Iodometri adalah titrasi dengan iodium secara tidak langsung. Pada
titrasi iodometri digunakan Natrium Thiosulfat sebagai pentiter. Analat harus
berbentuk suatu oksidator yang cukup kuat, karena dalam metode ini analat
selalu direduksi dulu dengan KI sehingga terjadi I2. I2
yang terjadi dititrasi dengan Na2S2O3.
Titrasi dapat dilakukan tanda indikator
dari luar karena warna I2 yang dititrasi akan lenyap bila titik
akhir tercapai mula-mula larutan berwarna coklat agak tua berubah menjadi lebih
muda lalu kuning dan kuning muda sampai akhirnya lenyap. Bila diamati dengan
cermat, perubahan warna tersebut maka titik akhir dapat ditentukan dengan cukup
jelas. Namun lebih mudah dan lebih jelas bila ditambah amilum kedalam larutan
sebagai indikator. Amilum dengan I2 membentuk suatu kompleks
berwarna biru tua yang masih sangat cukup jelas.
Penambahan amilum
ini harus menuggu sampai mendekati titik akhir titrasi (bila iod sudah tinggal
sedikit yang tampak dari warna kuning muda). Maksudnya adalah agar amilum tak
membungkus iodium dan menyebabkan sukar lepas kembali hal itu akan berakibat
warna biru sulit sekali lenyap sehingga titik akhir kelihatan tajam lagi, bila
iod masih banyak sekali bahkan dapat menguraikan amilum dan hasil penguraian
ini menggunakan perubahan warna pada titik akhir (Harjadi. 1990).
Penentuan Titik
Akhir
Tentang penentuan titik akhir kemungkinannya secara spesifik
dengan indikator yang digunakan dibahas dalam pembicaraan tiap macam titrasi,
titik akhir titrasi dilihat dari perubahan yaitu :
1.
Warna,
larutan tidak berubah menjadi berwarna tertentu atau larutan berwarna hilang
warnanya.
2.
Kekeruhan,
larutan yang jernih menjadi keruh atau sebaliknya.
Titrasi dilakukan dengan menambahkan
indikator maka sering kali perubahan perubahan warna atau kekeruhan terjadi
karena reaksi antara indikator itu dengan titran. Bila tidak ditambahkan
indikator maka perubahan warna terjadi karena titran atau titrat yang mempunyai
warna, tetapi hasil-hasil reaksi tidak berwarna atau sebaliknya.
Untuk titrasi yang baik maka perubahan
warna atau kekeruhan harus terjadi tepat pada saat titrasi telah ekuivalen
dengan titrat, jumlah teoritis yang ekuivalen dan saat jumlah titran mencapai
teoritis tersebut yang dinamakan dengan titik ekuivalen (Harjadi. 1990).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar