Minyak
jelantah (waste cooking oil) merupakan limbah dan bila ditinjau dari komposisi
kimianya, minyak jelantah mengandung senyawa-senyawa yang bersifat
karsinogenik, yang terjadi selama proses penggorengan. Jadi jelas bahwa
pemakaian minyak jelantah yang berkelanjutan dapat merusak kesehatan manusia,
menimbulkan penyakit kanker, dan akibat selanjutnya dapat mengurangi kecerdasan
generasi berikutnya. Untuk itu perlu penanganan yang tepat agar limbah minyak
jelantah ini dapat bermanfaat dan tidak
menimbulkan kerugian dari aspek kesehatan manusia dan lingkungan. Hasil ujicoba
pada kendaraan Izusu Elf menunjukkan adanya penghematan bahan bakar dari 1
liter untuk 6 kilometer menjadi 1 liter untuk 9 kilometer dengan menggunakan
biodiesel dari minyak jelantah, demikian juga BBM perahu nelayan berkurang
sekitar 20 persen apabila digunakan oleh para nelayan (Gatra 2006). Bahkan
telah diuji coba pada kendaraan bermesin diesel sampai 40% campuran dengan solar selama kurang lebih 3 tahun tanpa masalah sadikit
pun. Dasar teori biodiesel adalah
ester asam lemak yang dihasilkan dari reaksi transesterifikasi minyak nabati
atau hewani. Biodiesel yang dihasilkan ini sangat potensial untuk menggantikan
bakar solar yang cadangannya sudah menipis. Reaksi pembuatan biodiesel termasuk
reaksi trasesterifikasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar