Unsur logam ditemukan
secara luas diseluruh permukaan bumi. Mulai dari tanah dan batuan, badan air bahkan lapisan atmosfer yang menyelimuti
bumi. Logam selalu digunakan oleh
manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sebagai bahan perlengkapan industri, perlengkapan rumah tangga sampai
bidang pertanian yang berbahan dasar
besi (Diliyana, 2008).
Istilah
logam biasanya diberikan kepada semua unsur-unsur kimia dengan ketentuan
atau kaidah-kaidah tertentu. Unsur logam dalam kondisi suhu kamar, tidak
selalu berbentuk padat melainkan ada yang berbentuk cair (Palar, 2004). Logam
adalah unsur- unsur kimia yang memiliki kemampuan sebagai penghantar listrik (konduktor) dan penghantar panas, memiliki rapatan
tinggi, dapat membentuk alloy dengan logam lain dan untuk logam
berbentuk padat dapat ditempa dan dibentuk. Di samping itu, semua unsur logam
baik logam padat maupun cair akan memberikan ion positif (+) apabila senyawanya
dilarutkan dalam air (Palar, 2004).
Logam
berat ialah benda padat atau cair yang mempunyai berat 5 gram atau
lebih untuk setiap cm3, sedangkan logam yang beratnya kurang dari 5
gram adalah
logam ringan. Logam berat berdasarkan kebutuhannya dibedakan menjadi logam essensial yaitu logam
yang bermanfaat seperti kobalt dalam tubuh makhluk hidup biasanya sebagai vitamin kobalamin (B12), mangan bersama-sama dengan Ca dan P membentuk sistem
tulang dan gigi sedangkan Se berperan dalam sistem enzim
glutasi peroksidase.
Sedangkan logam berat
non esensial merupakan logam yang
keberadaannya dalam tubuh organisme diketahui
manfaatnya seperti merkuri (Hg),
kadmium (Cd), timbal (Pb), Kromium (Cr) (Mulyanto, 1992).
Logam Berat Merkuri
Merkuri, ditulis dengan simbol kimia Hg yang berarti “perak cair” (liquid silver)
adalah jenis
logam sangat berat
yang berbentuk cair pada
temperatur kamar, berwarna putih-keperakan,
memiliki sifat konduktor
listrik yang cukup baik, tetapi sebaliknya memiliki sifat konduktor panas yang
kurang baik. Merkuri membeku pada temperatur -38.90C
dan mendidih pada temperatur 3570C. Merkuri
adalah unsur kimia sangat beracun (toxic), dapat bercampur
dengan enzim didalam tubuh manusia menyebabkan hilangnya kemampuan enzim untuk bertindak sebagai katalisator untuk fungsi tubuh yang penting. Logam Hg ini dapat
terserap kedalam tubuh
melalui saluran pencernaan dan
kulit. Karena sifat beracun dan cukup
volatil, maka uap merkuri
sangat berbahaya jika terhisap, meskipun dalam jumlah yang sangat kecil. Merkuri bersifat racun yang kumulatif, dalam arti sejumlah kecil merkuri yang terserap dalam tubuh dalam jangka waktu lama akan menimbulkan bahaya. Bahaya penyakit yang ditimbulkan oleh senyawa merkuri diantaranya adalah kerusakan rambut dan gigi, hilang daya ingat dan terganggunya sistem syaraf (Mirdat dkk, 2013).
sangat berbahaya jika terhisap, meskipun dalam jumlah yang sangat kecil. Merkuri bersifat racun yang kumulatif, dalam arti sejumlah kecil merkuri yang terserap dalam tubuh dalam jangka waktu lama akan menimbulkan bahaya. Bahaya penyakit yang ditimbulkan oleh senyawa merkuri diantaranya adalah kerusakan rambut dan gigi, hilang daya ingat dan terganggunya sistem syaraf (Mirdat dkk, 2013).
Merkuri
berwujud cair pada temperatur kamar, mudah menguap (tekanan gas/uapnya adalah
0,0018 mm Hg pada 25°C), terjadi pemuaian secara menyeluruh pada temperatur 396°C,
dapat melarutkan berbagai logam untuk membentuk alloy yang disebut juga amalgam (Mirdat dkk, 2013).
Logam ini dihasilkan
dari bijih sinabar,
HgS yang mengandung unsur merkuri
antara 0,1% - 4%.
Merkuri yang telah dilepaskan kemudian
dikondensasi, sehingga diperoleh logam cair murni. Logam cair inilah yang
kemudian digunakan oleh
manusia untuk bermacam-macam keperluan (Diliyana,
2008).
Logam merkuri atau air raksa mempunyai nama
kimia hydragyrum yang berarti perak cair. Logam merkuri dilambangkan dengan Hg.
Merkuri merupakan salah satu unsur logam transisi dengan golongan II B dan memiliki nomor atom 80,
memiliki bobot atom 200,59 adalah satu-satunya logam yang berbentuk cair.
Merkuri merupakan elemen alami oleh karena itu sering mencemari lingkungan. Kebanyakan
merkuri yang ditemukan dialam terdapat dalam gabungan dengan elemen
lainnya dan jarang ditemukan dalam bentuk elemen terpisah. Merkuri dan komponen-komponen
merkuri banyak digunakan oleh manusia untuk berbagai keperluan.
Sifat-sifat kimia dan fisik merkuri membuat logam tersebut banyak digunakan
untuk keperluan ilmiah dan industri (Diliyana, 2008).
Beberapa sifat tersebut adalah sebagai berikut:
a.
Merkuri merupakan satu-satunya logam yang berbentuk cair pada suhu
kamar (250C) dan mempunyai titik beku terendah dari semua logam yaitu -390C.
b.
Banyak logam yang larut dalam merkuri membentuk komponen yang
disebut amalgam (alloy).
c. Sifat kimia
yang stabil terutama di lingkungan sedimen.
d.
Mempunyai sifat yang mengikat protein, sehingga mudah terjadi biokonsentrasi pada tubuh
organisme air melalui rantai makanan.
e.
Mudah menguap dan
mudah mengemisi atau
melepaskan uap merkuri beracun walaupun
pada suhu ruang.
f. Pada fase padat berwarna abu-abu dan pada
fase cair berwarna putih perak.
g. Uap
merkuri diatmosfer dapat bertahan selama 3 bulan sampai 3 tahun sedangkan
bentuk yang melarut dalam air hanya bertahan beberapa minggu (Diliyana,
2008).
Merkuri
(Hg) dilepaskan sebagai uap yang kemudian mengalami proses kondensasi,
sedangkan gas-gas lainnya mungkin terlepas di atmosfer. Adapun bentuk merkuri di alam
antara lain;
a. Merkuri anorganik, termasuk logam merkuri
(Hg+) dan garam garamnya
seperti merkuri klorida (HgCl2) dan
merkuri oksida (HgO).
b. Merkuri
organik atau organomerkuri, terdiri
dari : pertama aril merkuri yang
mengandung hidrokarbon aromatik
seperti fenil merkuri
asetat. Kedua alkil merkuri yang mengandung hidrokarbon alifatik
dan merupakan merkuri yang paling beracun seperti metil merkuri,
etil merkuri. Ketiga alkosialkil merkuri
(R-O-Hg) (Sunu, 2001).
Merkuri
digunakan dalam berbagai
bentuk dan berbagai
keperluan, berdasarkan sifatnya yang logam, sifat cair, dan
rapatannya yang tinggi jadi merkuri
(Hg)/raksa banyak digunakan dalam thermometer, barometer pengatur tekanan
gas dan alat-alat listrik. Selain itu, senyawa merkuri juga digunakan dalam
pembuatan amalgam, cat, komponen listrik, baterai, ekstraksi emas dan perak,
gigi palsu, senyawa anti-karat, obat-obatan, dan pada bidang pertanian, senyawa
merkuri banyak di gunakan sebagai fungisida, dimana hal ini menjadi penyebab
yang cukup penting dalam proses keracunan merkuri pada organisme hidup (Palar, 2004).
Penyebaran Merkuri di Alam
Kadar
merkuri yang tinggi pada perairan umumnya diakibatkan oleh buangan industri dan akibat sampingan dari penggunaan senyawa-senyawa merkuri di
bidang pertanian. Merkuri di lingkungan mengalami siklus biogeokimia, yaitu siklus yang dipengaruhi oleh sifat biologi,
geologi, dan kimia yang terdapat di
alam. Siklus merkuri di lingkungan merupakan hasil dari aktivitas alami (geothermal) dan aktivitas
antropogenik (manusia). Aktivitas antropogenik yang utama adalah berasal dari pembakaran minyak dan
peleburan. Aktivitas-aktivitas tersebut
menghasilkan gas merkuri Hg+2 yang
dilepaskan ke atmosfer. Ketika
di atmosfer, gas merkuri dapat beredar sampai selama satu tahun. Unsur gas merkuri mengalami oksidasi
fotokimia menjadi merkuri anorganik yang bergabung dengan uap air dan masuk lagi ke permukaan bagi sebagian
hujan (Diliyana, 2008).
Merkuri
telah bercampur dengan air hujan mengendap pada sedimen dan badan
air. Pada sedimen, merkuri terakumulasi sampai terjadinya peristiwa kimia yang menyebabkan
muncul kembali. Dalam
air, merkuri anorganik
diubah menjadi merkuri sulfida tak terlarut yang terakumulasi pada
sedimen atau dapat pula diubah oleh bakteri yang memproses sulfat menjadi
metil merkuri. Metil merkuri hasil pemprosesan
bakteri dapat dikonsumsi
oleh organisme pada tingkatan lebih tinggi dalam rantai makanan
atau bakteri dapat melepaskan metil merkuri ke dalam air dimana dapat berikatan (menempel) pada plankton
yang juga dapat dikonsumsi
oleh organisme pada
tingkat yang lebih
tinggi, misalnya berlanjut pada ikan kecil, ikan besar sampai
akhirnya dimakan oleh manusia atau hewan lain. Kemungkinan lain, unsur
merkuri dan metil merkuri menguap, masuk kembali ke atmosfer dan beredar lagi
di lingkungan (Diliyana, 2008).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar