Google ads

Rabu, 12 Agustus 2015

Biodiesel


Biodiesel pertama kali dikenalkan di Afrika Selatan sebelum perang dunia ke II sebagai bahan bakar kendaraan berat. Bahan bakar nabati biodiesel merupakan kandidat kuat sebagai bahan alternatif pengganti bensin dan solar yang selama ini digunakan sebagai bahan bakar mesin diesel. Pemerintah Indonesia telah mencanangkan pengembangan dan implementasi bahan bakar tersebut, bukan hanya untuk menanggulangi krisis energi yang mendera bangsa namun juga sebagai salah satu solusi kebangkitan ekonomi masyarakat (Mardiansyah, 2012).
          Biodiesel adalah nama yang diberikan pada mono alkil ester dari asam lemak rantai panjang yang berasal dari minyak nabati atau hewani (Alkabbashi dkk, 2009). Biodiesel dapat diperoleh melalui reaksi transesterikasi trigliserida dan atau reaksi esterifikasi asam lemak bebas tergantung dari kualitas minyak nabati yang digunakan sebagai bahan baku. Transesterifikasi adalah proses yang mereaksikan trigliserida dalam minyak nabati atau lemak hewani dengan alkohol rantai pendek seperti methanol atau etanol menghasilkan metil ester asam lemak (Fatty Acids Methyl Esters/FAME) atau biodiesel dan gliserol (gliserin) sebagai produk samping. Katalis yang digunakan pada proses transeterifikasi adalah basa/alkali, biasanya digunakan natrium hidroksida (NaOH) atau kalium hidroksida (KOH). Esterifikasi adalah proses yang mereaksikan asam lemak bebas (FFA) dengan alkohol rantai pendek (metanol atau etanol) menghasilkan metil ester asam lemak (FAME) dan air. Katalis yang digunakan untuk reaksi esterifikasi adalah asam, biasanya asam sulfat (H2SO4) atau asam fosfat (H2PO4) ( Hikmah dan Zuliyana, 2010).
          Biodiesel dapat digunakan tanpa modifikasi ulang mesin diesel (Dharsono dan Oktari, 2010) karena biodiesel memiliki sifat pembakaran yang mirip dengan diesel (solar) dari minyak bumi (Mardiansyah, 2012). Selain itu, menurut (Nugraha, 2007) kelebihan yang dimiliki Biodiesel adalah ramah lingkungan, mudah digunakan, memiliki Cetane Number tinggi, memiliki daya pelumas yang tinggi, biodegradable, non toksik serta bebas dari sulfur dan bahan aromatik. Dibawah ini ada beberapa jenis tumbuhan yang dapat dijadikan sebagai sumber energi alternatif.
Tabel 2.2.1. Beberapa sumber minyak nabati sebagai bahan baku Biodiesel
Nama Lokal
Nama Latin
Sumber Minyak
Isi (% Berat Kering)
Jarak Pagar
Jatropha Curcas
Inti Biji
40-60
Jarak Kaliki
Riccinus Communis
Biji
45-50
Kacang Suuk
Arachis Hypogea
Biji
35-55
Kapok/Randu
Ceiba Pantandra
Biji
24-40
Karet
Hevea Brasiliensis
Biji
40-50
Kecipir
Psophocarpus Tetrag
Biji
15-20
Kelapa
Cocos Nucifera
Inti Biji
60-70
Kelor
Moringa Oleifera
Biji
30-49
Kemiri
Aleurites Moluccana
Inti Biji
57-69
Kusambi
Sleichera Trijuga
Sabut
55-70
Nimba
Azadiruchta Indica
Inti Biji
40-50
Saga Utan
Adenanthera Pavonina
Inti Biji
14-28
Sawit
Elais Suincencis
Sabut dan Biji
45-70 + 46-54
Nyamplung
Callophyllum Lanceatum
Inti Biji
40-73
Randu Alas
Bombax Malabaricum
Biji
18-26
Sirsak
Annona Muricata
Inti Biji
20-30
Srikaya
Annona Squosa
Biji
15-20
Sumber: Mardiansyah, 2012
          Suatu teknik pembuatan biodiesel hanya akan berguna apabila produk yang dihasilkannya sesuai dengan spesifikasi (syarat mutu) yang telah ditetapkan dan berlaku di daerah pemasaran biodiesel tersebut. Persyaratan mutu biodiesel di Indonesia sudah dibakukan dalam SNI-04-7182-2006, yang telah disahkan dan diterbitkan olah Badan Standarisasi Nasional (BSN) tanggal 22 Februari 2006 (Handayani, 2010).
Tabel 2.2.2. Persyaratan kualitas biodiesel menurut SNI-04-7182-2006
Parameter dan satuannya
Batas Nilai
Metode Uji
Metode setara
Massa jenis pada 400C, kg/m3

850 -890


ASTM D 1298
ISO 3675
Viskositas kinematik pada 400C, mm2/s (cSt)
2,3-6,0
ASTM D 445
ISO 3104
Angka Setana
Min 51
ASTM D 613
ISO 5156
Titik Nyala 0C
Min 100
ASTM D 93
ISO 2710
Titik Kabut 0C
Maks 18
ASTM D 2500
-
Korosi Bilah Tembaga (3 Jam, 50 OC
Maks no.3
ASTM D 130
ISO 2160
Residu karbon % berat
-          Dalam contoh asli
-          Dalam 10% ampas destilasi

Maks 0,05
Maks 0,03

ASTM D 4530

ISO 10370
Air dan Sedimen % vol
Maks 0,05
ASTM D 2709
-
Temperatur distilasi 90%, 0C
Maks 360
ASTM D 1160
-
Abu tersulfatkan % berat
Maks 0,02
ASTM D 874
ISO 3987
Belerang, ppm-b(mg/kg)
Maks 100
ASTM D 5453
PrEN IS) 20884
Fosfor,ppm-b (mg/kg)
Maks 10
AOCS Ca 12-55
FBI-A05-03
Angka Asam, mg-KOH/g
Maks 0,8
AOCS Cd 3-63
FBI-A01-03
Gliserol Bebas,%-berat
Maks 0,02
AOCS Ca 14-56
FBI-A02-03
Gliserol total, %- berat
Maks 0,24
AOCS Ca 14-56
FBI-A02-03
Kadar ester alkil, %-berat
Min 96,5
Dihitung*)
FBI-A03-03
Angka iodium, g-I2/ (100g)

AOCS Cd 1-25
FBI-A04-03
Uji halphen
Negatif
AOCS Cd 1-25
FBI-A06-03
Sumber : Handayani,2010

Tidak ada komentar:

Google Ads