Google ads

Sabtu, 13 Juni 2015

Kejang Demam

1.1.            Pengertian Kejang Demam

Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu  rektal lebih dari 38oC) yang disebabkan oleh suatu  proses ekstrakranium. Menurut Consensus Statemen on Febrize Seizure (1980), kejang demam adalah suatu kejadian pada bayi atau anak, biasanya terjadi antara umur 3 bulan sampai 5 tahun, berhubungan dengan demam tetapi tidak pernah terbukti adanya infeksi intrakranial atau penyebab tertentu.(1)
Kejang demam dibagi menjadi(2):
1.      Kejang demam simpleks (simple febrile seizure)
Kejang demam sederhana adalah kejang demam yang lama kejangnya kurang dari 15 menit. Umumnya tidak berulang pada satu episode demam.
2.      Kejang demam kompleks (complex febrile seizure)
Merupakan kejang dengan ciri:
a.       Jika kejang berlangsung lebih dari 15 menit.
b.      Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial.
c.       Berulang atau lebih dari satu kali dalam 24 jam.

1.2.            Epidemologi Kejang Demam

Kejang demam merupakan bentuk umum kejang pada anak, menyerang antara 2% sampai 4% anak-anak di Amerika Serikat dan Eropa, 9% sampai 10% anak-anak di Jepang dan 14% anak-anak di Guam. Puncak kejadian kejang demam diperkirakan pada umur 18 bulan.(2)
Umumnya kejang demam yaitu kejang demam simpleks. Pada studi 428 orang anak dengan kejang awal, paling tidakbentuk kompleks tercatat pada 35% anak, termasuk bentuk fokal (16%), kejang berulang (14%) dan dalam waktu lama (> 10 menit sebanyak 13%). Kebanyakan kejang demam tidak terjadi pada permulaan demam. Pada penelitian Berg. et al, hanya 21% anak yang mengalami kejang sebelum atau satu jam setelah demam. 57% nya mengalami kejang setelah 1 hingga 24 jam setelah demam dan 22% mengalami kejang demam labih dari 24 jam setelah demam.(2)

1.3.            Etiologi Kejang Demam

Beberapa kondisi yang dapat menimbulkan kejang demam:(2)
a.       Riwayat keluarga yang memiliki penyakit kejang demam.
b.      Efek produk toksik mikroorganisme.
c.       Demam, yang disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan atas, otitis media, pneumonia, gastroenteritis, infeksi saluran kemih.
d.      Respon alergi atau keadaan umum yang abnormal oleh infeksi.
e.       Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit.
f.       Ensefalitis viral (radang otak akibat virus) yang ringan yang tidak diketahui atau ensefalopati toksik sepintas.

1.4.            Patofisiologi Kejang Demam

Pada saat demam kenaikan suhu 1oC akan mengakibatkan kenaikan metabolism basal 10-15% dan kebutuhan oksigen meningkat 20%. Pada seorang anak berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh, dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15%. Jadi, pada kenaikan suhu tubuh tertentu dapat terjadi perubahan keseimbangan dari membrane sel neuron sehingga dalam waktu singkat terjadi difusi ion kalium maupun natrium melalui membrane yang mengakibatkan terjadinya pelepasan muatan listrik. Pelepasan muatan listrik meluas ke membrane sel tetangga melalui neurotransmitter sehingga terjadi kejang.
Setiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda. Pada anak dengan ambang kejang yang rendah, kejang terjadipada suhu 38oC sedangkan pada anak dengan ambang kejang yang tinggi, kejang baru terjadi pada suhu 40oC atau lebih.(2)

1.5.            Manifestasi Klinis Kejang Demam

Kejang terkait dengan kenaikan suhu yang cepat dan biasanya berkembang bila suhu tubuh mencapai 39oC atau lebih. Kejang khas menyeluruh, tonik-klonik lama beberapa detik sampai 10 menit, diikuti dengan periode mengantuk singkat pasca kejang. Kejang demam yang menetap lebih lama dari 15 menit menunjukkan penyebab organisme seperti proses infeksi atau toksik dan memerlukan pengamatan menyeluruh.(3)

1.6.            Penatalaksanaan Kejang Demam

a.       Pengobatan Fase Akut
Anak yang sedang mengalami kejang, prioritas utama adalah menjaga agar jalan nafas tetap terbuka. Pakaian dilonggarkan, posisi anak dimiringkan untuk mencegah aspirasi. Sebagian besar kasus kejang berhenti sendiri, tetapi dapat juga berlangsung terus atau berulang. Pengisapan lendir dan pemberian oksigen harus dilakukan teratur, kalau perlu dilakukan intubasi. Keadaan dan kebutuhan cairan, kalori dan elektrolit harus diperhatikan. (1) Suhu tubuh dapat diturunkan dengan kompres air hangat (diseka) dan pemberian antipiretik (asetaminofen oral 10-15 mg/ kg BB/ dosis, tiap 4-6 jam, maks 5 dosis perhari atau ibuprofen oral 5-10 mg/kgBB/dosis, tiap 6-8 jam, maks 600 mg/dosis).(4)(5)
Saat ini diazepam merupakan obat pilihan utama untuk kejang demam fase akut, karena diazepam mempunyai masa kerja yang singkat. Diazepam dapat diberikan secara intravena atau rektal, jika diberikan intramuskular absorbsinya lambat. Dosis diazepam  pada anak adalah 0,05-0,2 mg/kg/dosis (bolus lambat)diberikan secara intravena pada kejang demam fase akut, tetapi pemberian tersebut sering gagal pada anak yang lebih kecil. Jika jalur intravena belum terpasang, diazepam dapat diberikan per rektal dengan dosis 5 mg bila berat badan kurang dari 10 kg dan 10 mg pada berat badan lebih dari 10 kg. (1)(5)


b.      Pengobatan Profilaksis terhadap Kejang Demam Berulang(1)
                                i.            Profilaksis Intermiten pada Waktu  Demam
Pengobatan profilaksis intermittent dengan antikonvulsan segera diberikan pada waktu pasien demam (suhu rektal lebih dari 38ÂșC). Pilihan obat harus dapat cepat masuk dan bekerja ke otak. Antipiretik saja dan fenobarbital tidak mencegah timbulnya kejang berulang. Rosman dkk, meneliti bahwa diazepam oral efektif untuk mencegah kejang demam berulang dan bila diberikan intermitent hasilnya lebih baik karena penyerapannya lebih cepat. Diazepam diberikan melalui oral atau rektal. Dosis per rektal tiap 8 jam adalah 5 mg untuk pasien dengan berat badan kurang dari 10 kg dan 10 mg untuk pasien dengan berat badan lebih dari 10 kg. Dosis oral diberikan 0,2-0,5 mg/kg/dosis  perhari dibagi dalam 3 dosis, diberikan bila pasien menunjukkan suhu 38,5oC atau lebih. Efek samping diazepam adalah ataksia, mengantuk dan hipotoni.

                              ii.            Profilaksis Terus Menerus dengan Antikonvulsan Tiap Hari
Indikasi pemberian profilaksis terus menerus pada saat ini adalah:
·      Sebelum kejang demam yang pertama sudah ada kelainan atau gangguan perkembangan neurologis.
·      Terdapat riwayat kejang tanpa demam yang bersifat genetik pada orang tua atau saudara kandung.
·      Kejang demam lebih lama dari 15 menit, fokal atau diikuti kelainan neurologis sementara atau menetap.
·      Kejang demam terjadi pada bayi berumur kurang dari 12 bulan atau terjadi kejang multipel dalam satu episode demam.

Antikonvulsan profilaksis terus menerus diberikan selama 1 – 2 tahun setelah kejang terakhir, kemudian dihentikan secara bertahap selama 1 – 2 bulan. Pemberian profilaksis terus menerus hanya berguna untuk mencegah berulangnya kejang demam berat, tetapi tidak dapat mencegah timbulnya epilepsi di kemudian hari. Pemberian fenobarbital 3 – 5 mg/kg BB perhari dengan kadar sebesar 16 mg/mL dalam darah menunjukkan hasil yang bermakna untuk mencegah berulangnya kejang demam. Efek samping fenobarbital ialah iritabel, hiperaktif, pemarah dan agresif ditemukan pada 30–50 % kasus. Efek samping fenobarbital dapat dikurangi dengan menurunkan dosis. Obat lain yang dapat digunakan adalah asam valproat yang memiliki khasiat sama dibandingkan dengan fenobarbital. Ngwane meneliti kejadian kejang berulang sebesar 5,5 % pada kelompok yang diobati dengan asam valproat dan 33 % pada kelompok tanpa pengobatan dengan asam valproat. Dosis asam valproat adalah Mulai 10 mg/kg/24 jam ditambah dengan 5-10 mg/kg/minggu. Efek samping yang ditemukan adalah hepatotoksik, tremor dan alopesia. Fenitoin dan karbamazepin tidak memiliki efek profilaksis terus menerus.

Obat-obat antikonvulsan yang lazim digunakan pada kejang demam:(3)
Nama obat
Dosis oral
Dosis pemberian IV
Efek samping
Diazepam
0,2-0,5 mg/kg/dosis
0,05-0,2 mg/kg/dosis (bolus lambat) max 10 mg
Bradikardia, hipotensi, ataksia
Fenobarbital
3-5 mg/kg/hari
10-20 mg/kg
20-30 mg/kg pada neonates
Hiperaktifitas, iitabilitas, pola tidur berubah, Sindrom Steven Johnson
Na Valproat
Mulai 10 mg/kg/24 jam ditambah dengan 5-10 mg/kg/minggu

Penambahan berat badan, alopesia, hepatotoksisitas, tremor


Tidak ada komentar:

Google Ads