Jengkol
Tumbuhan jengkol
atau lebih dikenal dengan tumbuhan Jering adalah termasuk dalam famili Fabaceae
(suku biji-bijian). Tumbuhan ini memiliki nama latin Pithecellobium jiringa
dengan nama sinonimnya yaitu A.Jiringa, Pithecellobium lobatum Benth., dan
Archindendron pauciflorum. Tumbuhan ini merupakan tumbuhan khas di wilayah Asia
Tenggara dengan ukuran pohon yang tinggi yaitu ± 20m, tegak bulat berkayu,
licin, percabangan simpodial, cokelat kotor. Bentuk majemuk, lonjong,
berhadapan, panjang 10 – 20 cm, lebar 5 – 15 cm, tepi rata, ujung runcing,
pangkal membulat, pertulangan menyirip, tangkai panjang 0,5 – 1 cm, warna hijau
tua. Struktur majemuk, berbentuk seperti tandan, diujung dan ketiak daun,
tangkai bulat, panjang ± 3 cm, berwarna ungu kulitnya, bentuk buah menyerupai
kelopak mangkok, benag sari kuning, putik silindris, kuning mahkota lonjong,
putih kekuningan. Bulat pipih berwarna coklat kehitaman, berkeping dua dan
berakar tunggang. Pohon Jengkol sangat bermanfaat dalam konservasi air di suatu
tempat hal ini dikarenakan ukuran pohonnya yang sangat tinggi
Klasifikasi Ilmiah Tumbuhan Jengkol
Klasifikasi
tumbuhan jengkol yang digunakan dalam penelitian ini memiliki taksonomi sebagai
berikut: Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Rosales Suku : Fabacceae Genus : Pithecellobium Spesies :
Pithecellobium jiringa (Jack) Prain (Nurussakinah, 2010) 2.1.3 Nama Daerah
Gayo: jering, Batak: joring, Minangkabau: jarieng, Lampung: jaring, Bali:
Blandingan, Sulawesi Utara: Lubi, Jawa: jingkol (Nurussakinah, 2010).
2.1.4 Kandungan
Kimia Jengkol dan Kulit Jengkol Kulit buah tumbuhan
jengkol
(Pithecollobium lobatum Benth.) dinyatakan mengandung senyawa flavonoida
berdasarkan hasil skrinning fitokimia yang dilakukan dengan pereaksi FeCl3 1%,
NaOH 10%, Mg-HCl, dan H2SO4(p). Terhadap kulit buah tumbuhan jengkol tersebut
dilakukan ekstraksi maserasi menggunakan pelarut metanol (pelarut polar) dan
selanjutnya dilakukan ekstraksi partisi dengan menggunakan pelarut n-heksan
(non polar) dengan tujuan untuk memisahkan senyawa yang bersifat non polar
misalnya lemak (lipid) (Hutauruk, 2010). Bahan aktif dari kulit jengkol seperti
alkaloid, terpenoid, saponin, dan asam fenolat dapat digunakan sebagai
larvasida dengan cara mengekstrak kulit jengkol. Kulit jengkol digiling sampai
berupa simplisia. Lalu, simplisia direbus 7 dan dimaserasi selama tiga hari.
Hasil maserasi disaring digunakan sebagai larutan ekstrak air kulit jengkol.
Dalam hal ini, pelarut yang dipakai adalah menggunakan air biasa, karena dapat
dengan mudah diperoleh dan mudah untuk pembuatan ekstrak. Hasilnya, kemampuan
ekstrak air kulit jengkol dalam, mengendalikan populasi Aedes aegypti dapat
diamati melalui kemampuannya menurunkan indeks pertumbuhan jentik.
Hasil skrinning
fitokimia serbuk simplisia dan ekstrak etanol kulit buah jengkol menunjukkan
adanya kandungan senyawa kimia alkaloid, flavonoid, tanin, saponin, glikosida,
dan steroid/triterpenoid. Tanin dan flavonoid adalah senayawa aktif
antibakteri. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nurussakinah di tahun
2010, ekstrak etanol kulit buah jengkol dapat menghambat pertumbuhan bakteri
Streptococcus mutans, Staphylococcus aureus, dan Eschericia coli. Hasil uji
aktivitas dari ekstrak etanol diperoleh konsentrasi terkecil pada bakteri
Streptococcus mutans sebesar 30 mg/mL, konsentrasi terkecil bakteri
Staphylococcus aureus sebesar 20 mg/mL dan konsentrasi terkecil pada bakteri
Eschericia coli sebsesar 20 mg/mL. Ekstrak juga memberikan batas daerah hambat
yang efektif dengan diameter 15,66 nm pada konsentrasi 90 mg/mL untuk bakteri
Streptococcus mutans, diameter 14,26 nm pada konsentrasi 90 mg/mL untuk bakteri
Staphylococcus aurenus, diameter 14,67 nm pada konsentrasi 60 mg/mL
Kerupuk
Kerupuk
merupakan makanan khas Indonesia dan sudah sangat dikenal oleh masyarakat.
Kerupuk sangat beragam dalam bentuk, ukuran, warna, bau, rasa, kerenyahan,
ketebalan ataupun nilai gizinya.
Kerupuk
merupakan makanan kudapan yang bersifat kering, ringan yang terbuat dari bahan
yang mengandung pati yang cukup tinggi. Kerupuk merupakan makanan kudapan yang
popular, mudah cara membuatnya beragam warna dan rasa, disukai oleh segala
lapisan usia (Wahyuni, 2007). Kerupuk adalah makanan ringan yang dibuat dari
adonan tepung tapioka dicampur bahan perasa seperti udang atau ikan. Kerupuk
dibuat dengan mengukus adonan sebelum dipotong tipis-tipis, dikeringkan di
bawah sinar matahari dan digoreng dengan minyak goreng yang banyak (Soemarmo,
2009). Kerupuk pada dasarnya dibagi menjadi dua jenis yaitu kerupuk halus dan
kerupuk kasar. Kerupuk kasar dibuat hanya dari bahan pati yang ditambahkan
bumbu, sedangkan kerupuk halus ditambah lagi dengan bahan berprotein seperti
ikan sebagai bahan tambahan.
Kerupuk tapioka
mempunyai kandungan protein yang rendah. Hal ini dikarenakan kadar protein
bahan baku yang digunakan (tepung tapioka) rendah Penambahan ikan, tepung udang
dan sumber protein lainnya pada adonan kerupuk diharapkan akan meningkatkan
kandungan protein kerupuk yang dihasilkan. Pembuatan adonan merupakan tahap
yang penting dalam pembuatan kerupuk mentah. Adonan dibuat dengan mencampurkan
bahanbahan utama dan bahan-bahan tambahan yang diaduk hingga diperoleh adonan
yang liat dan homogen Kerupuk dengan campuran tepung tapioka mempunyai mutu
yang lebih baik daripada tanpa campuran dilihat dari warna, aroma, tekstur dan
rasa.
Kerupuk memiliki
tekstur berongga dan renyah, hal ini merupakan salah satu mutu dari kerupuk.
Sifat renyah pada produk kerupuk dan crackers berpengaruh terhadap kualitas
produk pangan dan berperan dalam metode penyimpanan suatu produk pangan
(Wiratakusumah et al., 6 1989). Sifat kerupuk mudah melempem, hal ini berkaitan
dengan kelembaban udara lingkungan dan tingkat penyerapan air pada produk
kerupuk. Kelembaban udara di Indonesia yang relatif tinggi (80%-90%) memacu
teknologi pembentukan bahan pengemas yang tahan terhadap kondisi lingkungan dan
sesuai dengan produk bahan yang dikemas. Bahan pengemas tahan uap air dan udara
yang sering digunakan untuk produk kerupuk adalah plastik, kaleng, dan gelas
Bahan pembuat kerupuk dapat dibagi menjadi dua
bagian yaitu bahan baku dan bahan tambahan. Bahan baku adalah bahan yang
digunakan dalam jumlah besar dan fungsinya tidak dapat digantikan oleh bahan
lain. Bahan tambahan adalah bahan yang diperlukan untuk melengkapi bahan baku
dalam proses pembuatan kerupuk. Bahan tambahan dari kerupuk adalah garam,
bumbu, bahan pengembang dan air. Bumbu yang digunakan dalam pembuatan kerupuk
berfungsi untuk memperbaiki dan menambah cita rasa kerupuk (Djumali et al., 1982).
Krupuk Jengkol
Kerupuk jengkol adalah salah satu cemilan yang
termasuk kedalam golongan makanan ringan. Kerupuk jengkol merupakan jenis
cemilan yang memang sengaja dibuat dari bahan dasar jengkol. Makanan ini
memiliki rasa yang renyah dan gurih juga dapat dijadikan sebagai lauk untuk
teman makan nasi, bisa juga dimakan dan dipadukan dengan makanan berkuah
misalnya baso atau soto. Jengkol termasuk bahan makanan berupa lalab, dan untuk
saat ini harga jengkol memang lumayan mahal, haraganya hampir sama dengan
daging.
Kerupuk
jengkol adalah makanan yang terbuat dari jengkol, tan pa ada campuran apapun.
Jengkol di rebus supaya lunak kemudian di tumbuk sampai tipis, seperti halnya
bentuk kerupuk. Jadi adpun kandungan dari Kerupuk jengkol ini adalah
1.
Kaya Protein
Jengkol ternyata kaya akan kandungan protein yang
cukup tinggi berkisar antara 23,3 gram per 100 gram jengkol. Kandungan protein
nabati dari jengkol ini lebih tinggi dari kacang kedelai dan kacang hijau.
Protein dalam tubuh sangat berfungsi sebagai pengganti atau untuk memperbaiki
sel-sel yang rusak dalam tubuh. Kandungan protein nabati lebih baik daripada
protein hewani. Dari penelitian diketahui bahwa mengkonsumsi lebih banyak protein
hewani akan mempercepat penggemukan, sedangkan mengkonsumsi banyak protein
nabati akan lebih banyak meningkatkan kesehatan dan memperpanjang umur dua kali
lebih lama daripada protein hewani. Selain itu tentunya banyak sekali manfaat
protein bagi tubuh kita.
2.
Kaya Zat Besi
Zat besi merupakan hal penting dalam tubuh. Zat besi
berfungsi penting dalam mengangkut oksigen dari paru-paru keseluruh jaringan
sel tubuh serta mengangkut elektron tubuh yang berfungsi sebagai pembangkit
energi dalam sel tubuh. Dalam pengangkutan oksigen penggabungan antara zat besi
dan protein akan membentuk hemoglobin dalam sel darah merah dan myoglobin di
dalam serabut otot yang berperan penting dalam pembentukan enzim yang berperan
membangkitkan energi tubuh. Di dalam jengkol terkandung 4,7 gram zat besi per
100 gram.
3.
Kaya Kalsium
Kandugan kalsium dalam jengkol berkisar 140 mg per 100
gram jengkol. Seperti yang kita ketahui kalsium adalah unsur penting yang mampu
mencegah osteoporosis atau pengeroposan tulang. Selain itu kalsium juga
berperan penting dalam metabolisme tubuh, penghubung antar jaringan syaraf,
pergerakan otot dan kerja jantung.
4.
Kaya kandungan Fosfor
Fosfor berfungsi hampir sama dengan Kalsium sebagai
pencegah tulang keropos dan menjaga gigi agar tidak berlubang. Kandungan fosfor
di dalam jengkol berkisar 166,7 mg per 100 gram jengkol. Mau gigi berubang atau
memilih makan jengkol.
5.
Kaya kandungan Vitamin
Vitaman A, B1, B2, dan C adalah vitamin yang
terkandung dalam jengkol. Pada jengkol berkisar 658 mg per 100 gram jengkol
untuk kandungan vitamin A, yang berfungsi menjaga kesehatan mata. Vitamin B2
dan B1 masing-masing membantu penyerapan protein dan menjaga kepekaan syaraf.
Kandungan Vitamin C pada jengkol 80 mg per 100 gram, sebagai antioksidan
penangkal radikal bebas.
a) Jengkol mengandung asam jengkol atau jengkolic
acid, ini satu-satunya nama ilmiah yang pakai bahasa Indonesia.
Asam jengkolat bersifat sama dengan uric acid (asam urat), yang
dalam konsentrasi tinggi dapat menyebabkan kristal-kristal dalam urine.
b) Asam jengkolat (jengkolic acid)
adalah sejenis asam amino yang terkandung dalam biji jengkol. Endapan asam jengkolat membentuk kristal berujung runcing
yang bisa melukai pembuluh darah di ginjal dan saluran kencing.
c) Inilah sebabnya mengapa orang yang
sering makan jengkol akan jarang buang air kecil.
Bila dibiarkan terus-menerus bisa menyebabkan terbentuknya batu ginjal.
Kencingnyatidakbisakeluarkarenamengalamiretensi urine, atauseringjugadisebutkejengkolan.
Kencingnyatidakbisakeluarkarenamengalamiretensi urine, atauseringjugadisebutkejengkolan.
d) Untuk mengatasinya,
asam jengkolat bisa larut dengan menggunakan bikarbonat yang
bersifat basa. Jadi kalau habis makan jengkol minum air putih yang banyak atau minum
soda agar tidak terjadi retensi urine.
Gejala
– Gejala Jengkolan
Orang
yang kejengkol atau keracunan jengkol bias mengalami gejala berikut :
a) Merasakan nyeri perut
b) Mual-muntah
c) Susah buang air kecilataudisebutjuga
'anyang-anyangan'.
d) Padatingkatan yang lebihparah,
volume air kencing yang dikeluarkan berkurang dan kadang-kadang disertai bercak darah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar