Google ads

Sabtu, 11 Juli 2015

Metode Titrasi Iodometri



                 Iodometri adalah titrasi dengan iodium secara tidak langsung. Pada titrasi iodometri digunakan Natrium Thiosulfat sebagai pentiter. Analat harus berbentuk suatu oksidator yang cukup kuat, karena dalam metode ini analat selalu direduksi dulu dengan KI sehingga terjadi I2. I2 yang terjadi dititrasi dengan Na2S2O3.
         Titrasi dapat dilakukan tanda indikator dari luar karena warna I2 yang dititrasi akan lenyap bila titik akhir tercapai mula-mula larutan berwarna coklat agak tua berubah menjadi lebih muda lalu kuning dan kuning muda sampai akhirnya lenyap. Bila diamati dengan cermat, perubahan warna tersebut maka titik akhir dapat ditentukan dengan cukup jelas. Namun lebih mudah dan lebih jelas bila ditambah amilum kedalam larutan sebagai indikator. Amilum dengan I2 membentuk suatu kompleks berwarna biru tua yang masih sangat cukup jelas.
        Penambahan amilum ini harus menuggu sampai mendekati titik akhir titrasi (bila iod sudah tinggal sedikit yang tampak dari warna kuning muda). Maksudnya adalah agar amilum tak membungkus iodium dan menyebabkan sukar lepas kembali hal itu akan berakibat warna biru sulit sekali lenyap sehingga titik akhir kelihatan tajam lagi, bila iod masih banyak sekali bahkan dapat menguraikan amilum dan hasil penguraian ini menggunakan perubahan warna pada titik akhir (Harjadi. 1990).
Penentuan Titik Akhir
        Tentang penentuan titik akhir kemungkinannya secara spesifik dengan indikator yang digunakan dibahas dalam pembicaraan tiap macam titrasi, titik akhir titrasi dilihat dari perubahan yaitu :
1.      Warna, larutan tidak berubah menjadi berwarna tertentu atau larutan berwarna hilang warnanya.
2.      Kekeruhan, larutan yang jernih menjadi keruh atau sebaliknya.
        Titrasi dilakukan dengan menambahkan indikator maka sering kali perubahan perubahan warna atau kekeruhan terjadi karena reaksi antara indikator itu dengan titran. Bila tidak ditambahkan indikator maka perubahan warna terjadi karena titran atau titrat yang mempunyai warna, tetapi hasil-hasil reaksi tidak berwarna atau sebaliknya.
        Untuk titrasi yang baik maka perubahan warna atau kekeruhan harus terjadi tepat pada saat titrasi telah ekuivalen dengan titrat, jumlah teoritis yang ekuivalen dan saat jumlah titran mencapai teoritis tersebut yang dinamakan dengan titik ekuivalen (Harjadi. 1990).

Tidak ada komentar:

Google Ads