Arthritis adalah istilah umum untuk peradangan (inflamasi) dan
pembengkakan didaerah persendian. Gejala klinis yang sering adalah rasa sakit,
ngilu, kaku, atau bengkak di sekitar sendi
Arthritis dapat mempengaruhi bagian lain dari tubuh; menyebabkan rasa
sakit,kehilangan kemampuan bergerak dan
kadang bengkak. Beberapa tipe arthritis :
- Osteoarthritis (OA)
Merupakan penyakit sendi degeneratif yang
progresif dimana rawan kartilago yang melindungi ujung tulang mulai rusak,
disertai perubahan reaktif pada tepi sendi dan tulang subkhondral yang
menimbulkan rasa sakit dan hilangnya kemampuan gerak.
- Arthritis gout (pirai)
Arthritis jenis
ini lebih sering menyerang laki-laki.Biasanya sebagai akibat dari kerusakan
sistem kimia tubuh. Kondisi ini paling sering menyerang sendi kecil, terutama
ibu jari kaki. Arthritis gout hampir selalu dapat dikendalikan oleh obat dan
pengelolaan diet.
- Arthritis Rheumatoid (AR)
Merupakan penyakit autoimun, dimana pelapis
sendi mengalami peradangan sebagai bagian dari aktivitas sistem imun
tubuh.Arthritis rheumatoid adalah tipe arthritis yang paling parah dan dapat menyebabkan
cacat, kebanyakan menyerang perempuan hingga tiga
sampai empat kali daripada laki-laki.
- Ankylosing spondilitis
Tipe arthritis
yang menyerang tulang belakang. Sebagai akibatperadangan, ruas tulang punggung
tampak tumbuh menyatu.
- Juvenile arthritis (arthritis pada anak-anak)
Istilah umum bagi semua tipe arthritis yang menyerang anak-anak.
- Systemic Lupus Erythematosus (lupus)
Penyakit yang
dapat menyebabkan radang dan merusak sendi serta jaringan penyambung (connective
tissue) seluruh tubuh secara serius.
- Schleroderma
Penyakit yang
menyerang jaringan penyambung pada seluruh tubuh yang menyebabkan penebalan dan
pengerasan kulit
- Fibromyalgia
Rasa sakit yang
menyebar pada otot-otot dan menjalar ke tulang. Kebanyakan menyerang perempuan.
I. OSTEOARTHRITIS
1. 1. EPIDEMIOLOGI
Insidensi dan prevalensi Osteoarthritis (OA) bervariasi pada
masing-masing negara, tetapi data pada berbagai negara menunjukkan, bahwa
arthritis jenis ini adalah yang paling banyak ditemui, terutama pada kelompok
usia dewasa dan usia lanjut.3 Prevalensinya meningkat sesuai pertambahan usia.
Data radiografi menunjukkan bahwa OA terjadi pada sebagian besar usia lebih
dari 65 tahun, dan pada hampir setiap orang pada usia 75 tahun.2 OA ditandai
dengan nyeri dan kaku pada sendi, serta adanya hendaya keterbatasan gerakan.
- 1. 1 Prevalensi
Berdasarkan data
prevalensi dari National Centers for Health Statistics, diperkirakan
15.8 juta (12%) orang dewasa antara 25-74 tahun mempunyai keluhan sesuai OA.
Prevalensi dan tingkat keparahan OA berbeda-beda antara rentang usia dewasa dan
usia lanjut.2 Sebagai gambaran, 20% pasien dibawah 45 tahun mengalami OA tangan
dan hanya 8,5% terjadi pada usia 75-79 tahun.Sebaliknya, OA lutut terjadi
<0.1% pada kelompok usia 25-34 tahun, tetapi
terjadi 10-20% pada kelompok 65-74 tahun. OA lutut moderat sampai
berat dialami 33% pasien usia 65-74 tahun dan OA panggul moderat sampai berat dialami
oleh 50% pasien dengan rentang usia yang sama.Perempuan tua mempunyai
kemungkinan terkena OA lutut dan tangan dua kali lipat daripada laki-laki. OA
lutut menyerang perempuan kulit hitam dua kali lipat dibanding
kulit putih. OA panggul lebih sering menyerang Kaukasia dibanding
ras China, East Indian, dan Indian.Data di Indonesia, diketahui sekitar 56,7%
pasien di poliklinik Rheumatologi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta
didiagnosis menderita salah satu jenis OA.
- 1. 2 Insidensi
Insidensi OA panggul dan lutut mendekati 200 per 100.000 orang per
tahun. Insidensi OA panggul lebih banyak pada perempuan dibandingkan laki-laki,sedangkan
insidensi OA lutut antara perempuan dan laki-laki sama. Pada lakilaki insidensi
OA lutut dan panggul meningkat sesuai dengan pertambahan umur, tetapi pada
perempuan tidak berubah.
- 2 .ETIOLOGI
Beberapa faktor risiko
yang berperan dalam kejadian OA diantaranya adalah kadar estrogen rendah, kadar
insulin-like growth factor 1 (IGF-1) rendah, usia, obesitas, jenis
kelamin wanita, ras, genetik, aktifitas fisik yang melibatkan sendi yang
bersangkutan, trauma, tindakan bedah orthopedik seperti menisektomi, kepadatan
massa tulang, merokok, endothelial cell stimulating factor dan
diabetes mellitus. Usia dan jenis kelamin wanita merupakan faktor risiko utama
terjadinya OA, terutama pada lutut. The First National Health and
Nutritional Examination Survey (HANES I) di Inggris memperlihatkan,
bahwa obesitas, ras, dan pekerjaan
mempunyai korelasi terhadap terjadinya OA lutut. Framingham dan
kawan-kawan secara tidak sengaja menemukan efek protektif merokok terhadap
kejadian OA lutut. Temuan tersebut ternyata tetap konsisten meskipun telah
dilakukan penyesuaian terhadap usia, jenis kelamin, berat badan, derajat
keparahan penyakit, riwayat trauma atau operasi lutut, olah raga, tingkat
aktifitas fisik, konsumsi alkohol ataupun kopi. Sedangkan
penelitian Cooper C memperlihatkan, bahwa aktifitas fisik yang berulang-ulang
atau beberapa jenis pekerjaan tertentu akan menimbulkan proses OA pada lutut. Secara
garis besar terdapat dua hal yang berperan dalam proses patogenesis OA, yaitu biomechanical
dan biochemical insults. Kedua proses tersebut mengakibatkan terpicunya berbagai proses
reaksi enzimatik seperti dikeluarkannya enzim proteolitik atau kolagenolitik
oleh khondrosit yang dapat menghancurkan matriks rawan sendi. Dengan perkataan
lain, etiopatogenesis OA masih belum jelas apakah karena keausan sendi akibat
proses penuaan ataupun proses degeneratif, atau peran faktor lain seperti
proses inflamasi kronik ? Meski berlainan proses kejadian OA pada sendi penumpu
berat badan atau bukan, nyatanya ada kesamaan akibat yang ditimbulkannya, yakni
kerusakan rawan sendi.
Dasar utama
konsep degenerasi pada patogenesis OA adalah proses wear and tear, yaitu
kerusakan sendi yang diikuti perbaikan sebagai respons tulang subkhondral
yang tampak berupa pembentukan osteofit atau spur. Konsep ini umumnya
dikaitkan dengan faktor risiko usia dan beban biomekanik pada sendi tanpa
mengabaikan proses inflamasi yang terjadi secara bersamaan. Teoritis, proses
perbaikan tersebut dapat dideteksi melalui pengukuran 2,6-dimethyldifuro-8-pyrone
(DDP) yang merupakan petanda mutakhir degradasi rawan sendi. Selain
itu, tampak peningkatan granulocyte macrophage-colony
stimulating factor (GMCSF) yang berperan pada metabolisme khondrosit.
Sedangkan efusi yang terjadi pada beberapa kasus OA berkaitan dengan peran
sinovium yang berfungsi dalam sintesis cairan sendi. Perbedaan lain yang
ditunjukkan konsep degenerasi adalah dalam hal mengatasi nyeri pada OA. Baik
terapi non-farmakologik seperti terapi fisik dengan pemanasan atau terapi
latihan, maupun pemberian obat-obatan (analgetik atau NSAIDs) secara
sendiri-sendiri ataupun kombinasi seringkali sudah mencukupi untuk mengatasi
rasa nyeri. Sebaliknya, apabila proses inflamasi menjadi dasar patogenesis OA,
tentu respons terhadap analgetik seperti paracetamol tidak akan sebaik NSAIDs.
Nyatanya meski tanda-tanda inflamasi jelas terlihat, tetapi tidak semua NSAIDs
memberikan respons yang baik dalam mengatasi rasa nyeri pada OA tersebut.
Di sisi lain,
konsep inflamasi pada patogenesis OA didasari oleh banyaknya bukti respons
inflamatif baik akut ataupun kronik. Salah satu petanda respons inflamasi akut
adalah peningkatan C-reactive protein (CRP). Peningkatan jumlah lekosit dalam
cairan sendi, kadar protein rendah dan buruknya viskositas, serta adanya sebukan
sel radang pada sinovium merupakan bukti kuat yang menunjang teori inflamasi
pada patogenesis OA. Selanjutnya, inflamasi akan memicu rangkaian enzimatik
seperti peningkatan enzim metaloproteinase (MMP), kolagenase yang diinduksi
interleukin-1 (IL-1) yang kelak mengakibatkan kerusakan rawan sendi. Produksi
IL-1 dipicu oleh tumor necrotizing factor-α (TNF-α) yang dapat merusak matriks
dan menghambat sintesis matriks.
Beberapa tipe OA antara lain :
- OA inflamatif,
Mempunyai
manifestasi inflamasi yang sangat menonjol, seringkali dijumpai efusi sendi.
- OA noda,
Yaitu suatu bentuk OA yang disertai
nodus-nodus. DISH (diffuse idiopathic skeletal hyperosthosis); varians
dari OA.
- OA sekunder,
Yakni OA
yang terkait penyakit lainnya.
1.
3 Faktor Risiko
1.
Obesitas
OA panggul, lutut, dan tangan sering
dihubungkan dengan peningkatan berat badan. Obesitas merupakan penyebab yang
mengawali OA, bukan sebaliknya bahwa obesitas disebabkan immobilitas akibat
rasa sakit karena OA. Pembebanan lutut dan panggul dapat menyebabkan kerusakan
kartilago, kegagalan ligamen dan dukungan struktural lain. Setiap penambahan
berat +½ kg, tekanan total pada satu lutut meningkat sebesar +1–1½ kg.4 Setiap penambahan
1 kg meningkatkan risiko terjadinya OA sebesar 10%. Bagi orang yang obes,
setiap penurunan berat walau hanya 5 kg akan mengurangi fakor risiko OA di
kemudian hari sebesar 50% .
2.
Okupasi, olahraga, trauma
Hubungan antara okupasi dengan
risiko terserang OA tergantung dari tipe dan intensitas aktivitas fisiknya.
Aktivitas dengan gerakan berulang atau cedera akan meningkatkan risiko
terjadinya OA. Aktivitas fisik dengan tekanan berulang pada tangan atau tubuh
bagian bawah akan meningkatkan risiko OA pada sendi yang terkena tekanan. Yang
menarik adalah pada pelari jarak jauh mempunyai risiko terjadinya OA tidak
lebih besar. Umur pada saat cedera akan mempengaruhi peningkatan risiko OA.
Cedera ligamen pada manula cenderung menyebabkan OA berkembang lebih cepat dibanding
orang muda dengan cedera yang sama.
3. Genetik
Faktor keturunan mempunyai peran
terhadap terjadinya OA. Sinovitis yang terjadi acapkali dihubungkan dengan
adanya mutasi genetik, yaitu gen Ank. Gen tersebut berkaitan dengan
peningkatan pirofosfat intraselular dua kali lipat, dimana deposit pirofosfat
diyakini dapat menyebabkan sinovitis. Pengaruh faktor genetik mempunyai
kontribusi sekitar 50% terhadap risiko terjadinya OA tangan dan panggul, dan
sebagian kecil OA lutut.
4.
Nutrisi
Fakta menunjukkan bahwa paparan
terhadap oksidan bebas secara terus menerus dalam jangka waktu lama berkontribusi
terhadap berkembangnya penyakit yang berkaitan dengan penuaan (penyakit
degeneratif), termasuk OA. Karena antioksidan dapat memberikan perlindungan
terhadap kerusakan jaringan, maka asupan tinggi dari antioksidan dipostulasikan
dapat melindungi pasien terhadap OA.
Metabolisme normal dari tulang
tergantung pada adanya vitamin D. Kadar vitamin D yang rendah di jaringan dapat
mengganggu kemampuan tulang untuk merespons secara optimal proses terjadinya OA
dan akan mempengaruhi perkembangannya. Kemungkinan Vitamin D mempunyai efek
langsung terhadap kondrosit di kartilago yang mengalami OA, yang terbukti
membentuk kembali reseptor vitamin D.
5.
Hormonal
Pada kartilago terdapat reseptor
estrogen, dan estrogen mempengaruhi banyak penyakit inflamasi dengan merubah
pergantian sel, metabolisme, dan pelepasan sitokin. Perempuan
perimenopause rupanya lebih cenderung menderita arthritis inflamatorik. Ini
memberi kesan bahwa estrogen berperan dalam osteoarthritis. Tampaknya perempuan
yang mendapat estrogen replacement therapy mempunyai kemungkinan
menderita osteoarhtritis lebih kecil daripada yang
tidak,
Tabel
1. Faktor Risiko untuk OA
Dapat
dirubah
|
Potensial
dapat dirubah
|
Tidak
dapat dirubah
|
Kegemukan/
obesitas
|
Trauma
|
Umur
|
Kelemahan
otot
|
Berkurangnya
proprioception
|
Jenis
kelamin
|
Aktifitas
fisik berat
|
Biomekanik
sendi yang jelek
(mis.
kelemahan sendi/laxity)
|
Keturunan
|
Tidak
aktif
|
Kongenital
|
- 3.1 Hubungan antara Osteoarthritis dengan Osteoporosis
Terdapat hubungan terbalik antara
osteoarthritis dan osteoporosis. Pada penderita OA, perempuan maupun laki-laki
mengalami peningkatan kepadatan mineral tulang pada beberapa tempat di tulang
kerangka. Hubungan tersebut timbul karena kondisi kedua penyakit diatas
sama-sama dipengaruhi oleh berat badan. Orang gemuk mempunyai densitas tulang
yang lebih tinggi, tetapi juga meningkatkan risiko terjadinya OA. Walaupun
pasien OA umumnya berisiko
rendah
terhadap osteoporosis, mereka tidak terlindungi dari retak tulang. Pasien OA
tubuhnya tidak stabil dan cenderung mudah jatuh. Dengan demikian meskipun
kepadatan tulangnya cukup tinggi, risiko terjadinya fraktur sama dengan pasien
osteoporosis.
- 4 PATOFISIOLOGI
Osteoarthritis
adalah penyakit sendi yang paling sering mengenai rawan kartilago. Kartilago
merupakan jaringan licin yang membungkus ujung-ujung tulang persendian.
Kartilago yang sehat memungkinkan tulang-tulang menggelincir sempurna satu sama
lain. Selain itu kartilago dapat menyerap renjatan (shock) dari gerakan
fisik. Yang terjadi pada penderita OA ialah sobek dan ausnya lapisan permukaan kartilago.
Akibatnya tulang–tulang saling bergesekan, menyebabkan rasa sakit, bengkak, dan
sendi dapat kehilangan kemampuan bergerak. Lama kelamaan sendi akan kehilangan
bentuk normalnya, dan osteofit dapat tumbuh di ujung
persendian.
Sedikit dari
tulang atau kartilago dapat pecah dan mengapung di dalam ruang persendian.
Akibatnya rasa sakit bertambah, bahkan dapat memperburuk keadaan.
Manifestasi klinik yang timbul adalah penderita osteoarthritis
akan merasakan sakit di persendian dan memiliki keterbatasan gerak. Tidak
seperti arthritis yang lain, OA hanya mempengaruhi persendian dan tidak
mempengaruhi organ lain. Sebagai contoh Arthritis Rheumatoid dapat mempengaruhi
organ lain selain
sendi. Kurangnya aktifitas fisik dikenal sebagai faktor risiko
untuk banyak penyakit pada
populasi manula dan peningkatan aktifitas fisik pada pasien OA
akan menurunkan
morbiditas dan mortalitas.
Bukti klinik
menunjukkan bahwa kelemahan otot kuadrisep merupakan faktor
risiko terjadinya OA lutut yang dapat berakibat inaktivitas. Dan
inaktivitas meningkatkan morbiditas yang berkaitan dengan beberapa penyakit
kronis seperti diabetes melitus, penyakit cerebrovascular, penyakit jantung
koroner, gagal jantung kongestif, depresi, osteoporosis dan juga obesitas.
Klasifikasi OA :
- Primer (idiopatik) OA
Tipe paling umum,
tanpa penyebab yang jelas,
Lokalisasi OA Mempengaruhi
satu atau dua sendi
General OA Mempengaruhi tiga
atau lebih sendi
Erosif OA Menggambarkan
adanya erosi dan tanda proliferasi di proksimal dan distal sendi interfarangeal
tangan
- Sekunder OA
Penyebab
diketahui,
Trauma (akut/kronis)
Gangguan sendi
Gangguan metabolik sistemik
atau gangguan endokrin dan beberapa gangguan
lain
Memahami
fisiologi artikular kartilago melampaui teori wear-and-tear. Teori teori
terdahulu terkesan bahwa pada sendi yang mengalami OA, kartilago tererosi
secara pasif. Padahal kenyataannya adalah terjadi peningkatan aktivitas metabolik
yang tampak sebagai suatu respons perbaikan akibat perusakan sendi yang sedang
berlangsung. Perubahan
pada sendi OA merefleksikan proses kompensasi untuk memelihara fungsi sendi
dalam menghadapi perusakan.
- 4.1 Dasar Osteoarthritis: Persendian dan Bagiannya
Sendi adalah bagian dari tubuh di
mana dua tulang atau lebih bersatu dalam suatu
koordinasi
antara otot, tendon, ligamen, cartilage. Otot diikat pada tulang dengan tendon
(jaringan yang fleksibel, seperti tali berserabut). Otot menciptakan gerakan pada
sendi, dan juga membantu menstabilkan sendi. Cartilage artikular yang licin menyelubungi
tulang di sendi dan membantu gerakan yang bebas gesekan, sedangkan penutup
kartilago membantu meredam hentakan. Seluruh sendi dikelilingi oleh sarung yang
kuat dari bahan berserat dinamakan kapsul sendi. Lapisan sinovial dari kapsul
sendi mengeluarkan cairan sangat sedikit, yang berfungsi sebagai lubrikan
sendi. Selain itu beberapa sendi (seperti bahu dan lutut) mempunyai kantong
bursa (bursae), kantung kecil berisi cairan yang berfungsi sebagai bantalan
sendi dan mengurangi gesekan.
Tubuh manusia mempunyai berbagai
macam sendi, dari ”engsel” yang sederhana
seperti
siku sampai yang sangat kompleks seperti panggul dan bahu, yang dapat digerakkan
ke segala arah. Selain itu beberapa sendi harus mampu menahan beban dan tekanan
yang besar, seperti sendi lutut yang harus menopang berat seluruh tubuh.
Selanjutnya, tekanan pada lutut berlipat ganda saat kita berlari, naik tangga, atau
berjalan pada permukaan yang tidak rata.
Sendi
terdiri dari:
- Kartilago:
Lapisan yang keras tetapi licin,
terdapat pada ujung setiap tulang.
Kartilago mempunyai sifat viskoelastis
yang memberikan lubrikasi pada gerakan, meredam hentakan pada gerakan cepat dan
pendukung beban.
Fungsi utama kartilago
:
·
Memungkinkan bergerak dalam rentang
gerakan yang dibutuhkan
·
Mendistribusikan beban ke semua jaringan
sendi, dengan demikian dapat mencegah kerusakan sendi.
·
Menstabilkan sendi selama digunakan.
Kartilago merupakan jaringan avaskular,
aneural, dan alimpatik. Karena kartilago avaskular, maka kondrosit diberi nutrisi
oleh cairan sinovial. Dengan adanya gerakan siklis dan pembebanan sendi,
nutrisi mengalir ke dalam kartilago, sedangkan imobiliasi, akan
mengurangi suplai nutrisi. Kartilago mudah dikompresi, dan akan kehilangan
tinggi normal sebanyak 40% apabila diberi beban. Kompresi meningkat pada area
kontak dan meneruskan tekanan lebih merata ke tulang, tendon, ligamen dan
otot.2
Kartilago terdiri dari 65-80% air.
Komponen lain yang membangun jaringan kartilago adalah : kolagen, proteoglikan,
dan kondrosit.
- Kolagen
Protein berserabut. Kolagen juga
merupakan unsur dari kulit, tendon, tulang dan jaringan penyambung lainnya.
- Proteoglikan
Kombinasi dari protein dan gula.
Untaian proteoglikan dan kolagen membentuk anyaman seperti jala. Ini
memungkinkan kartilago melentur dan menyerap hentakan fisik. Proteoglikan
berkombinasi dengan molekul hialuronat di dalam agregat yang hidrofilik dan
anionik, yang menjaga kandungan air agar tetap tinggi di dalam kartilago.
- Kondrosit
Sel yang ada di seluruh kartilago.
Memelihara kartilago tetap sehat dan tumbuh. Kondrosit mengendalikan
kartilago terus menerus dengan me-remodel secara biokimia dan struktur. Kadang
kondrosit melepaskan enzim yang dapat merusak kolagen dan protein lain.
- Kapsul Sendi
Kantung membran yang liat yang mengikat
semua tulang dan bagian
persendian
lainnya menjadi satu.
- Sinovium
Membran tipis di dalam kapsul sendi.
- Cairan Sinovial
Cairan lubrikasi sendi yang menjaga
agar kartilago tetap licin dan
sehat.
- Ligamen, tendon, dan otot
Jaringan yang
menjaga tulang agar stabil, dan memungkinkan persendian menekuk dan bergerak. Ligamen
sifatnya liat, jaringan seperti tali yang menghubungkan tulang satu dengan
lainnya.Tendon liat, seperti tali berserabut yang menghubungkan otot dengan
tulang. Otot adalah ikatan dari sel-sel khusus yang bila distimulasi saraf akan
berkontraksi menghasilkan gerakan.
- 4.2 . Perubahan Patologi
Kartilago sendi biasanya licin,
mengkilat, dan basah; pada sendi sehat, kartilago melindungi permukaan yang
bergerak satu sama lain dengan gesekan sekecil mungkin, seperti “gelas dengan
gelas”. Kartilago biasanya menyerap nutrisi dan cairan seperti spons, dan ini
dapat mempertahankan kartilago tetap sehat dan licin. Pada OA, kartilago tidak
mendapatkan nutrisi dan cairan yang dibutuhkan. Lama-kelamaan kartilago dapat
mengering dan retak, bukannya membuat gerakan halus sepeti “gelas pada gelas “,
kartilago yang kasar bergerak sepert kertas amplas dengan kertas amplas lain.
Pada kasus yang ekstrim habisnya kartilago menyebabkkan terjadinya kontak
antara tulang dengan tulang. Rasa sakit pada OA tidak ada hubungannya dengan
rusaknya kartilago tetapi timbul karena aktivasi dari nosiseptif ujung-ujung
saraf di dalam sendi oleh iritan mekanis ataupun kimiawi. Nyeri pada OA dapat
karena penggelembungan dari kapsul sinovial oleh peningkatan cairan sendi,
mikrofaktur, iritasi
periosteal,
atau kerusakan ligamen, sinovium, atau meniskus.
- 4.3 Bagian tubuh yang sering terkena OA
OsteoArthritis
sering terjadi di ujung jari tangan, ibu jari, leher, punggung
bawah,
lutut dan panggul
1.
5
MANIFESTASI KLINIK OA
Umur:
Biasanya manula
Gender:
Umur <45 lebih banyak laki-laki2
Umur >45 lebh banyak perempuan 2
Simtom
ü rasa
nyeri, dalam, ngilu sakit kalau
digerakkan
ü kaku
pada sendi yang terkena
· sembuh
bila digerakkan, kambuh dengan diistirahatkan (fenomena gelling)
· biasanya < 30 menit lamanya
· Sering dipengaruhi oleh cuaca
· Gerakan
sendi yang terbatas
· Dapat
mengakibatkan keterbatasan aktivitas sehari-hari.
· ketidak stabilan pada sendi penyangga beban
Tanda, riwayat, pemeriksaan fisik
ü Monoartikular
atau oligoartikular
·
asimetrik
ü Tangan
·
sendi distal interfalangeal
Heberden’s nodes
(osteofit atau pembesaran tulang). Muncul knopknop
kecil
di ujung atau di tengah sendi jari tangan, atau di ujung sendi ibu jari (Heberden’s nodes). Jari
tangan dapat membesar, sakit kaku dan kebal. Knop
serupa dapat timbul di sendi tengan dari jari
ü Sendi
proksimal interfalangeal
·
Bouchard’s nodes (osteofit)
·
Dasar dari ibu jari juga dapat terkena
OA.
·
Kadang knop ini berwarna merah, hangat,
bengkak, dan nyeri, biasanya akibat dari trauma
ü Sendi
pertama carpometacarpal
·
osteofit memberikan kesan kelihatannya
tangan berbentuk persegi.
·
OsteoArthritis di jari tangan adalah
tipe yang penyebabnya kemungkinan karena faktor turunan.
·
Penderita perempuan lebih banyak (10
kali) dibanding laki-laki,terutama muncul setelah menopause.
·
OA di tangan dapat dibantu dengan obat, bidai
atau denga pemanasan
ü Lutut
·
Lutut adalah sendi utama penahan berat
badan. Sebab itu lutut paling sering terkena OA.
·
Gejala: kaku, bengkak, sakit dan
krepitus, sehingga mengakibatkan kesulitan untuk berjalan, menaiki tangga,
bangkit serta duduk dll.
·
Bila tidak diobati, OA di lutut dapat
mengakibabatkan cacat.
·
Obat-obat, penurunan berat badan,
olahraga, dan alat penyangga dapat mengurangi rasa sakit.
·
Pada kondisi yang parah, dapat dilakukan
bedah lutut.
ü Panggul.
·
Yang terasa sakit adalah daerah lipat
paha, panggul, dan bokong; sakit pada saat aktivitas menyangga beban
·
Kaku terutama sesudah istirahat
·
Gerakan sendi terbatas.
·
Penyangga seperti tongkat, walkers, dapat
mengurangi tekanan di panggul.
·
Obat-obat, penyangga, olahraga dapat membantu
mengurangi rasa
sakit dan meningkatkan
gerakan.
·
Pada kondisi yang parah, dapat dilakukan
bedah panggul
ü Tulang
belakang.
·
Yang paling sering terkena adalah tulang
belakang L3 dan L4.
·
Kaku dan nyeri di leher atau tulang
belakang bagian bawah dapat
disebabkan
karena OA di tulang belakang
·
Lemas atau kebal di lengan dan kaki
·
Beberapa orang merasa lebih nyaman bila tidur
di kasur yang keras atau
duduk
dengan memakai bantal penyangga
·
Disamping nyeri, keterbatasan gerak, dan
kompresi akar saraf berpotensi untuk timbulnya komplikasi
ü Kaki.
·
Terutama sendi metatarsofalangeal
·
Pemeriksaan Fisik
ü Observasi
pada pemeriksaan sendi.
·
Proliferasi tulang, kadang-kadang radang
sinovium
·
Peka terhadap sentuhan
·
Krepitus
·
Atrofi otot
·
Keterbatasan gerak pasif maupun aktif
·
Perubahan bentuk
ü Evaluasi
radiologi .
·
Awal OA ringan, Sering belum terlihat
perubahan gambaran radiologi
·
OA moderat, jarak sendi menyempit, Osteofit marginal
·
OA lanjut, sendi bengkok, efusi
ü Cairan
sinovial.
·
Sangat kental
·
Leukositosis ringan (<2000 sel/mm)
ü Nilai
laboratorium.
·
Tidak ada test yang spesifik
·
Laju Endap Darah normal
Bila terdapat beberapa sendi yang
dikeluhkan atau ada simtom sistemik, maka harus
dipertimbangkan
kemungkinan suatu bentuk Arthritis lain atau penyakit jaringan penyambung.
Nyeri karena bursitis, tendinitis atau nyeri otot akan membuat diagnosis lebih
sulit.
- 6 . DIAGNOSIS
Diagnosis OA
sederhana dikerjakan dengan menggali riwayat pengobatan
pasien, pemeriksaan fisik, dan temuan radiologi.
Sasaran Diagnosis:
• Membedakan antara Arthritis primer dan sekunder
• Menegaskan sendi yang mana yang terkena, keparahannya dan
respons terhadap terapi
sebelumnya, menjadi
dasar pengobatan selanjutnya.
- 7 PROGNOSIS
Prognosis pasien
dengan OA primer bervariasi dan tergantung sendi mana yang terkena. Bila yang
terkena adalah sendi penyangga beban atau tulang belakang maka kemungkinan
terjadi morbiditas dan cacat. Pada OA sekunder, prognosis penyakit tergantung
pada penyebabnya. Pengobatan OA dilakukan dengan menghilangkan rasa nyeri atau
mencegah perkembangan penyakit, tetapi tidak dapat mengembalikan kerusakan yang
sudah ada pada kartilago artikular.
- 8 TERAPI
Penatalaksanaan
pasien OA dimulai dengan dasar diagnosis dari anamnesis yang cermat,
pemeriksaan fisik, temuan radiografi, penilaian sendi yang terkena. Pengobatan
harus direncanakan sesuai kebutuhan individual. Tujuan terapi adalah :
1. menghilangkan rasa nyeri dan kekakuan
2. menjaga atau meningkatkan mobilitas sendi
3. membatasi kerusakan fungsi
4. mengurangi faktor penyebab
Sasaran penatalaksanaan adalah:
- mempertahankan dan meningkatkan kualitas hidup
Terapi
farmakologis untuk penatalaksanaan rasa nyeri, paling efektif bila dikombinasikan
dengan strategi terapi non farmakologis. Terapi non farmakologis adalah dasar
dari rencana asuhan kefarmasian untuk OA, harus dilaksanakan untuk semua pasien
dan dimulai sebelum atau bersama-sama dengan analgesik sederhana seperti
parasetamol. Komunikasi antara pasien, klinisi, dan farmasis merupakan faktor
yang penting dalam penatalaksanaan rasa nyeri; hasil
terapi terbaik dapat dicapai dengan aliansi pihak-pihak ini.
Pendekatan secara umum:
Terapi untuk
setiap pasien OA tergantung dari distribusi dan keparahan sendi yang
terlibat, penyakit lain yang menyertai, obat-obatan lain yang
dipakai, dan alergi. Penatalaksanaan setiap individu dengan OA dimulai dengan
edukasi pasien, terapi fisik, pengurangan berat badan atau pemakaian alat bantu
- 8.1 Terapi Non Farmakologis untuk OA
• Edukasi pasien
• Terapi Fisik, okupasional, aplikasi dingin/panas
• Latihan Fisik
• Istirahat dan merawat persendian
• Penurunan berat badan
• Bedah (pilihan terakhir)
• Akupunktur
• Biofeedback
• Cognitive Behavioural Therapy
• Hipnosis
• Teknik relaksasi (yoga dan meditasi) dll
- 8.1.1.Edukasi Pasien
Edukasi pasien,
keluarga pasien, teman, adalah bagian integral dari penatalaksanaan
OA. Pasien harus didorong untuk berpartisipasi dalam
program-program yang ada misalnya:
• Program edukasi pasien
• Program self-management
• Kelompok pendukung Arthritis dsb
Dalam studi-studi
ternyata pasien yang berpartisipasi akan mengalami penurunan rasa
nyeri, penurunan frekuensi kunjungan ke dokter, peningkatan
aktivitas fisik, dan peningkatan kualitas hidup. Pasien didorong untuk
membaca brosur, pamflet, buku panduan dan melakukan
konseling tentang OA yang di dapat dari perkumpulan penderita OA,
internet dan dari
mana saja.
Dalam program ini pasien belajar memahami OA :
• Proses penyakit
• Prognosis
• Pilihan terapi
• Perubahan paradigma: bahwa OA dianggap sebagai penyakit yang
tidak dapat
dihindari, merupakan
proses penuaan
Selain itu
belajar mengurangi rasa sakit, latihan fisik dan relaksasi, komunikasi dengan
staf kesehatan, dan pemecahan masalah, dapat menghadapi secara fisik, emosi dan
mental, mempunyai kendali lebih baik terhadap OA, meningkatkan percaya diri untuk
hidup aktif dan mempunyai hidup yang tidak tergantung orang lain. Hasil studi menegaskan
bahwa konsep peningkatan komunikasi dan edukasi adalah factor penting untuk
mengurangi rasa nyeri dan meningkatkan fungsi pada pasien OA, selain itu bahwa
program ini menguntungkan untuk jangka panjang.
- 8.1.2 Body, Mind, Spirit
Untuk menjadi
sehat dibutuhkan perhatian khusus dari tubuh, pikiran dan spiritual.
Untuk menjadi sehat juga membutuhkan sikap mental yang positip.
Pasien harus memutuskan untuk berbuat semaksimal mungkin bila tantangan OA
terjadi. Untuk menjadi sehat bukan datang begitu saja. Membutuhkan upaya,
setiap hari dan dengan sikap hidup yang baik, hal ini akan tercapai.
- 8.1.3 Terapi Fisik & Occupational Therapy
Mengurangi rasa
sakit dengan cara non farmakologik Terapi fisik dengan panas atau dingin dan
latihan fisik akan membantu menjaga dan mengembalikan rentang gerakan sendi dan
mengurangi rasa sakit dan kejang otot. Mandi atau berendam air hangat akan
mengurangi rasa sakit dan kekakuan.
Efek fisiologi dari suhu adalah relaksasi otot dan mengurangi rasa
sakit. Walau demikian pemakaian panas harus dipertimbangkan secara komprehensif
bagi pasien OA
Penderita ada yang melakukan penyembuhan tanpa obat.
- Handuk hangat, kantung panas (hot packs), atau mandi air hangat, dapat
mengurangi
kekakuan dan rasa sakit.
- Kadang kantung es (cold packs) dibungkus handuk dapat menghilangkan rasa
sakit atau
mengebalkan bagian yang ngilu. Tanyakan kepada dokter atau terapi
mana yang lebih
cocok bagi pasien. Untuk OA di lutut, pasien dapat memakai
sepatu dengan sol
tambahan yang empuk untuk meratakan pembagian tekanan
akibat berat,
dengan demikian akan mengurangi tekanan di lutut.
- 8.1.4 Latihan Fisik
Penelitian
menunjukkan bahwa latihan fisik adalah penyembuhan yang paling baik
untuk OA. Olahraga dapat meningkatkan suasana hati (mood) dan
harapan (outlook), mengurangi rasa sakit, meningkatkan fleksibilitas,
memperbaiki jantung dan aliran darah, menjaga berat badan, dan
memperbaiki kebugaran secara umum. Olahraga juga tidak mahal, bila
dilakukan dengan benar, tidak ada efek samping. Jumlah dan bentuk olahraga
tergantung dari persendian yang
terlibat, kestabilan dan apakah sudah pernah dilakukan pembedahan.
Dengan latihan fisik secara teratur (penguatan, rentang gerakan,
isometrik, isotonik, isokinetik, postural), kartilago dapat dipertahankan tetap
sehat, mendorong gerakan, dan membantu pengembangan otot dan tendon untuk
meredam tekanan dan mencegah kerusakan selanjutnya akibat OA. Sebaliknya
inaktivitas dan imobilisasi walau untuk periode pendek akan memperburuk atau
mempercepat berkembangnya OA. Latihan fisik dan penguatan quadriseps akan
meningkatkan fungsi fisik dan mengurangi kecacatan, rasa sakit, pemakaian
analgesik. Ada panduan dari American Geriatrics Society untuk
latihan fisik bagi pasien OA. Lebih dianjurkan latihan fisik isometrik
dibandingkan dengan isotonik karena isotonik akan memperburuk sendi
yang terkena. Latihan fisik harus diajarkan kepada pasien sebelum
pasien mempraktekan di rumah. Latihan fisik sebaiknya dilakukan tiga sampai
empat kali sehari. Bila terasa sakit, kurangi pengulangan. Rujukan kepada
terapis fisik atau okupasi sangat dibutuhkan bagi pasien yang sudah cacat
fungsi sendinya. Terapis dapat menilai kekuatan otot, stabilitas sendi, dan
dapat
merekomendasikan latihan fisik dan metoda untuk melindungi sendi
yang terkena, dari tekanan berlebihan. Terapis juga dapat memberikan alat bantu
seperti tongkat, beban, dsb yang dipakai saat latihan fisik maupun kegiatan
sehari-hari.
Latihan Fisik
ü Latihan Fisik Penyembuhan
·
Menjaga sendi bekerja sebaik
mungkin
ü Latihan Fisik Aerobik
·
Meningkatkan kekuatan dan
kebugaran, dan mengontrol berat badan
Pasien harus belajar melakukan latihan ini secara benar, karena
kalau tidak, justru
dapat menimbulkan masalah.
Contoh latihan fisik:
- Latihan untuk menguatkan
Latihan dengan
ban elastik, alat tidak mahal, menambah resistensi
- Aktivitas aerobik
Membuat paru dan
peredaran darah lebih baik
- Aktivitas rentang gerakan
Membuat sendi
lentur, lemah gemulai
- Latihan kegesitan, ketangkasan
Menjaga kegesitan sehari-hari
- Latihan untuk menguatkan leher dan punggung
Menguatkan tulang belakang kuat dan lentur
Ada beberapa
penyakit yang merupakan kontraindikasi untuk latihan fisik.
Kombinasi aerobik (berjalan), latihan resistensi (olahraga beban),
dan peregangan(yoga) akan sangat membantu pasien OA.
Pasien
OA sebaiknya melakukan beberapa jenis latihan fisik untuk keuntungan yang
Berbeda
- 8.2 Istirahat dan merawat persendian
Rencana penyembuhan termasuk
penjadwalan istirahat. Pasien harus belajar
mendeteksi
tanda-tanda tubuh, dan tahu kapan harus menghentikan atau memperlambat
aktivitas, untuk mencegah rasa sakit karena aktivitas berlebihan. Beberapa
pasien merasakan teknik relaksasi, pengurangan stres, dan biofeedback sangat
membantu. Beberapa pasien menggunakan tongkat atau bidai untuk melindungi
persendian dari tekanan. Bidai atau penahan (braces) memberikan dukungan
ekstra pada otot yang lemah. Mereka juga menjaga persendian pada posisi yang
benar selama tidur maupun beraktivitas. Bidai hanya dipakai untuk masa terbatas
sebab otot membutuhkan latihan untuk mencegah kekakuan dan kelemahan. Terapis
atau dokter dapat membantu menentukan bidai yang tepat.
- 8.2.1 Pengendalian Berat Badan
Kelebihan berat badan meningkatkan beban
biomekanik pada sendi penyangga
berat
dan ini adalah prediktor tunggal paling baik dari kebutuhan operasi sendi.
Pengurangan berat badan dikaitkan dengan pengurangan simtom dan kecacatan.
Walau penurunan hanya 5 lb (2,5Kg) dapat menurunkan tekanan biomekanik pada
sendi penyangga beban. Walau intervensi diet untuk yang berat badan berlebih
masuk akal, tetapi ini membutuhakan motivasi yang kuat
dan
program penurunan badan yang terstruktur. Diet yang sehat dan olahraga akan
sangat membantu.
Langkah penatalaksanaan OA pada pasien manula
- 8.3 Pembedahan
Bagi banyak orang, operasi dapat
menghilangkan rasa sakit dan cacat akibat
OA.
Operasi dilakukan untuk:
1.
Mengambil serpihan-serpihan tulang dan
kartilago di sendi bila menyebabkan simtom mekanis dari mengunci dan buckling.
2.
Menghaluskan permukaan tulang
3.
Mereposisi tulang
4.
Mengganti sendi.
Ahli bedah akan mengganti sendi yang
sakit dengan sendi artifisial, disebut prostese .
Dapat
dibuat dari metal alloy, plastik dengan densitas tinggi, dan keramik.
Dapat dihubungkan dengan permukaan tulang dengan sejenis semen. Sendi
artifisial dapat tahan selama 10-15 tahun atau lebih. 10% dari sendi artifisial
membutuhkan revisi. Ahli bedah memilihkan desain dan komponen prostese sesuai
dengan berat pasien, sex, umur, tingkat aktivitas dan kondisi medis lain.
Keputusan untuk dibedah tergantung
beberapa hal. Dokter maupun pasien menganggap tingkat kecacatan, intensitas
rasa sakit, gangguan dengan gaya hidup , umur , dan pekerjaan pasien. Saat ini,
lebih dari 80% dari kasus bedah OA adalah penggantian sendi panggul dan lutut.
Setelah operasi dan rehabilisasi, pasien biasanya hilang rasa nyeri dan
bengkaknya berkurang , dan lebih mudah bergerak.
- 9 TERAPI FARMAKOLOGIS
Dokter
meresepkan obat untuk menghilangkan atau mengurangi rasa sakit dan
meningkatkan
fungsi. Banyak faktor yang dipertimbangkan dalam memberi obat untuk pasien OA :
- Intensitas rasa sakit
- Efek samping yang potensial dari obat.
- Penyakit penyerta
Pasien harus memakai obat secara hati-hati dan
menceriterakan semua perubahan yang terjadi pada dokter. Obat-obat dibawah ini
yang sering dipakai
- 9.1 Parasetamol
ACR (American College of
Rheumatology) merekomendasikan parasetamol sebagai obat pertama dalam
penatalaksanaan nyeri, karena relatif aman, efikasi, dan harga murah dibanding
NSAID.
Penghilang rasa sakit setara dengan
aspirin, naproksen, ibuprofen, dan beberapa NSAID bagi beberapa pasien dengan
OA. Walau demikian ada beberapa pasien mempunyai respons lebih baik dengan
NSAID
Tidak mengurangi peradangan
Tidak mengiritasi lambung, relatif lebih
aman, harga lebih murah
Peringatan: pasien dengan penyakit hati,
peminum berat alkohol, dan yang minum antikoagulan atau NSAID harus hati-hati
minum parasetamol
Drug of choice bagi pasien dengan masalah
ginjal
Farmakologi
dan mekanisme kerja
Bekerja pada susunan saraf pusat
(SSP) untuk menghambat sintesa prostaglandin,
(yang
berfungsi meningkatkan sensasi rasa nyeri). Dengan cara memblok kerja siklooksigenase
pusat. Parasetamol oral diabsorpsi, mencapai konsentrasi puncak 1-2 jam,
diaktivasi di hati
dengan
cara konjugasi dengan sulfat atau glukoronid, dan metabolitnya diekskresi lewat
ginjal.
Efikasi
Parasetamol, penurun rasa sakit
ringan sampai sedang, 2,6-4g/hari setara dengan aspirin 650mg empat kali sehari,
ibuprofen 1200-2400mg/hari, naproksen 750mg/hari, seperti halnya NSAID lain.
Efek
yang merugikan (Adverse Effect)
Parasetamol walaupun aman, tetap ada
risiko, terutama bagi individu yang
mempunyai
risiko sakit hati atau pemakaian overdosis atau konsumsi alkohol, akan
menimbulkan
hepatoksisitas, kemungkinan dapat terjadi sampai fatal. Kemungkinan juga pada pemakaian jangka panjang
akan mengganggu ginjal.
Interaksi
Obat-Obat
Interaksi dengan obat-obat di bawah
ini dapat meningkatkan risiko hepatoksisitas
ü Barbiturat,
Hidantoin, INH, Karbamazepin, Rifampisin
ü Memperpanjang
waktu paruh warfarin, pantau kadar waktu protrombin. Pemakaian jangka panjang
dengan dosis maksimal parasetamol pada pasien
dalam pengobatan
warfarin dapat meningkatkan efek antikoagulan dari warfarin,
sebab itu membutuhkan
pengawasan melekat.
- 9.2 NSAID (Non Steroidal Anti Inflammatory Drug)
NSAID adalah suatu kelas obat yang
dapat menekan inflamasi melalui inhibisi enzim
cyclooxygenase
(COX). Efek penting dalam mengurangi rasa sakit. NSAID memberikan rasa nyaman
bagi banyak orang dengan masalah persendian kronis, tetapi juga menimbulkan
masalah penyakit gastrointestinal yang serius.
Contoh
NSAID
NSAID
|
||
Non
selective
|
Aspirin
|
Obat
bebas
|
Ibuprofen
|
Obat
bebas
|
|
Diklofenak
|
||
Naproksen
|
||
Sulindak
|
||
Ketoptofen
|
||
Indometasin
|
||
Tolmetin
|
||
Piroksikam
|
||
Selective
|
Celecoxib
|
|
valdecoxib
|
Bagaimana
meminimalkan resiko
- Hanya dipakai bila memang dibutuhkan
ACR (American College of Rheumatology)
merekomendasikan untuk mulai dengan parasetamol
Bila tidak ada perbaikan, dicoba
exercise (sesuai anjuran dokter), fisioterapis, kemungkinan dapat menghindarkan
dari obat
Pilihan terakhir memakai NSAID
- Waspada resiko individual
Secara statistik wanita, manula, yang
paling beresiko minum NSAID
Resiko bertambah dengan lama pengobatan,
dosis, dan pemakaian bersamaan steroid , adanya penyakit gastrointestinal
sebelumnya
- Pakai dosis efektif terendah
Pakai dosis terendah dan hanya selama
dibutuhkan saja.
Menurut penelitian, ibuprofen,
diklofenak, naproksen termasuk yangpaling aman. Tetai masih banyak laporan yang
bertentangan.
- Sembuhkan atau cegah tukak.
Ada kecenderungan untuk memakai berbagai
anti-ulcer bersamadengan NSAID terutama bagi yang beresiko
- H2 blocking drugs (ranitidine)
- Prostaglandin (misoprostol)
- Proton Pump Inhibitor / PPI (omeprazol)
Bila ada tukak harus disembuhkan.
Hal
yang harus diperhatikan pada pemakaian NSAID
- Semua NSAID bekerja sebagai penghilang rasa sakit dalam dosis rendah, dan menghilangkan peradangan dalam dosis tinggi
- Pemakaian NSAID memerlukan kewaspadaan bagi pasien yang sedang minum anti koagulan, kortikosteroid, 3 mempunyai riwayat penyakit lambung, gagal jantung, hipertensi, asma, gagal ginjal, sirosis hati, manula >=65
- Misoprostol dapat diberikan untuk mengurangi masalah saluran pencernaan
- COX-2 inhibitor : Pemakaian harus mempertimbangkan adanya risiko terjadinya kardiovaskular trombotik, termasuk non-fatal miokardial infark dan non-fatal stroke terutama bila dipakai dalam dosis tinggi.
Farmakologi
dan Mekanisme Kerja
Prinsip mekanisme NSAID sebagai
analgetik adalah blokade sintesa prostaglandin
melalui
hambatan cyclooxcigenase (Enzim COX-1 dan COX-2), dengan mengganggu
lingkaran
cyclooxygenase. Enzim COX-1 adalah enzim yang terlibat dalam produksi
prostaglandin gastroprotective untuk mendorong aliran darah di gastrik
dan menghasilkan bikarbonat. COX-1 berada secara terus menerus di mukosa
gastrik, sel vascular endotelial, platelets, renal collecting tubules, sehingga
prostaglandin hasil dari COX-1 juga berpartisipasi dalam hemostasis dan aliran
darah di ginjal. Sebaliknya enzim COX-2
tidak selalu ada di dalam jaringan, tetapi akan cepat muncul bila dirangsang
oleh mediator inflamasi, cedera/luka setempat, sitokin, interleukin, interferon
dan tumor necrosing factor. Blokade COX-1 (terjadi dengan NSAID nonspesifik)
tidak diharapkan karena mengakibatkan tukak lambung dan meningkatnya risiko
pendarahan karena adanya hambatan agregasi platelet. Hambatan dari COX-2
spesifik dinilai sesuai dengan kebutuhan karena tidak memiliki sifat di atas,
hanya mempunyai efek antiinflamasi dan analgesik
SINTESA
PROSTAGLANDIN DAN LEUKOTRIN.
Ket:
COX 1 & COX 2 adalah enzim cyclooxygenase 1 dan 2
NSAID nonspesifik dan COX-2
inhibitor memperlihatkan perbedaan mekanisme. NSAID nonspesifik menembus bagian
enzim yang aktif pada kedua enzim COX-1 dan COX-2 dan menghalangi masuknya
substrat asam arakhidonat. Sebaliknya COX-2 inhibitor lebih poten menghalangi
COX-2, dan tidak mempengaruhi COX-1.
Walaupun paradigma COX-2 memiliki
keunggulan, ada beberapa isu dan observasi
tentang
enzim- enzim COX dan NSAID yang harus dicermati dan dapat menyebabkan implikasi
keamanan COX-2 inhibitor. Perlindungan lambung oleh COX-1 dan gastropati
melalui hambatan COX-1 tidak sesederhana itu. Aktivitas COX-2 di mukosa lambung
akan membantu pada beberapa situasi. COX-2 di indus oleh adanya luka di lambung
dan terlihat dipinggir tukak pada
manusia,
dan COX-2 inhibitor menghambat penyembuhan tukak pada manusia
dan
binatang .
Aktivitas COX-2 menguntungkan fungsi
ginjal. COX-2 memiliki sifat konstitutif di ginjal, dan ditribusi intrarenal
dan regulasi pengaturan kadar garam dianggap bahwa COX-2 membantu pengaturan
hemodinamika ginjal pada beberapa situasi
Mekanisme
analgesik COX-2 inhibitor tidak dapat dianggap sepele, sebab COX-2 inhibitor
mengurangi rasa nyeri, bahkan pada kondisi noninflamatori
Kontroversi
klinis
Terjadi kontroversi tentang COX-2
inhibitor apakah meningkatkan risiko kardiovaskular pada beberapa pasien. Walaupun
terjadi kontroversi ini, COX-2 specific inhibitor menghilangkan rasa nyeri
dengan risiko lebih rendah pada lambung dibanding NSAID nonspesifik. COX-2
inhibitor, dikelompokkan dengan nama „coxib“ oleh WHO telah dipakai secara
meluas. Obat ini terus diteliti bukan hanya untuk profil efikasi dan toksisitas
untuk Arthritis, tetapi untuk kemungkinan pemakaian seperti penyakit Alzheimer
dan kanker colorectal
Farmakokinetik
NSAID memiliki banyak kesamaan dalam
farmakokinetik. Yang paling penting
adalah
perbedaan paruh waktu dengan rentang dari 1 jam untuk tolmetin sampai 50
jam
untuk piroksikam, mempengaruhi frekuensi dosis dan ketaatan terapi.
Efikasi
NSAID dipakai bila parasetamol tidak
efektif, atau untuk OA inflamatori. Semua
NSAID
dan aspirin memiliki efek analgesik dan antiinflamatori yang hampir sama. Efek
analgesik mulai terasa dalam waktu jam-an, sedangkan antiinflamasi terasa setelah
2-3 minggu dengan terapi yang terus menerus. Dari penelitian tidak ditemukan
ranking efikasi. Dokter menyadari pasien akan memilih berdasarkan pengalaman
pribadinya. Untuk menilai efikasi obat untuk pasien, harus dicoba selama 2-3
minggu untuk satu macam obat dengan dosis yang
dibutuhkan.
Bila gagal dicoba NSAID lain sampai ditemukan yang efektif. Pasien diberi informasi
dan harus patuh. Mengkombinasikan 2 NSAID dalam waktu yang sama, tidak ada
gunanya, karena akan meningkatkan efek yang tidak diinginkan tanpaada
keuntungan. COX-2 inhibitor mempunyai
efikasi sama dengan NSAID non spesifik dalamberfungsi sebagai analgesik.
Efek
Samping
Efek
pada lambung dari NSAID
Keluhan
kecil:
Mual, dispepsia, anoreksia, rasa
sakit di lambung, flatulen, diare terjadi pada
10-60%
pasien. Untuk mengurangi efek ini NSAID sebaiknya dimakan dengan makanan atau
susu, kecuali obat dengan enteric coated , jangan dimakan dengan susu
atau antasid
Semua
NSAID mempunyai kecenderungan menyebabkan pendarahan di saluran pencernaan.
NSAID anion memasuki sel mukosa lambung, melepaskan ion hydrogen dan
terkonsentrasi dalam sel-sel, dengan sel mati atau rusak. Luka pada mukosa lambung
juga dapat disebabkan oleh NSAID yang menghambat terjadinya prostaglandin yang
berfungsi sebagai gastroprotektor.
Efek
pada lambung dari COX-2 inhibitor
Untuk mengobati pasien OA dengan
risiko tinggi komplikasi dengan NSAID, ACR
menganjurkan
COX-2 inhibitor atau NSAID dikombinasikan dengan proton pump inhibitor (PPI)
atau misoprostol. Studi membandingkan tukak yang terjadi pada pasien setelah
makan obat COX-2 inhibitor (Celecoxib) dan NSAID (Naproksen) selama 12 minggu.
Hasilnya ternyata sangat sedikit untuk Celecoxib ( 4-8%) dan naproxen (26%),
plasebo (4%). Banyak lagi studi seperti ini dilakukan, juga dengan waktu yang lebih
panjang, FDA menyimpulkan bahwa walaupun kecenderungan celecoxib lebih menguntungkan,
obat ini belum menunjukkan superioritas secara statistik disbanding NSAID
nonspesifik untuk saluran pencernaan bagian atas secara signifikan. Kesimpulan,
ada bukti menunjukkan bahwa bahwa COX-2 inhibitor mengurangi risiko toksisitas
pada GI dibanding dengan NSAID nonspesifik,hal ini penting untuk
dipertimbangkan
bagi pasien yang mempunyai risiko tinggi luka di lambung.
Toksisitas
lain yang berkaitan dengan NSAID
NSAID dapat menyebabkan penyakit
ginjal, termasuk insufisiensi renal akut, hiperkalemia, nekrosis papilari
ginjal. Data klinis sindrom ginjal: meningkatnya serum kreatinin, BUN,
hiperkalemia, meningkatnya tekanan darah, edema peiferal, penambahan berat
badan.
COX-2
inhibitor juga berpotensi mengakibatkan toksistas ginjal; Bukti mutakhir COX-2
inhibitor juga berisiko untuk pasien kardiovaskular Coxib dan NSAID tidak biasa
menyebabkan hepatitis.
Glukosamin
dan Chondroitin
Glucosamine dan chondroitin sulfate
sendiri-sendiri atau dalam kombinasi tidak
menurunkan
rasa sakit secara efektif untuk keseluruhan kelompok pasien dengan OA
lutut.
Keduanya efektif untuk subkelompok pasien dengan rasa nyeri yang moderat
sampai
parah.
Obat-obat
lain
Obat luar: krem, gosok, spray (capsaicin
spray), metilsalisilat
Kortikosteroid: antiinflamasi yang kuat,
dapat diberikan secara suntik padasendi . Ini adalah tindakan untuk jangka
pendek, tidak disarankan untuk lebihdari 2-3 x suntik per tahun. Tidak
diberikan per oral
Asam hyaluronidase: disuntikkan di
sendi, biasanya untuk OA lutut. Zat ini
adalah
komponen dari sendi, terlibat dalam lubrikasi dan nutrisi sendi
Obat
|
Dosis dan
frekuensi
|
Dosis maksimum
(Mg/hari)
|
|
ANALGESIK ORAL
|
|||
1.
|
Paracetamol
|
325-650 mg
setiap 4-6 jam atau 1 g 3-4 x/hari
|
4000 mg
|
2.
|
Tramadol
|
50-100mg, setiap
4-6 jam
|
400 mg
|
NONSTEROIDAL
ANTIINFLAMATORY DRUGS (NSAID)
Acetylated
salicylates
|
|||
3.
|
Aspirin,
|
Untuk rasa
sakit : 325-650 setiap 4-6 jam
Untuk
inflamasi : 3600 mg/hari dalam dalam dosis terbagi
|
3600 mg
|
ASAM ASETAT
|
|||
4.
|
Etodolac
|
800-1200mg/hari
dlm dosis terbagi
|
1200 mg
|
5.
|
Diklofenak
|
100-150mg/hari
dalam dosis terbagi
|
200 mg
|
6.
|
indometasin
|
25 mg 2-3
x/hari
75 mg SR 1x
/hari
|
200 mg
150 mg
|
7.
|
Ketorolak
|
10 mg setiap
4-6 jam
|
40 mg
|
8.
|
Nabumeton
|
500-100mg 1-2
x sehari
|
2000mg
|
Asam Propionat
|
|||
9.
|
Ibuprofen
|
1200mg-3200
mg/hr dalam 3-4 kali dosis terbagi
|
3200 mg
|
10.
|
ketoprofen
|
150-300 mg/hr
dalam dosis terbagi
|
300 mg
|
11.
|
Naproxen
|
250-500mg
2x/hari
|
1500 mg
|
12.
|
Naproxen
sodium
|
275-550mg
2x/hari
|
1375 mg
|
Fenamat
|
|||
13.
|
Asam mefenamat
|
250 mg setiap
6jam
|
1000 mg
|
Oxikam
|
|||
14.
|
Piroksikam
|
10-20 mg/hari
|
20 mg
|
15.
|
Meloksikam
|
7,5 mg/hari
|
15 mg
|
Coxib
|
|||
16.
|
Celecoxib
|
100mg 2x
sehari/200 mg/hari
|
200 mg
|
17.
|
Valdecoxib
|
10 mg/hari
|
10 mg
|
LAIN-LAIN
|
|||
18.
|
Glukosamin
sulfat
|
500 mg 3x
/hari
1500 mg sekali
sehari
|
1500 mg
|
Topikal
|
|||
19.
|
Capsaicin
0,025 % atau 0,075 %
|
Pakai pada
sendi yang sakit 3-4 x /hari
|
- ARTHRITIS GOUT (PIRAI)
Istilah
gout menggambarkan suatu spektrum penyakit termasuk hiperurisemia, serangan
akut pada sendi beberapa kali yang berkaitan dengan adanya monosodium urat
dalam leukosit yang ditemukan diantaranya pada cairan sendi sinovial, endapan kristal
monosodium urat dalam jarigan (tofi), penyakit ginjal interstisial,
nefrolitiasis asam urat. Kondisi hiperurisemia dapat hanya berupa peningkatan
kadar asam urat dalam serum yang abnormal, tetapi asimtomatik.
Untuk
menentukan risiko untuk gout, hiperurisemia didefinisikan sebagai kondisi konsentrasi
urat yang supersaturasi . Dengan definisi ini konsentrasi urat lebih besar dari
7,0mg/dL adalah abnormal dan dikaitkan dengan peningkatan risiko untuk gout.
2.
1 EPIDEMIOLOGI
2.
1.1 Prevalensi
Menurut studi, konsentrasi asam urat
(risiko gout), berkorelasi dengan umur, kadar
kreatinin
dalam serum, kadar nitrogen urea dalam darah, gender laki-laki, tekanan darah,
berat badan, dan konsumsi alkohol.Ada korelasi langsung antara kadar asam urat
dalam serum dengan insidensi dan prevalensi gout.
Genetika
Ternyata
18% penderita gout mempunyai sejarah keluarga dengan hiperurisemia, dan terjadiya
gout cenderung meningkat bila kadar asam urat meningkat.
Hubungan
insidensi gout dengan obesitas
Obesitas
Informasi ini
membuktikan bahwa kenaikan berat badan ada hubungannya dengan
gout. Kebanyakan kasus gout diakibatkan oleh karena berat badan
berlebih, terutama bila BMI >25. (Body Mass Index /BMI= Berat badan
dalam kg dibagi dengan kuadrat tinggi dalam meter)
Informasi ini juga mengkonfirmasikan bahwa mengurangi berat badan
akan mengurangi risiko terjadinya gout. Ini adalah alasan lain mengapa gemuk
itu tidak sehat.
Hipertensi
Studi di Inggris
meneliti insidensi gout pada laki-laki dan perempuan penderita hipertensi
selama 8 tahun. Insidensi pada perempuan hipertensi dan kontrol rendah, tetapi pada
laki-laki risiko terkena gout adalah empat kalinya bila tanpa terapi diuretik,
dan enamkali apabila dalam terapi diuretik
Faktor
Risiko Gout
- Umur
- Laki-laki
- Hiperurisemia
- Sejarah keluarga
- Genetik
- Hipertensi
- Obesitas
- Konsumsi alkohol
- Fungsi ginjal menurun
- Trauma
- 2ETIOLOGI dan PATOFISIOLOGI
Asam urat merupakan hasil akhir dari
metabolisme purin, suatu produk sisa yang tidak mempunyai peran fisiologi.Suatu
enzim yang menguraikan asam urat menjadi alantoin yang larut dalam air. Asam
urat yang terbentuk setiap hari di buang melalui saluran pencernaan atau Ginjal,
pada keadaan normal, jumlah asam urat terakumulasi pada laki-laki kurang lebih 1200mg
dan pada perempuan 600mg. Jumlah akumulasi ini meningkat beberapa kali lipat
pada penderita gout. Berlebihnya akumulasi ini dapat berasal dari produksi berkelebihan
atau ekskresi yang kurang. Meskipun asupan purin berlebih, dalam keadaan
normal, seharusnya ginjal dapat mengekskresikannya. Pada kebanyakan pasien gout
(75-90%), clearence asam urat oleh ginjal sangat menurun Produksi normal asam urat dalam tubuh manusia dengan fungsi
ginjal normal dan diet bebas purin adalah
600mg per hari. Meningkat pada penderita gout maupun hiperurisemia. Hiperurisemia didefinisikan sebagai konsentrasi asam urat
dalam serum yang melebihi 7mg/dL. Konsentrasi
ini adalah batas kelarutan monosodium urat
dalam plasma. Pada konsentrasi 8mg/dL atau lebih, monosodium urat lebih cenderung mengendap di jaringan. Pada PH 7 atau lebih asam
urat ada dalam bentuk monosodium urat. Purin dalam tubuh yang menghasilkan asam urat, berasal dari
tiga sumber: purin dari makanan, konversi asam
nukleat dari jaringan, pembentukan purin dari dalam tubuh. Ketiga-tiganya masuk dalam lingkaran metabolisme
menghasilkan diantaranya asam urat. Beberapa sistim
enzim mengatur metabolisme purin. Bila terjadi sistim regulasi yang abnormal maka terjadilah produksi asam urat yang
berlebihan. Produksi asam urat berlebihan ini
dapat juga terjadi karena adanya peningkatan penguraian asam nukleat dari jaringan, seperti pada myeloproliferative dan lymphoproliferative
disorder. Purin dari makanan tidak ada
artinya dalam hiperurisemia, selama semua sistim berjalan dengan normal.
Dua abnormalitas
dari dua enzim yang menghasilkan produksi asam urat berlebih: peningkatan aktivitas
Phosphoribosylpyrophosphate (PRPP) synthetase menyebabkan peningkatan
konsentrasi PRPP. PRPP adalah kunci sintesa purin, berarti juga asam urat. Yang
kedua adalah defisiensi hypoxanthine guanine phosphoribosyl transferase (HGPRT).
Defisiensi HGPRT meningkatkan metabolisme guanine dan hipoxantin menjadi asam urat.
Berkurangnya ekskresi asam urat
ditemukan pada kurang lebih 90 % penderita gout. Penyebab kurangnya ekskresi
asam urat tidak diketahui, tetapi faktor seperti obesitas, hipertensi, hiperlipidemia,
menurunnya fungsi ginjal, konsumsi alkohol dan obat obatan tertentu memegang
peranan. Beberapa obat-obatan dapat menyebabkan hiperurisemia dan gout.
Diuretik loop dan tiazid, yang menghalangi ekskresi asam urat pada distal
tubular, adalah obat penyebab hiperurisemia. Jarang menyebabkan gout akut,
tetapi mendorong terbentuknya tofi di sekitar sendi yang rusak, terutama pada
jari. Salisilat dosis rendah memberi efek yang sama. Obat sitoksik menyebabkan
produksi asam nukleat berlebih pada pengobatan leukemia, limfoma,
karena mereka meningkatkan kecepatan sel mati. Yang perlu diketahui juga
berkaitan dengan patofisiologi GA adalah kelarutan asam urat berkurang pada
cuaca yang dingin dan pH yang rendah. Kemungkinan penyebab mengapa pada cuaca
dingin lebih terasa nyeri. Selain itu estrogen cenderung mendorong ekskresi
asam urat, kemungkinan penyebab mengapa insidensi perempuan premenopause
rendah.
2.3
TANDA-TANDA KLINIS, DIAGNOSIS
Gout adalah penyakit yang
didiagnosis oleh simtom bukan oleh hasil pemeriksaan labororium. Kenyataan
hiperurisemia yang asimtomatis yang ditemukan secara kebetulan, biasanya jarang
membutuhkan terapi. Hiperurisemia adalah faktor risiko gout, tetapi beberapa
pasien dengan serum asam urat normal dapat mendapat serangan gout. Sebaliknya
banyak orang hiperurisemia yang tidak mendapat serangan gout. Gout adalah
Diagnosis klinis, sedangkan hiperurisemia adalah kondisi biokimia . Membedakan
pasien GA dengan penderita gout like syndrom termasuk membedakan dengan septic
Arthritis, rheumatoid Arthritis, osteoArthritis, errosive osteoArthritis, psoriasis,
calcium pyrophosphate dehydrate crystal (CPPD) deposition penyakit (pseudogout),
xanthomatosis, amyliodosis. Diagnosis definitive, dikonfirmasikan dengan
analisa cairan sendi. Cairan synovial pasien GA mengandung kristal monosodium
urat (MSU) yang negatif birefringent (refraktif ganda) yang juga ditelan
oleh neutrofil (dilihat dengan mikroskop sinar terpolarisasi)
Analisa cairan sinovial dan kultur
sangat penting untuk membedakan septic Arthritis dengan GA
RA cenderung terjadi simetris dan lebih
dari 60% kasus adalah factor reumatoid positif (RF+)
GA cenderung tidak simetris dan faktor
rheumatoid negatif (RF-)
Erosive Arthritis kebanyakan terjadi
pada perempuan, yang terkena: tangan, pergelangan tangan.
Hiperurisemia sering terjadi pada pasien
psoriasis, dan adanya lesi kulit membedakan kasus ini dengan GA.
Pseudogout, disebabkan oleh deposisi
kristal CPPD di persendian, terjadi secara umum pada manula.
Kalsifikasi CPPD di cartilage terjadi di
beberapa sendi, sedangkan GA cenderung monoartikular (terjadi pada sendi
tunggal) dan diasosiasikan dengan pembengkakan jaringan lunak dengan jarak
artikular normal bila diperiksa secara radiografis.
Nodul jaringan lunak pada permukaan
extensor sering terlihat dengan xanthomatosis, seperti hiperkolesterolemia.
Selanjutnaya xanthomatosis tidak ada kaitannya dengan kristal MSU. Amyloidosis
sering dikelirukan dengan gout tophaceous . Untungnya, amyloidosis sering
simetris.
Untuk banyak orang, gout awalnya menyerang
sendi dari ibu jari kaki. Kadang selama
penyakit
berjalan, gout akan menyerang ibu jari kaki sebanyak 75% pasien. Bagian
lain
yang dapat terserang diantaranya adalah pergelangan kaki, tumit, pergelangan
tangan,
jari, siku.
2.3.1
Diagnosis
Kriteria
Diagnosis Gout Akut
Tentatif
Diagnosis klinis dari gout
Pada
pasien yang sesuai dengan paling sedikit 6 kriteria Diagnosis di bawah ini:
•
Lebih dari satu serangan Arthritis akut
•
Maksimum inflamasi timbul dalam waktu 24 jam
•
Serangan monoArthritis (85%-90% dari serangan awal)
•
Sendi kemerah-merahan
•
Sendi MTP pertama nyeri atau bengkak
•
Serangan unilateral sendi MTP pertama (50%-70% awal, akhirnya 90% )
•
Serangan unilateral pada sendi tarsal (ct, instep= dorsal arkus kaki, kura-kura
kaki)
•
Tofi (dugaan klinis atau dibuktikan secara histologi)
•
Hiperurisemia
•
Sendi bengkak asimetris (klinis atau x-ray)
•
Temuan x-ray termasuk subkortikal cyst(s) tanpa erosi dalam sendi
•
Serangan berhenti total (hilangnya semua simtom dan tanda-tanda)
•
Tidak ada mikroba dalam cairan sinovial
Pada
pasien yang mempunyai semua kriteria Diagnosis di bawah ini
•
Sejarah berulang monoArthritis akut
•
Respons cepat terhadap obat antiinflamasi
•
Hiperurisemia atau tofi
2.4
Penyakit ini dapat berkembang dalam
empat tahap, apabila tidak diobati:
- Arthritis gout Asimtomatik
Pada tahap ini, kadar asam urat
dalam darah meningkat tetapi tidak ada simtom. Pada
kondisi
ini pasien tidak membutuhkan pengobatan Dalam beberapa hal, hiperurisemia dapat
ditemukan beberapa tahun sebelum serangan.Peningkatan asam urat biasanya
terlihat pada laki-laki sesudah puber dan pada perempuan setelah menopause.
Walau tidak semua pasien dengan hiperurisemia akan dapat serangan GA, tetapi
pasien perlu waspada.
- Arthritis gout Akut (Acute gouty Arthritis)
Pada tahap ini, hiperurisemia
menyebabkan mengendapnya kristal asam urat di sendi.
Ini
menyebabkan rasa nyeri intens dan mendadak, bengkak di sendi dan juga hangat dan
peka terhadap sentuhan. Serangan akut biasanya terjadi malam hari dan dapat dipicu
oleh keadaan stres, minum alkohol atau obat, atau adanya penyakit lain. Serangan
bisanya berhenti dalam 3-10 hari, meskipun tanpa pengobatan, dan serangan berikutnya
mungkin tidak akan terjadi dalam beberapa bulan bahkan beberapa tahun. Dengan
berlanjutnya waktu, bagaimanapun serangan dapat terjadi lebih lama dan lebih
sering.
- Gout Interkritikal
Ini adalah saat di antara serangan
akut. Pada tahap ini, pasien tidak ada simtom, dan
merasakan
fungsi sendi yang normal. Pada tahap ini pasien harus tetap menjaga agar kadar
asam urat terkendali.
- Gout tofi kronis (Chronic tophaceous gout)
Tahap ini adalah tahap yang paling
menyebabkan ketidak mampuan dan biasanya
dapat
terus berkembang misalnya selama 10 tahun. Pada tahap ini, penyakit ini dapat mengakibatkan
kerusakan sendi yang permanen dan kadang juga ginjal. Dengan pengobatan yang
benar, kebanyakan pasien dengan gout tidak sampai ketahap ini.
Komplikasi
Gout
•
Cacat
•
Tofi
•
Penyakit ginjal
2
.4. TERAPI GOUT DAN HIPERURISEMIA
Tujuan
dari terapi adalah
•
menghentikan serangan akut,
•
mencegah serangan kembali dari GA,
•
mencegah komplikasi yang berkaitan dengan deposit kristal asam urat kronis di
jaringan
2
.4.1. Terapi non Obat
Berikut
ini contoh-contoh tindakan yang dapat berkontribusi dalam menurunkan kadar asam
urat:
•
Penurunan berat badan (bagi yang obes)
•
Menghindari makanan (misalnya yang mengandung purin tinggi) dan minuman
tertentu yang
dapat menjadi pencetus gout
•
Mengurangi konsumsi alkohol (bagi peminum alkohol)
•
Meningkatkan asupan cairan
•
Mengganti obat-obatan yang dapat menyebabkan gout (mis diuretik tiazid)
•
Terapi es pada tempat yang sakit
2.4.1.1
Modifikasi gaya hidup
Banyak pasien gout mempunyai berat
badan berlebih. Hiperurisemia dan gout adalah komponen dari sindrom resisten
insulin. Diet dan cara lain untuk menurunkan insulin dalam serum dapat
menurunkan kadar urat dalam serum, sebab insulin tinggi akan mengurangi
ekskresi asam urat. Alkohol meningkatkan produksi urat dan menurunkan ekskresi
urat dan dapat mengganggu ketaatan pasien. Sebab iti secara rutin membahas diet
dengan pasien dengan gout, dan mengajak pasien merubah gaya hidup yang praktis
yang dapat mengurangi risiko gout, akan sangat berarti. Biasanya diet sebaiknya
diawali hanya pada saat inflamasi telah terkendali secara
total,
karena diet ketat akan memperparah hiperurisemia dan menyebabkan serangan akut
gout. Hal yang sama untuk mencegah serangan gout dengan minum kolkhisin atau
NSAID pada saat upaya serius penurunan berat badan. Separuh dari asam urat
dalam tubuh di dapat dari asupan makanan yang mengandung purin. Diet ketat
purin sulit diikuti. Lagi pula walau diet ketat diikuti, urat dalam serum hanya
turun 1mg/dL dan ekskresi urat lewat urin hanya turun 200mg/hari. Tetapi
sayangnya kalau asupan makanan purin dan alkohol diumbar maka kadar urat dalam
serum dapat melonjak, tidak jarang sampai 12-14mg/dL
2.5
. Terapi Farmakologi
1.
Arthritis Gout Akut
Tujuan terapi serangan Arthritis
gout akut adalah menghilangkan simtom. Penting
untuk
menghindarkan fluktuasi konsentrasi urat dalam serum karena dapat memperpanjang
serangan atau memicu episoda lebih lanjut. Sebab itu hipourisemik seperti
alopurinol tidak diberikan sampai paling sedikit tiga minggu setelah serangan akut
berhenti dan diteruskan pada pasien yang mengalami serangan pada saat minum alopurinol.
Sendi yang sakit harus
diistirahatkan dan terapi obat dilaksanakan secepat mungkin
untuk
menjamin respons yang cepat dan sempurna . Ada tiga pilihan obat untuk
Arthritis gout akut: NSAID, kolkhisin, kortikosteroid. Setiap obat ini memiliki
keuntungan dan kerugian. Pemilihan untuk pasien tetentu tergantung pada
beberapa faktor, termasuk waktu onset dari serangan yang berhubungan dengan
terapi awal, kontraindikasi terhadap obat karena adanya penyakit lain, efikasi versus
resiko potensial21.NSAID biasanya lebih dapat ditolerir dibanding
kolkhisin
dan lebih mempunyai efek yang dapat diprediksi.
Diklofenak, indometasin, ketoprofen,
naproksen, piroxikam, sulindak. Indometasin
cenderung
paling sering dipakai, walau tidak ada perbedaan yang signifikan antara obat
ini dengan obat NSAID lain. Pemakaian aspirin harus dihindarkan sebab mengakibatkan
retensi asam urat, kecuali kalau dipakai dalam dosis tinggi. Tergantung pada
keparahan serangan dan waktu antara onset dan permulaan terapi, dosis 50-100mg
indometasin oral akan menghilangkan nyeri dalam dua-empat jam. Dapat diikuti
menjadi 150-200mg sehari, dengan dosis dikurangi bertahap menjadi 25mg tiga
kali sehari untuk 5 sampai 7 hari, hingga nyeri hilang. Cara ini dapat
mengurangi
toksisitas gastrointestinal.
NSAID biasanya dibutuhkan antara 7
sampai 14 hari tergantung respons pasien, walau pasien dengan kronik atau gout
tofi membutuhkan terapi NSAID lebih lama untuk mengendalikan simtom.
Pemanfaatan NSAID menjadi terbatas karena efek sampingnya, yang menimbulkan
masalah terutama pada manula dan pasien dengan gangguan fungsi ginjal. Pada
manula, atau mereka dengan riwayat PUD (Peptic Ulcer Disease), harus diikuti
dengan H2
antagonis,
misoprostol atau PPI (Proton Pump Inhibitor) 21. Untuk Misoprostol, perlu kehati-hatian
dalam pemakaiannya, kontraindikasi untuk wanita hamil, dan penggunaannya masih
sangat terbatas di Indonesia. Untuk pasien dengan gangguan ginjal, NSAID harus
dihindarkan sedapat mungkin, atau diberikan dengan dosis sangat rendah, apabila
keuntungan masih lebih tinggi dibanding kerugian. Apabila demikian maka harus
dilakukan pemantauan creatinin
clearance,
urea, elektrolit secara reguler. COX 2 Inhibitor dapat dilihat di BAB
OsteoArthritis NSAID selektif COX-2 (Celecoxib), pada dosis 120mg sehari
sebanding dengan
indometasin
dosis tinggi (150 mg/hari) dalam mengobati tanda-tanda gout akut dalam waktu 4
jam, ini akan sangat berguna bagi pasien yang tidak dapat memakai NSAID.
Kolkhisin
Kolkhisin dipakai untuk Arthritis
gout akut, sebagian rematologis menganggap tidak
efektif,
karena cenderung menyebabkan diare berat terutama bagi pasien dengan mobilitas
terbatas. Sebaiknya dipakai untuk pencegahan saja atau sebagai pilihan terakhir.
Kolkhisin telah dipakai sejak tahun 1920. Kolkhisin adalah antimitotik,
menghambat pembelahan sel, dan diekskresi melalui urin. Tidak menurunkan kadar
urat dalam serum, dan kalau menjadi pilihan maka harus diberikan secepat
mungkin saat serangan terjadi agar efektif. Kolkhisin dapat juga dipakai untuk
mencegah serangan, dan direkomendasikan untuk diberikan dalam dosis rendah
sebelum memulai obat penurun urat, kemudian dilanjutkan sampai 1 tahun setelah
urat dalam serum menjadi normal.
Bila diberikan secara oral maka
diberikan dosis awal 1 mg, diikuti dengan dosis 0,5 mg. Walau BNF menganjurkan
diberikan setiap 2 jam sampai timbul diare atau total pemberian 8 mg, kenyataan
jarang diikuti. Kebanyakan pasien merespons dalam waktu 18 jam dan inflamasi
menghilang pada 75-80% pasien dalam 48 jam2Reaksi yang tidak dikehendaki dari
kolkhisin adalah gangguan gastrointestinal, disfungsi sumsum tulang belakang,
dan disfungsi neuromuskular. Hal ini lebih sering terjadi pada pasien dengan
gangguan ginjal atau hati dan manula. Kolkhisin sebagai vasokonstriktor dan
mempunyai efek stimulasi pada pusat vasomotor, sebab itu hatihati bagi pasien
dengan gagal jantung kronis.
Kortikosteroid
Injeksi intra-artikular
kortikosteroid sangat berguna bila NSAID atau kolkhisin bermasalah, misalnya
pada pasien dengan gagal jantung kronis atau gangguan ginjal atau hati. Ini
juga sangat berguna untuk Arthritis gout akut yang terbatas hanya sendi atau
bursa tunggal. Bagaimanapun harus dipastikan bahwa penyakit ini bukan Arthritis
septik, sebelum menyuntikkan steroid. Kortikosteroid
dapat diberikan secara oral dalam dosis tinggi (30-40mg) atau intramuskular,
berangsur-angsur diturunkan selama 7-10 hari, terapi ini baik untuk pasien yang
tidak dapat mentolerir NSAID, kolkhisin ataupun gagal dengan terapi ini, juga
bagi mereka dengan serangan poliartikular. Hati-hati bagi pasien dengan gagal jantung.
TERAPI FARMAKOLOGIS dan NON FARMAKOLOGIS
Obat
|
|
Terapi
lini pertama (per oral )
|
|
NSAID :
Naproksen 500 mg 2 x sehari
Atau
Ibuprofen 800 mg 3 x sehari
Atau
Indometasin 50 mg 3 x sehari untuk 2-3 hari.
Kemudian kurangi dosis berangsur-angsur sampai nyeri berhenti
|
Ideal
untuk pasien dibawah 65 tahun tanpa komorbiditas. Indometasin efektif, tetapi
kurang menguntungkan memiliki efek samping terutama untuk manula. Hati-hati
bagi Manula dan hindarkan bagi penderita dengan riwayat PUD(peptic ulcer
disease), pendarahan pada GI, CHF, serum kreatinin kurang > 1,6 mg/dl.
|
Celecoxib 200 mg 2 kali sehari
|
COX-2 selektif NSAIDs lebih baik untuk manula dan
pasien dengan riwayat gastropati atau pendarahan. Efek yang
tidak dikehendaki pada ginjal dan hati seperti NSAID lainnya
|
Parasetamol 500-1000 mg 4 kali
sehari
atau
Parasetamol dengan 30 mg kodein 1-2 tablet setiap 4 jam prn
|
Untuk nyeri saja, bukan anti- inflamatori
Pemilihan analgetik berdasarkan tingkat nyeri dan toleransi/pilihan
pasien. Batasi dosis total parastamol 4000 mg sehari (2000 mg sehari untuk
peminum
berat alkohol) dengan atau tanpa kodein. Kemungkinan membutuhkan
opioid yang lebih kuat untuk nyeri yang susah disembuhkan
|
Kantong es. Dibungkus handuk
|
Dapat mengurangi nyeri, mencegah kontak langsung antara es
dengan kulit untuk mencegah ice burn; hindarkan dari pasien dengan
riwayat PVD.
|
Bidai
|
Akan membantu mengurangi nyeri.pada hari-hari pertama
|
Istirahat di tempat tidur. Hindari latihan fisik
|
Akan membantu mengurangi nyeri.pada hari-hari pertama
|
Terapi Lini ke dua (kortikosteroids)
|
|
Prednison 20-50 mg sehari per
oral dengan penurunan berangsur-angsur sampai 7 hari
atau
Triamcinolone 60 mg IM,
ulangi dalam 1-4 hari
atau
Methylprednisolone 40
mg/sehari IV berangsur-angsur menurun sampai 7 hari
|
Pemakaian meningkat pada manula dan pasien dengan kontraindikasi
NSAID
Terutama berguna untuk kondisi multiple sendi
Pakai dengan hati-hati pada pasien dengan diabetes atau gagal jantung.
Jangka pendek relatif aman, tetapi terlalu cepat menurunkan dosis dapat
menyebabkan terserang arthritis kembali.
|
Kortikosteroid intra-artikular:
|
Rute pemberian kortikosteroid paling baik untuk nonArthritis.
|
Prednisolon sodium fosfat 4-20
mg IA
atau
Triamsinolon diasetat 2-40 mg
IA
|
berpengalaman , terutama untuk sendi kecil atau dalam Berikan
dengan bagian yang sama lidokain 1% untuk efek analgesic yang cepat.
Dosis berdasarkan pada ukuran sendi (misalnya kurang lebih 2-5
mg untuk jari, kurang lebih 25 mg untuk lutut).
Kontraindikasi: sendi infeksi (tapis dengan WBC count dan Gram
stain dari cairan sinovial , diikuti dengan kultur), prostetik sendi,
gangguan pendarahan. Efek yang tidak dikehendaki kebocoran periarticular
menyebabkan atrofi dari jaringan subkutan dan
depigmentasi kulit lokal. Hindari pengulangan injeksi dalam 3
bulan .
|
Terapi lini ke tiga
|
|
Kolkhisin per oral 0.5-0.6 mg 3
atau 4 kali sehari (dosis rendah)
ATAU
Kolkhisin per oral 0.5 mg
setiap jam sampai simtomhilang atau atau timbul efek samping (dosis
tinggi);maksimum total dosis 4-6 mg
|
Dosis tinggi efektif tetapi biasanya tidak dapat
ditoleransi (diare parah); dosis rendah berguna untuk pasien
yang tidak dapat memakai NSAID atau dapat serangan ringan. Hati-hati untuk
pasien manula dan pasien dengan penyakit hati. Pemakaian IV kolkhisin makin
dibatasi karena toksistas sistemik. Pemakaian dibatasi hanya oleh yang ahli
dan situasi tertentu (contoh , tatalaksana pre- dan postoperasi
|
ack of Go
ut atau Other Crystal-InduceArthritis
- 6 Gout Kronis
Pengobatan gout
kronis membutuhkan waktu jangka panjang untuk mereduksi serum urat sampai
dibawah normal; Harus dijaga agar tidak terjadi seranganserangan gout akut,
mengurangi volume tofi, mencegah perusakan selanjutnya. Terapi penurunan urat
hendaknya tidak direkomendasikan saat terjadi serangan akut.
Sebelum memberi
pasien alopurinol, beberapa hal harus dipertimbangkan apakah pasien adalah
kandidat yang tepat untuk urikosurik Obat penurun urat diindikasikan untuk :
• Pasien dengan serangan lebih dari 2 kali setahun
• Gout tofi yang kronis
• Produksi berlebih asam urat (primary dan purin enzyme defect)
• Gout kronis yang berkaitan dengan kerusakan ginjal atau batu
ginjal urat
• Tambahan terapi sitotoksik untuk hematological malignancy Obat ini
dibagi menjadi 3
Kategori:
Ø Urikostatik (xantin oksidase inhibitor) misalnya alopurinol
Ø Urikosurik misalnya benzbromaron, sulfinperazon, probenesid
Ø Urikolitik misalnya urat oksidase
Urikostatik (Xantin oxidase inhibitor)
Alopurinol adalah
drug of choice untuk menurunkan urat dalam serum. Alopurinol menghambat
pembentukan asam urat. Risiko untuk menimbulkan serangan gout akut pada awal
pengobatan dapat dihindarkan dengan memakai dosis awal yang rendah (50-100mg),
dan ditingkatkan bila perlu. Kolkhisin atau NSAID ditambahkan sebagai
pencegahan terjadinya episode akut.Dosis 50-600mg sehari untuk mengurangi kadar
urat. Normalisasi kadar urat dalam serum biasanya terlihat dalam 4 minggu dan
serangan gout akut berhenti dalam 6 bulan dengan
terapi yang kontinyu. Reduksi tofi memakan waktu tahunan.
Kadang-kadang dosis dibutuhkan sampai 900mg. Waspada:
Ø Banyak interaksi, terutama dengan antikoagulan oral, teofilin, azatioprin.
Ø Efek samping utama : ruam (2%)
Ø Reaksi hipersensitif: (0.4%), meningkat bila dimakan bersama ampisilin
(20%), tiazid. Reaksi hipersensitif dapat mengakibatkan mortalitas.
Ø Karena ekskresi hanya lewat ginjal, hati-hati bagi yang mengalami kerusakan
ginjal, sebab itu dosis harus disesuaikan dengan creatinin clearance..
Urikosurik
Obat urikosurik
meningkatkan ekskresi urat di ginjal dengan menghambat reabsorpsi pada
proksimal tubule. Karena mekanisme ini ada kemungkinan terjadi batu ginjal atau
batu di saluran kemih. Untuk mencegah risiko ini dosis awal harus rendah ditingkatkan
perlahan-lahan, dan hidrasi yang cukup. Tidak boleh dipakai pada kondisi overproduction
atau nefrolitiasis ginjal. Obat ini ternyata dapat dipakai untuk
hiperurisemia yang disebabkan diuretik. Probenesid dan sulfinpirazon* sebaiknya
tidak dipakai untuk pasien dengan kerusakan ginjal Benzbromaron* suatu
alternatif dari alopurinol, untuk pasien normal dan pasien dengan fungsi ginjal
yang terganggu, hasilnya bagus. Telah dipakai pula untuk pasien yang tidak
mengalami kemajuan dengan pengobatan alopurinol, dan pada pasien transplan
ginjal dalam terapi siklosporin. Ada kekhawatiran tentang hepatoksisita, dan
pemakaiannya pada pasien yang alergi alopurinol dengan gangguan ginjal belum
diteliti lebih lanjut. Dosis 25- 150mg Losartan, suatu angiotensin II
converting enzyme inhibitor (ACE inhibitor) yang dipakai untuk terapi
hipertensi, menghambat reabsorpsi tubular ginjal sebab itu bekerja sebagai
urikosurik. Losartan juga menunjukkan penurunan urat dalam serum yang meningkat
akibat diuretik. Obat ini berguna sebagai terapi tambahan pada pasien dengan
hipertensi dan gout/hiperurisemia. sulfinpirazon* , benzbromaron* : belum ada
di Indonesia saat ini Fenofibrat, obat penurun lipid, ternyata mempunyai efek
urikosurik juga.
Terapi kombinasi
dari fenofibrat atau losartan dengan obat anti-hiperurisemik, termasuk
benzbromaron(50mg sekali sehari) atau alopurinol (200mg dua kali sehari),
secara signifikan mengurangi urat dalam serum sesuai dengan
peningkatan ekskresi asam urat. Kombinasi ini adalah pilihan yang
baik untuk
terapi pasien gout dengan hipertrigliseridamia dan/atau
hipertensi, walau efek
tambahan hipourisemik sifatnya sedang.
Urikolitik
Sebagai
katalisator, urat oxidase merubah asam urat menjadi alantoin pada binatang
tingkat rendah. Manusia tidak memiliki enzim ini. Bila dipakai secara parentral
urikase* adalah penurun urat yang lebih cepat dibanding alopurinol. Urat
oxidase mencegah terbentuknya urat dan juga menguraikan asam urat yang telah
ada, tidak seperti alopu
DAFTAR
PUSTAKA
1.
The Facts about Arthritis, Arthritis Foundation 2006
2.
Hansen
K.E; Elliot M.E., Osteoarthritis, Pharmacotherapy, A Pathophysiological
Approach,
McGraw-Hill 2005
3.
National Institute of Arthritis and Musculoskeletal and Skin Diseases, Handout
on Health:
Osteoarthritis, Bethesda
MD, July 2002.
4.
NIH Conferece, Osteoarthritis : New Insights Part 1: The disease and its Risk
Factors,Annals
of Internal Medicine , 17 Oct 2000.
5.
Zegaria M.A., Osteoarthritisin Seniors, Key Elements in Disease Management, US
Pharmacist
2006
6.
Clegg, D.O., Efficacy of Glucosamine and Chondroitin Sulfate May Depend on
Level of
Osteoarthritis Pain, New
England Journal of Medicine 2006
7.
Altman R.D et al, Recommendations for the Medical Management of Osteoarthritis
of the Hip
and Knee, American
College of Rheumatology vol 43, no9, 2000.
8.
Driskell C., et al, What You Need to Know About Arthritis, American Physical
Therapy
Association, 2006
9.
American Geriatrics Society Panel on Exercise and Osteoarthritis, Exercise
Prescription for
Older Adults with Osteoarthritis Pain; The
American Geriatrics Society
10.
Drug Facts and Comparison, Acetaminophen, Wolters Kluwer Health, 2004
11.
Golden BD, Abramson SB. Selective Cyclooxygenase-2 inhibitors. Rheum. Dis. Clin
North
Am 1999 May; 25(2)359-78
12.
Steinmeyer J. Pharmacological basis for therapy of pain and inflammation anti-
inflammatory drugs, PubMed
July 2000
13.
Nice Appraisal Team, The Clinical effectiveness and cost effectiveness of Celecoxib,
The
National Institute for Clinical
Excellence, 1 Nov 2000
14.
Stovitz SD, Johnson RJ, NSAID and Musculoskeletal Treatment, The Physician and Sport
Medicine –Vol 31-N0 1-January 2003
15.
Pray W.S., Consult Your Pharmacist-Osteoarthritis and OTC Therapies, US Pharmacist
,1999
16.
Setter S.M, Sonnet T.S ; New Treatment Option in the Management of Gouty Arthritis,
US.
Pharmacist Nov1,2005
17.
Hawkins D.W., Rahn D.W., Gout and Hyperuricemia, Pharmacotherapy , A
pathophysiological Approach, McGraw-Hill
2005
18.
Bandolier team, Epidemiology of gout, Bandolier, 2005
19.
Bandolier team, Prevalence and Incidence of Gout, Bandolier, 2002
20.
Bandolier team, An introduction to Gout, Bandolier
21.
Wood J. , Gout and its Management, The Pharmaceutical Journal vol 262 June
5, 1999
22.
Jordan K.M., An Update on Gout, Topical Reviews, Arthritis Research Campaign,
October
2004
23.
Pittman J.R., Bross M.B., Diagnosis and Management of Gout, American Family
Physician ,
The American Academy of Family Physicians
, April 1999
24.
NIAMS, Questions and Answers About Gout, Health Topics, National
Institute of Health,
March 2002.
25.
Schlesinger N., Diagnosis of Gout, Laboratory, and Radiology Findings, The
American
Journal of MANAGED CARE, Nov 2005
26.
Wallace SL et al, Preliminary criteria for the classification of the acute arthritis
of primary
gout., American College
of Rheumatology, 1977
27.
Johnstone, A., The disease and non-drug treatment, Hospital Pharmacist,
vol 12, November
2005
28.
McCarty, D.J. Gout, Hyperuricemia, and Crystal-Associated Arthropathies, Best
Practice of
Medicine, December 2003.
29.
Morehead K., Sack K.E, What therapies for this disease of many causes? Postgraduate
Medicine, Vol 114/no 5/ November 2003
30.
Thompson W.G., NSAID: Good for the Joints, Bad for the Gut? International
Foundation for
Functional Gastrointestinal Disorders,
Inc (IFFGD) , August 29, 2005
Tidak ada komentar:
Posting Komentar