Google ads

Jumat, 07 Agustus 2015

Adsorben


Berdasarkan struktur penyusunnya, adsorben dapat digolongkan menjadi dua, yaitu adsorben tak berpori (non porous adsorbent) dan adsorben berpori (porous adsorbent) (Atmoko, 2012).
Adsorben Tak Perpori
Adsorben tak berpori dapat diperoleh dengan cara presipitasi deposit kristalin  seperti  BaSO4  atau  penghalusan  padatan  kristal.  Luas  permukaan spesifiknya kecil, tidak lebih dari 10 m2/g. Umumnya luas pernukaan spesifiknya antara 0,1-1 m2/g. Bahan tak berpori seperti filer karet (rubber filler) dan karbon hitam bergrafit (graphitizied carbon blacks) adalah jenis adsorben tak berpori yang telah mengalami perlakuan khusus, sehingga luas permukaannya dapat mencapai ratusan m2/g (Atmoko, 2012).
Adsorben berpori
Luas permukaan spesifik adsorben berpori berkisar antara 10-100 m2/g. Biasanya  digunakan  sebagai  penyangga  katalis,  dehidrator  dan  penyeleksi komponen, umumnya berbentuk granular. Beberapa jenis adsorben berpori yang terkenal adalah : silika gel, alumina, karbon aktif, zeolit (molecular sieves), dan porous glasses (Atmoko, 2012).
Kebanyakan adsorben pada industri termasuk salah satu dari tiga kelas di bawah ini:
a. Senyawa  yang  mengandung  oksigen,  bersifat  hidrofilik  dan  polar, termasuk material seperti silika gel dan zeolit.
b. Senyawa berbasis karbon, bersifat hidrofobik dan non polar, termasuk material seperti karbon teraktivasi dan grafit.
c. Senyawa berbasis polimer, merupakan gugus fungsi polar dan non polar di dalam matriks polimer.
Kriteria kinerja adsorben dapat dilihat dari parameter berikut (Atmoko, 2012).
a.  Selektivitas tinggi
b.  Kapasitas adsorpsi besar
c.  Kinetika adsorpsi cepat
d.  Mudah diregenerasi
e.  Kekuatan mekanik tinggi
f.   Murah
Untuk mencapai kinerja diatas, adsorben harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
a.  Volume pori internal besar
b.  Luas permukaan besar
c.  Distribusi pori
d.  Ikatan adsorbat dan adsorben lemah (adsorpsi fisika)
e.  Stabil secara mekanik
f.   Bahan baku murah

Tidak ada komentar:

Google Ads