Berdasarkan struktur penyusunnya, adsorben
dapat digolongkan menjadi dua,
yaitu adsorben tak berpori (non porous adsorbent) dan adsorben berpori (porous adsorbent) (Atmoko,
2012).
Adsorben Tak Perpori
Adsorben tak berpori dapat diperoleh dengan
cara presipitasi deposit kristalin seperti BaSO4 atau
penghalusan padatan kristal.
Luas permukaan spesifiknya kecil, tidak lebih dari 10 m2/g.
Umumnya luas pernukaan spesifiknya antara 0,1-1 m2/g. Bahan tak
berpori seperti filer karet (rubber
filler) dan karbon hitam
bergrafit (graphitizied carbon blacks)
adalah jenis adsorben tak berpori yang
telah mengalami perlakuan khusus, sehingga luas permukaannya dapat mencapai ratusan m2/g (Atmoko,
2012).
Adsorben berpori
Luas permukaan spesifik adsorben berpori
berkisar antara 10-100 m2/g. Biasanya
digunakan sebagai
penyangga katalis, dehidrator
dan penyeleksi komponen, umumnya berbentuk granular.
Beberapa jenis adsorben berpori yang terkenal
adalah : silika gel, alumina, karbon aktif, zeolit (molecular sieves), dan porous glasses (Atmoko, 2012).
Kebanyakan
adsorben pada industri termasuk salah satu dari tiga kelas di bawah ini:
a. Senyawa
yang mengandung oksigen,
bersifat hidrofilik dan
polar, termasuk material seperti silika gel dan zeolit.
b. Senyawa berbasis karbon, bersifat hidrofobik
dan non polar, termasuk material seperti karbon
teraktivasi dan grafit.
c. Senyawa berbasis polimer, merupakan gugus
fungsi polar dan non polar di dalam matriks polimer.
Kriteria
kinerja adsorben dapat dilihat dari parameter berikut (Atmoko, 2012).
a. Selektivitas tinggi
b. Kapasitas adsorpsi besar
c. Kinetika adsorpsi cepat
d. Mudah diregenerasi
e. Kekuatan mekanik tinggi
f. Murah
Untuk mencapai kinerja
diatas, adsorben harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Volume pori internal besar
b. Luas permukaan besar
c. Distribusi pori
d. Ikatan adsorbat dan adsorben lemah (adsorpsi
fisika)
e. Stabil secara mekanik
f. Bahan baku murah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar