Google ads

Minggu, 14 Juni 2015

Vertigo



a.      
1.      Pengertian
            Vetigo merupakan keluhan yang sering dijumpai dalam praktek yang sering digambarkan sebagai rasa berputar, rasa oleng, tak stabil atau rasa pusing, deskripsi tersebut penting diketahui agar tidak dikacaukan dengan nyeri atau sefalgi. Vertigo berasal dari bahasa Latin yang artinya memutar – merujuk pada sensasi berputar sehingga mengganggu rasa keseimbangan seseorang, umumnya disebabkan oleh gangguan pada sistem keseimbangan (Wahyudi, 2012).
2.      Patofisiologi
            Rasa pusing atau vertigo disebabkan oleh gangguan alat keseimbangan tubuh yang mengakibatkan ketidakcocokan antara posisi tubuh yang sebenarnya dengan apa yang dipersepsi oleh susunan saraf pusat.
            Ada beberapa teori yang berusaha menerangkan kejadian tersebut :
1.        Teori rangsang berlebihan (overstimulation)
Teori ini berdasarkan asumsi bahwa rangsang yang berlebihan menyebabkan hiperemi kanalis semisirkularis sehingga fungsinya terganggu; akibatnya akan timbul vertigo, nistagmus, mual dan muntah.
2.        Teori konflik sensorik
Menurut teori ini terjadi ketidakcocokan masukan sensorik yang berasal dari berbagai reseptor sensorik perifer yaitu antara mata/visus, vestibulum dan proprioseptik, atau ketidak-seimbangan/asimetri masukan sensorik dari sisi kiri dan kanan.
     Ketidakcocokan tersebut menimbulkan kebingungan sensorik di sentral sehingga timbul respons yang dapat berupa nistagmus (usaha koreksi bola mata), ataksia atau sulit berjalan (gangguan vestibuler, serebelum) atau rasa melayang, berputar (yang berasal dari sensasi kortikal).
3.        Teori neural mismatch
Teori ini merupakan pengembangan teori konflik sensorik; menurut teori ini otak mempunyai memori/ingatan tentang pola gerakan tertentu; sehingga jika pada suatu saat dirasakan gerakan yang aneh/tidak sesuai dengan pola gerakan yang telah tersimpan, timbul reaksi dari susunan saraf otonom.
4.        Teori otonomik
Teori ini menekankan perubahan reaksi susunan saraf otonom sebaga usaha adaptasi gerakan/perubahan posisi; gejala klinis timbul jika sistim simpatis terlalu dominan, sebaliknya hilang jika sistim parasimpatis mulai berperan.
5.        Teori neurohumoral
Di antaranya teori histamin (Takeda), teori dopamin (Kohl) dan terori serotonin (Lucat) yang masing-masing menekankan peranan neurotransmiter tertentu.
6.        Teori sinap
Merupakan pengembangan teori sebelumnya yang meninjau peranan neurotransmisi dan perubahan-perubahan biomolekuler yang terjadi pada proses adaptasi, belajar dan daya ingat.
     Rangsang gerakan menimbulkan stres yang akan memicu sekresi CRF (corticotropin releasing factor); peningkatan kadar CRF selanjutnya akan mengaktifkan susunan saraf simpatik yang selanjutnya mencetuskan mekanisme adaptasi berupa meningkatnya aktivitas sistim saraf parasimpatik (Wahyudi, 2012).
3.      Manifestasi klinik
     Vertigo sendiri mungkin merupakan gangguan yang disebabkan oleh penyakit vestibuler perifer ataupun disfungsi sentral oleh karenanya secara umum vertigo dibedakan menjadi vertio perifer dan vertigo sentral. Penggunaan istilah perifer menunjukkan bahwa kelainan atau gangguan ini dapat terjadi pada end-organ (utrikulus maupun kanalis semisirkularis) maupun saraf perifer.
Perbedaan vertigo vestibuler perifer dan sentral

Vertigo vestibuler perifer
Vertigo vestibuler sentral
Kejadian
Episodik, onset mendadak
Konstan
Arah nistagmus (spinning)
Satu arah
Bervariasi
Aksis nistagmus
Horizontal atau rotatorik
Horizontal, vertikal, oblik atau rotatorik
Tipe nistagmus
Fase lambat dan cepat
Fase ierguler atau setimbang
Hilang pendengaran, tinitus
Bisa terjadi
Tidak ada
Kehilangan kesadaran
Tidak ada
Dapat terjadi
Gejala neurologis lainnya
Tidak ada
Sering disertai defisit saraf kranial serta tanda-tanda serebral dan piramidal.

4.      Penatalaksanaan
            Secara umum, penatalaksanaan medikamentosa mempunyai tujuan utama yaitu mengeliminasi keluhan vertigo dan memperbaiki proses kompensasi vestibuler serta mengurangi gejala-gejala neurovegetatif ataupun psikoafektif. Beberapa golongan obat yang dapat digunakan untuk penanganan vertigo adalah :
1.      Antikolinergik
Antikolinergik merupakan obat pertama yang digunakan untuk penanganan vertigo, yang paling banyak dipakai adalah skopolamin dan homatropin. Kedua preparat tersebut dapat juga dikombinasi dalam satu sediaan vertigo. Antikolinergik berperan sebagai supresan vestibuler melalui reseptor muskarinik.
2.      Antihistamin
Penghambat reseptor histamin-1 saat ini merupakan antivertigo yang banyak diresepkan untuk kasus vertigo diantaranya difenhidramin, siklizin, dimenhidrinat, meklozin dan prometazin. Mekanisme antihistamin sebagai supresan vestibuler tidak banyak diketahui, tetapi diperkirakan juga mempunyai efek terhadap reseptor histamin sentral.
3.      Histaminergik
Obat kelas ini diwakili oleh Betahistin yang digunakan sebagai antivertigo di beberapa negara Eropa. Betahistin sendiri merupakan prekursor histamin. Efek antivertigo betahistin diperkirakan berasal dari efek vasodilatasi, perbaikan aliran darah pada mikrosirkulasi di daerah telingan tengah dan sistem vestibuler.
4.      Antidopaminergik
Antidopaminergik biasanya digunakan untuk mengontrol keluhan mual pada pasien dengan gejala mirip vertigo. Sebagian besar antidopaminergik merupakan neuroleptik. Efek antidopaminergik pada vestibuler tidak diketahui dengan pasti, tetapi diperkirakan bahwa antikolinergik dan antihistaminik berpengaruh pada vestibuler perifer.
5.      Benzodiazepin
Benzodiazepin merupakan modulator GABA, yang akan berikatan di tenmpat khusus pada reseptor GABA. Efek sebagai supresan vestibuler diperkirakan terjadi melalui mekanisme sentral. Namun, seperti halnya obat-obat sedatif, akan mempengaruhi kompensasi vestibuler. Efek farmakologis utama dari benzodiazepin adalah sedasi, hipnosis, penurunan kecemasan, relaksasi otot, amnesia anterograd serta antikonvulsan.
6.      Antagonis kalsium
Obat golongan ini bekerja dengan menghambat kanal kalsium di dalam sistem vestibuler, sehingga akan mengurangi jumlah ion kalsium intrasel. Penghambat kanal kalsium ini berfungsi sebagai supresan vestibuler. Flunarizin dan sinarizin merupakan penghambat kanal kalsium yang diindikasikan untuk penatalaksanaan vertigo, kedua obat ini juga digunakan sebagai oabt migren.
7.      Simpatomimetik
Simpatomimetik, termasuk efedrin dan amfetamin, harus digunakan secara hati-hati karena adanya efek adisi.

Tidak ada komentar:

Google Ads