkan data yang objektif dengan
akurasi dan presisi sebaik mungkin. Sebagai pengendali mutu yang data hasil
analisisnya terhadap objek uji dapat menjadi dasar kesimpulan terjadi atau
tidaknya penyimpangan spesifikasi objek.
Dalam
hal demikian, kemampuan laboratorium untuk mempertahankan konsistensi dan
mengontrol kinerjanya amat diperlukan demi memperoleh presisi serta akurasi
data yang akan menjadi bahan pertimbangan utama dalam penentuan kesesuaian
spesifikasi objek uji. Laboratorium pengujian dituntut untuk dapat menunjukkan
secara nyata kualitas kinerjanya, dengan seminimal mungkin kesalahan. Dengan
kata lain laboratorium pengujian harus dapat memberikan jaminan mutu hasil
pengujian pada pelanggan, melalui pemantauan, pemeliharaan, dan pengendalian
kualitas kinerja laboratorium tersebut.
Ada 2 faktor
penting yang menjadi perhatian dalam hal jaminan mutu hasil pemeriksaan, yaitu
:
1.
Akurasi atau
Ketelitian
Akurasi
pengukuran atau pembacaan adalah istilah yang sangat relatif. Akurasi
didefinisikan sebagai beda atau kedekatan (closeness)
antara nilai yang terbaca dari alat ukur dengan nilai sebenarnya. Dalam
eksperiman, nilai sebenarnya yang tidak pernah diketahui diganti dengan suatu
nilai standar yang diakui secara konvensional. Secara umum akurasi sebuah alat
ukur ditentukan dengan cara kalibrasi pada kondisi operasi tertentu dandapat
diekspresikan dalam bentuk plus-minus atau presentasi dalam skala tertentu atau
pada titik pengukuran yang spesifik. Semua alat ukur dapat diklasifikasikan
dalam tingkat atau kelas yang berbeda-beda, tergantung pada akurasinya. Sedang
akurasi dari sebuah sistem tergantung pada akurasi individual elemen pengindra
primer, elemen sekunder dan alat manipulasi yang lain.
Kecermatan
adalah kedekatan hasil uji antara hasil yang diperoleh dengan nilai yang
sebenarnya atau dengan nilai referensinya. Kecermatan menggambarkan kesalahan
sistematik dari suatu hasil pengukuran. Kecermatan dinyatakan sebagai persen
kembali analit yang ditambahkan dan nilai kecermatan dapat dinyatakan dengan
persen perolehan kembali (persen recovery)
(Wardani, 2012). Batasan uji perolehan
kembali (recovery) adalah sebesar
85-115 %. Adapun
dua cara dalam menentukan kecermatan suatu metode yaitu:
a.
Metode simulasi (standar sebagai sampel)
Dalam metode
simulasi sejumlah analit bahan murni diukur kadarnya terlebih dahulu (dengan
konsentrasi yang sudah diketahui), kemudian ditambahkan kedalam bahan campuran
pembawa sediaan lalu campuran diukur dan dianalisis, dan hasilnya dibandingkan
dengan kadar analit yang ditambahkan (kadar yang sebenarnya).
b.
Metode penambahan bahan baku (standar adisi)
Pada metode
penambahan baku, sejumlah analit bahan murni yang diketahui kadarnya
ditambahkan pada sampel yang telah mengandung analit, namun tidak diketahui
kuantitasnya. Matriks sampel yang telah mengandung analit juga dianalisis.
Selisih kedua hasil dibandingkan dengan kadar yang sebenarnya (Wardani, 2012).
2.
Presisi
Presisi
adalah istilah untuk menggambarkan tingkat kebebasan alat ukur dari kesalahan
acak. Jika pengukuran individual dilakukan berulang-ulang, maka sebran hasil
pembacaan akan berubah-ubah disekitar nilai rata-ratanya. Presisi tinggi dari
alat ukur tidak mempunyai implikasi terhadap akurasi pengukuran. Alat ukur yang
mempunyai presisi tinggi belum tentu alat ukur tersebut mempunyai akurasi
tinggi. Akurasi rendah dari alat ukur yang mempunyai presisi tinggi pada
umumnya disebabkan oleh bias dari pengukuran, yang bisa dihilangkan dengan
kalibrasi.
Pengendalian mutu SNI 6989.72:2009 dengan nilai BOD5
dari hasil perhitungan yang memenuhi batas keberterimaan pengendalian
mutu yaitu:
a)
Gunakan
bahan kimia pro analisis (p.a).
b)
Gunakan
alat gelas bebas kontaminan.
c)
Gunakan
alat ukur yang terkalibrasi atau terverifikasi.
d)
Dikerjakan
oleh analis/penguji yang kompeten.
e)
Gunakan
air bebas mineral yang bebas kontaminan, penurunan konsentrasi oksigen terlarut
maksimum < 0,4 mg/L selama 5 hari.
f)
Nilai
BOD5 larutan kontrol standar glukosa-asam glutamate berada pada
kisaran 198 ± 30,5 mg/L.
g)
Perbedaan
antara nilai replikasi (RPD) tidak lebih dari 30%.
Keseksamaan
adalah kedekatan hasil uji dengan cara memperoleh pengukuran dari berbagai
contoh yang homogen dalam kondisi yang normal. Keseksamaan adalah ukuran yang
menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil uji individu, diukur melalui
penyebaran hasil individual rata-rata jika prosedur ditetapkan secara berulang
pada sampel yang diambil dari campuran yang homogen. Pada umumnya nilai keseksamaan
dihitung menggunakan Standar
Deviasi
(SD) untuk menghasilkan Relative
Standard
Deviasion
(RSD) atau Coefisient
Variation
(CV). Keseksamaan yang baik dinyatakan dengan semakin kecil persen RSD maka
presisi semakin tinggi. Kriteria seksama juga diberikan jika metode memberikan
simpangan baku relative atau koefisien variasi 2% atau kurang dari RSD 15%. Makin kecil nilai SD maka makin kecil pula nilai CV yang di dapat (Wardani, 2012).
3. Kurva
kalibrasi atau linearitas
Kurva
kalibrasi menggambarkan hubungan antara respon detektor dengan konsentrasi
analit yang diketahui. Kurva kalibrasi didapat dengan menyuntik seri
konsentrasi standar, kemudian dibuat persamaan regresi linear antara
konsentrasi dengan respon detektor sehingga dapat diperoleh respon linear
terhadap konsentrasi larutan baku diharapkan mendekati 1 atau diatas 0,995. Rentang
konsentrasi standar dibuat berdasarkan perkiraan konsentrasi sampel yang akan
dianalisis. Pembuatan kurva kalibrasi harus mencakup satu blanko sampel (matriks tanpa baku dalam). (Mulyadi, 2011).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar