Google ads

Senin, 18 Mei 2015

Kolesterol



1.    Pengertian Kolesterol
Kolesterol adalah molekul sejenis lipid dalam aliran darah. Kolesterol diproduksi oleh hati berguna  untuk  proses  metabolisme tubuh. Namun jika makanan yang mengandung kolesterol dikonsumsi secara berlebihan akan mengakibatkan penumpukan lemak yang menyumbat pembuluh darah atau mengakibatkan pengapuran dan pengerasan pembuluh darah (aterosklerosis) (Hardjono, 2009). Kolesterol dalam di dalam tubuh terutama  diperoleh  dari hasil sintesis di dalam hati. Bahan bakunya diperoleh dari karbohidrat, protein dan lemak. Jumlah yang disintesis bergantung  pada kebutuhan tubuh dan jumlah yang diperoleh dari makanan (Almatsier, 2004).
Kolesterol merupakan salah satu elemen lemak dan pasti terdapat di setiap tubuh manusia. Dalam kondisi normal senyawa ini tidak berbahaya. Bersifat merugikan (menjadi penyakit) serta dianggap sebagai penyebab berbagai penyakit mematikan, seperti jantung koroner, stroke, tekanan darah tinggi, dan diabetes saat jumlahnya melebihi batas normal (Herliana dan Sitanggang, 2009).

Tabel 2.1. Kadar Kolesterol dalam darah

Normal
Ambang Normal
Tinggi
LDL kolesterol (mg/dl)
< 130
130-159
160
HDL kolesterol(mg/dl)
> 45
35-45
<35
Trigliserida (mg/dl)
< 200
200-399
400
Total kolesterol (mg/dl)
< 200
200-239
240
   Sumber : Arumdati, 2009 (PERKENI , Persatuan Endokrin Indonesia 1995)
Kadar kolesterol dalam tubuh dinyatakan normal pada saat kadar kolesterol total kurang 200 mg/dl. Sementara, kolesterol HDL 35-65 mg/dl dan kolesterol LDL kurang dari 150 mg/dl (Herliana dan Sitanggang, 2009).
2.   Manfaat Kolesterol Dalam Tubuh
Freeman dan Junge 2008, kolesterol menjalankan fungsi utama:
1.      Kolesterol membantu membentuk selubung luar sel.
2.      Kolesterol membentuk asam empedu yang mencerna makanan di usus.
3.      Kolesterol memungkinkan tubuh membentuk vitamin D dan hormon-hormon, seperti estrogen pada wanita dan testosteron pada pria.
Kolesterol diperlukan oleh semua sel tubuh untuk membangun membran yang berguna sebagai pelindung sel dari zat-zat perusak dari luar tubuh yang bertahan di dalam tubuh. Kolesterol juga berperan dalam pembentukan hormon-hormon anak ginjal, buah pelir (testis) dan indung telur (ovarium) (Yatim, 2010)
3.   Kandungan Kolesterol Dalam Makanan
Makanan yang mengandung tinggi kolesterol yaitu minyak dan lemak hewan, antara lain daging sapi/kambing/babi, kulit ayam, jerohan, otak, hati ayam, cumi, udang, kerang, kepiting, kuning telur (Oetoro, 2008).                  
4.    Jenis Kolesterol
Menurut Arumdati (2009), Jenis kolesterol ada 3 yaitu :
a)      Low-density lipoprotein (LDL)
LDL mengandung 75% kolesterol dan hanya sedikit protein. LDL berperan untuk mengalirkan kolesterol ke seluruh tubuh. Kelebihan LDL dapat menyebabkan penumpukan lemak di dinding arteri.
b)      High density lipoprotein (HDL)
HDL mengandung banyak protein dan mengalirkan 20% hingga 30% kolesterol ke seluruh tubuh. HDL berperan untuk membuang kelebihan kolesterol dari sel dan dinding arteri serta membawa kolesterol kembali ke hati.
c)      Triglicerides
Berperan dalam penyimpanan lemak dan berpengaruh dalam pembentukan lipoprotein kaya kolesterol yang menyebabkan kolesterol tinggi serta m
eningkatkan pembentukan gumpalan darah.

                 Ada dua macam kolesterol dalam tubuh, yaitu low density   lipoprotein (LDL) dan high density lipoprotein (HDL). LDL bersifat     aterogenik, karena mudah melekat di pembuluh darah dan menyebabkan    penumpukan lemak yang lama kelamaan mengeras (membentuk plak). Akibatnya, terjadi penyumbatan dan kekakuan. Pada akhirnya dapat menimbulkan arterosklerosis (penyempitan dan pengerasan pembuluh darah arteri) (Herliana dan Sitanggang, 2009). Akibatnya, jantung kesulitan memompa darah dan timbul rasa nyeri di dada, pusing-pusing, dan berlanjut kegejala serangan jantung mendadak. Bila penyumbatan terjadi di otak maka yang diderita adalah stroke dan bisa juga menyebabkan kelumpuhan (Mahdiana, 2010).
Sebaliknya, HDL  bersifat anti-aterogenik. Fungsinya mengangkut kolesterol bebas atau LDL dari pembuluh darah dan jaringan lain menuju hati. Selanjutnya, mengeluarkannya melalui empedu (Herliana dan Sitanggang, 2009).
5.    Komplikasi Akibat Kelebihan Kolesterol (Hiperkolesterol)
Menurut Siswono (2001), kolesterol darah yang tinggi merupakan salah satu faktor risiko yang dapat menyebabkan :
1.       Penyumbatan pada pembuluh darah jantung yang dapat menimbulkan
serangan jantung.
2.       Penyumbatan pada pembuluh darah otak yang dapat menimbulkan
serangan stroke.
Menurut Herliana dan Sitanggang (2009), komplikasi akibat hiperkolesterol bisa muncul di organ tubuh. Bahkan, beberapa penyakit disebabkan oleh hiperkolesterol.
a.       Hipertensi (tekanan darah tinggi)
Hipertensi biasa disebut darah tinggi. Faktor risiko penyakit ini terjadi karena kolesterol menempel pada pembuluh darah sehingga meningkatkan tekanan dalam pembuluh darah. Gejala-gejala penderita penyakit hipertensi sangat umum pusing, leher terasa kaku dan tidak semua orang bisa merasakan gejala tersebut (Hardjono, 2009).
b.      Diabetes
Pembuluh darah yang menyempit dapat meningkatkan kadar gula dalam darah.
c.       Jantung Koroner
Penyakit   jantung   koroner   adalah   penyakit   yang   mematikan. Penyakit ini terjadi karena penyempitan pembuluh darah yang menyediakan darah dan oksigen ke jantung. Darah yang mengandung oksigen sulit mengalir melalui pembuluh darah arteri yang menyempit sehingga beberapa bagian dari jantung tidak cukup pasokan oksigen. Bagian otot jantung ini sangat lemah hingga tidak bisa menjalankan fungsinya. Sebagian  otot  jantung  yang  lain  bekerja lebih keras untuk     menjalankan     fungsinya     sehingga    melelahkan    jantung.
Terjadi jantung koroner bila arteri tersumbat, tersumbatnya koroner mengakibatkan darah terhenti dan pada akhirnya berakibat jantung rusak. Karena jantung rusak maka sebagian otot-otot jantung tidak dapat bekerja dengan sempurna sehingga jantung hanya dapat memompa darah dalam jumlah kecil ke bagian tubuh lainnya (Hardjono, 2009).
d.      Stroke
Hiperkolesterol menyebabkan dan memperburuk aterosklerosis. Akibatnya, terjadi penebalan dan kerusakan dinding pembuluh darah secara berangsur-angsur. Sehingga makanan yang banyak mengandung kolesterol seperti junk food dapat membahayakan dan mempercepat kemungkinan munculnya penyakit stroke (Herliana dan Sitanggang, 2009).
e.       Katarak atau kebutaan. Akibat penumpukan kolesterol di pembuluh darah mata.
f.       Gagal ginjal. Terjadi penyempitan pembuluh darah di ginjal akibat penumpukan kolesterol sehingga kerja ginjal menjadi lebih keras. Karena itu, penderita harus cuci darah seumur hidup.
6.    Cara Menanggulangi Hiperkolesterol
Menurut Hardjono (2009), untuk usaha pencegahan dan pengendalian kolesterol dan trigliserida tinggi diperlukan perbaikan gaya hidup dengan menerapkan pola hidup sehat, diantaranya yaitu :
a.         Mengontrol berat badan : pengurangan berat badan mampu membantu menurunkan kolesterol LDL dan trigliserida serta meningkatkan HDL.
b.         Olahraga secara teratur dapat meningkatkan kadar HDL.
c.         Mengatur pola makan: Membatasi makanan berlemak dan kolesterol tinggi, serta membiasakan banyak buah dan sayur yang banyak mengandung vitamin C dan serat larut dapat membantu membuang kolesterol. Banyak makan ikan laut yang mengandung asam lemak tak jenuh majemuk akan membantu menurunkan kolesterol.
d.        Mengubah kebiasaan : meninggalkan kebiasaan-kebiasaan tidak sehat seperti merokok, minuman beralkohol dan perilaku tidak sehat lainnya.
Herliana dan Sitanggang 2009, anjuran yang harus dipatuhi penderita hiperkolesterol sebagai berikut :
a)         Tidak mengonsumsi makanan berlemak dan mengandung kolesterol tinggi secara berlebihan. Misalnya daging berlemak, jeroan, kuning telur, dendeng, dan gorengan.
b)        Banyak mengkonsumsi makanan berserat yang larut dalam air. Misalnya buah segar, sayur (wortel, buncis, bayam, dan sayuran berwarna hijau gelap hingga jingga), serta kacang-kacangan.
c)         Mengurangi konsumsi fast food. Fast food umumnya banyak mengandung lemak, tinggi karbohidrat, dan rendah serat. Sebagian ayam ras yang digunakan untuk fast food  misalnya, diperoleh dari mutasi genetik serta diberi pakan yang mengandung banyak hormon. Akibatnya, sistem metabolisme terbebani dan tubuh dipaksa bekerja berat mencerna bahan yang tidak berguna bahkan berbahaya bagi tubuh.
d)        Menurunkan berat badan (jika mengalami kegemukan). Antara lain melalui diet makanan dan berolahraga secara teratur.
e)         Berolahraga secara teratur. Olahraga atau latihan fisik harus     dilakukan secara rutin oleh penderita hiperkolesterol. Olahraga harus   dilakukan secara rutin seumur hidup. Kadar kolesterol serta kadar gula dan tekanan darah akan menjadi normal dengan rutin berolahraga. Keuntungan lainnya adalah berat badan terjaga dan mencegah terjadinya osteoporosis (keropos tulang).
f)         Berhenti merokok. Merokok dapat memicu penebalan atau penyempitan pembuluh darah.
g)        Menghindari stress. Stress dapat meningkatkan kolesterol dalam pembuluh darah. Pada  saat stres, adrenalin dan hormon tiroid yang diproduksi menjadi berlebih. Akibat rangsangan adrenalin, tekanan darah menjadi meningkat. Begitu juga dengan kolesterol. Jika stres terjadi berulang-ulang tekanan darah dan kolesterol akan terus meningkat yang akhirnya menyebabkan hiperkolesterol dan stroke.
h)        Memeriksakan diri secara rutin ke dokter Check up (pemeriksaan kesehatan)   harus    dilakukan,   meskipun   tidak  menderita  penyakit.
Jika seseorang telah menderita penyakit, penderita harus memeriksakan diri secara rutin ke dokter atau laboratorium untuk mengetahui secara pasti kondisi tubuhnya (melalui pemeriksaan laboratorium).

B.  Faktor-Faktor Yang Mungkin Berhubungan Dengan Hiperkolesterol
Faktor risiko kolesterol dibagi dua, yakni faktor risiko yang dapat   dikendalikan dan yang tidak dapat dikendalikan. Faktor risiko yang tidak dapat dikendalikan antara lain usia. Biasanya semakin bertambah usia, kadar kolesterol semakin tinggi. Selain itu, jenis kelamin juga merupakan salah satu faktor. Biasanya wanita memiliki risko terkena kolesterol tinggi ketika masa menopause karena pada masa ini kadar LDL dalam tubuh wanita cenderung meningkat. Faktor genetik juga bisa menjadi faktor risiko yang mempengaruhi tingginya kadar HDL atau LDL seseorang (Arumdati, 2009).
Sementara itu, faktor risiko yang dapat dikendalikan antara lain faktor gaya hidup, seperti obesitas, kandungan gizi pada makanan yang kurang diperhatikan saat dikonsumsi, kurang aktivitas yang bisa memicu naiknya kadar kolesterol, dan merokok. Semua faktor ini dapat membantu pembentukan penumpukan lemak pada dinding arteri. Jika kolesterol yang menumpuk dalam darah semakin banyak, maka akan terjadi penyumbatan darah hingga berisiko penyakit jantung, stroke, dan penyakit kardiovaskular lainnya (Arumdati, 2009).

1.      Faktor Risiko Yang Tidak Dapat Dikendalikan
a.      Umur
Semakin bertambah  umur semakin bertambah  umur maka semakin tinggi risiko untuk menderita kadar kolesterol tinggi. Risiko paling tinggi pada umur 40 tahun keatas. Kadar kolesterol pada laki-laki dan perempuan mulai meningkat umur 20 tahun. Pada laki-laki kolesterol meningkat sampai umur 50 tahun. Pada perempuan sebelum menopause (45-50 tahun) lebih rendah dari pada laki-laki dengan umur yang sama. Setelah menopause kadar kolesterol perempuan meningkat menjadi lebih tinggi dari pada laki-laki (Karma, 2010).
Risiko penyakit jantung dan pembuluh darah meningkat pada usia diatas 55 tahun untuk laki-laki dan diatas 65 tahun untuk  perempuan. Pada usia > 18 tahun deteksi dini untuk mengetahui kadar kolesterol dalam darah sudah dapat ditegakkan. Karena pada usia tersebut kadar kolesterol dalam darah sudah mengalami peningkatan (Depkes RI, 2009).
b.      Jenis Kelamin
                        Sebelum  menopouse,  wanita  berisiko  dengan kolesterol lebih rendah dibanding pria. Tetapi setelah menopouse, kadar kolesterol  dalam tubuh wanita meningkat. Sebelum menopouse, wanita terlindungi dari LDL atau kolesterol jahat karena hormon estrogen   pada  wanita   cenderung  meningkatkan  kadar  HDL. Tetapi ketika memasuki masa menopouse, kadar estrogen dalam tubuh mulai menurun dengan drastis dan menyebabkan kadar LDL meningkat sementara HDL menurun (Arumdati, 2009).
Masa premenopause, perempuan dilindungi oleh hormon estrogen, sehingga dapat mencegah aterosklerosis. Estrogen dengan kolesterol bekerja dengan cara meningkatkan HDL dan menurunkan LDL pada darah. Setelah menopause, kadar estrogen pada perempuan akan menurun, sehingga terjadi hiperkolesterol dan aterosklerosis menjadi setara dengan laki-laki (Anies, 2010).
c.       Keturunan
Hampir 80% kolesterol di dalam darah diproduksi oleh tubuh. Faktor genetik   menyebabkan   produksi   kolesterol    setiap   orang   berbeda. Sehingga, sebagian orang mengalami hiperkolesterol meskipun hanya sedikit mengonsumsi makanan dengan kandungan kolesterol tinggi (Herliana dan Sitanggang, 2009).
Ada variasi kelainan genetis yang mempengaruhi tubuh menghasilkan lipid. Terkait dengan risiko penyakit jantung, kelainan lipid yang paling merusak  meningkatkan kadar LDL dan menurunkan kadar HDL. Riwayat keluarga terkait masalah jantung dapat meningkatkan   risiko   siapa   pun   untuk menderita penyakit jantung.
Namun, bagi orang dengan mutasi gen yang menyebabkan kadar kolesterol tinggi dan usia yang sangat muda, risikonya hampir pasti (Freeman dan Junge, 2008).
Dalam penelitian ini, peneliti tidak meneliti faktor risiko genetik. Karena faktor genetik hanya diturunkan oleh keluarga yang mempunyai hubungan darah (ayah). Sehingga untuk mengurangi bias penelitian ini, peneliti tidak mencantumkan faktor risiko genetik.
2.      Faktor Risiko Yang Dapat Dikendalikan
a.      Indeks Massa Tubuh (IMT) 
Indeks massa tubuh (IMT) atau Body Mass Indeks (BMI), adalah hasil pengukuran  berat  badan dibagi dengan tinggi badan. Yang memberikan  gambaran  akurat  tentang  lemak  tubuh.  IMT  yang dianggap  normal  adalah  antara  18,6-24,9  sedangkan  IMT  yang melebihi  dari  25  berarti  kelebihan  berat  badan,  dan  nilai yang >29 didefinisikan  sebagai  obesitas  (Freeman  dan  Junge, 2008).
Obesitas (kegemukan) berisiko tinggi terserang penyakit jantung. Kolesterol LDL hanya turun sedikit apabila berat badan turun 5-10 kg. Obesitas dapat meningkatkan kadar kolesterol dan LDL kolesterol (Yatim, 2010).
                                      Berat Badan (kg)
                        IMT =
                                      Tinggi Badan2 (m)
Tabel 2.2 Klasifikasi Obesitas Menurut WHO (1998)
Indeks Massa Tubuh (IMT)
Kategori
< 18,5
Berat badan kurang
18,5-24,9
Berat badan normal
25-29,9
Berat badan lebih
30-34,9
Obesitas I
35-39,9
Obesitas II
>39,9
Sangat obesitas
sumber : Arumdati, 2009
Distribusi lemak tubuh berperan penting dalam peningkatan faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh darah. Penumpukan lemak di bagian sentral tubuh akan meningkatkan risiko penyakit jantung dan pembuluh darah. Lingkar perut > 90 cm untuk laki-laki dan > 80 cm untuk perempuan (obesitas sentral) akan meningkatkan risiko penyakit jantung dan pembuluh darah (Depkes RI, 2009).
b.      Lingkar Perut
Fakta menunjukkan bahwa distribusi lemak tubuh berperan penting dalam peningkatan faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh darah. Penumpukan lemak dibagian sentral tubuh akan meningkatkan risiko penyakit jantung dan pembuluh darah. Lingkar perut > 90 cm untuk laki-laki dan > 80 cm untuk perempuan (Obesitas Sentral) akan meningkatkan risiko penyakit jantung dan pembuluh darah (Depkes RI, 2009).

Lemak perut yang dikenal dengan istilah abdominal fat mencakup lemak subkutan (subcutaneous fat) dan lemak omentum (visceral fat) yang melingkupi lemak yang terletak di belakang rongga perut (retroperitoneal fat) serta organ-organ dalam perut. Penumpukan tersebut bukan hanya sebagai cadangan penyimpanan energi atau pembakaran karbohidrat yang berlebih, namun dari banyak riset yang dilakukan, sel-sel lemak terutama lemak di sekitar perut juga bersifat aktif secara biologis. Lemak di bagian perut lebih berbahaya, sebagian ahli lebih memilih penghitungan lingkar perut, pinggang atau pinggul pada wanita sebagai tolak ukur obesitas dari pada berat badan atau beberapa penghitungan indeks massa tubuh (BMI), dan patokan yang sering diambil untuk pria <90 cm dan wanita <80 cm (Daniel, 2010).
Penumpukan lemak di bagian perut merupakan salah satu penyebab munculnya berbagai penyakit.  Penumpukan lemak diperut  dapat mempengaruhi pelepasan hormon-hormon yang memiliki  hubungan respon sel terhadap penyebab penyakit termasuk insulin terhadap diabetes yang mengakibatkan resistensi insulin dalam   pengaturan kadar gula, selain itu beberapa bahan kimia yang   berkaitan dengan sistem imun, kardiovaskular (pembuluh darah). Dalam resiko penyakit-penyakit pembuluh darah seperti hipertensi, stroke dan penyakit jantung, penumpukan lemak dan ketidakseimbangan komposisi tadi akan dibarengi dengan peningkatan kolesterol yang bisa menumpuk sebagai plak di dinding-dinding pembuluh darah sehingga salurannya semakin sempit dan menghambat aliran darah. Akibatnya, jantung memompa darah lebih kuat sehingga terjadi hipertensi (tekanan darah tinggi) dan selanjutnya bisa menyebabkan pecahnya pembuluh darah. Terhambatnya aliran darah dari dan ke jantung juga akan menyebabkan gangguan pada jantung dan otot-ototnya (Daniel, 2010).
c.       Pola Makan
Pola  hidup  sehat menjadi sesuatu yang sulit dilakukan saat    ini. Rutinitas  membuat pola makan menjadi tidak teratur dan  aktivitas fisik pun makin minim dilakukan. Kurang kesadaran terhadap pola hidup sehat menyebabkan berbagai masalah kesehatan rentan terjadi. Salah satunya, peningkatan kolesterol di dalam darah. Konsumsi daging, otak, jeroan, udang, dan makanan tinggi lemak lainnya dapat meningkatkan kadar kolesterol dalam darah (Arumdati, 2009). 
Dalam penelitian ini, penelliti tidak memasukkan faktor risiko pola makan. Karena keterbatasan yang dimiliki peneliti, selain itu peneliti tidak mengetahui ukuran yang pasti tentang pola makan yang salah sebagai faktor risiko hiperkolesterol.



d.      Kebiasaan Merokok
Merokok dapat mempengaruhi sistem kardiovaskular, dengan cara menurunkan kadar oksigen dan memicu proses kerusakan jantung. Beberapa penelitian dalam lingkup kecil juga menunjukkan bukti bahwa merokok dapat menurunkan kolesterol (HDL) dan meningkatkan kolesterol (LDL) (Ihsan, 2011).
Risiko penyakit jantung koroner pada perokok 2-4 kali lebih besar daripada yang bukan perokok. Kandungan zat racun dalam rokok antara lain tar, nikotin dan karbon monoksida. Rokok akan menyebabkan penurunan kadar oksigen dalam jantung, peningkatan tekanan darah dan denyut nadi, penurunan kadar kolesterol HDL, peningkatan penggumpalan darah, dan kerusakan endotel pembuluh darah koroner (Depkes RI, 2009).
e.       Aktivitas Fisik
Olahraga  aerobik,  yang menggerakkan  kelompok  otot besar    secara rutin dan berulang selama periode waktu yang panjang, dianggap sebagai jenis olahraga yang baik bagi jantung. Contohnya, jalan kaki dengan kecepatan sedang, jogging dan lari, bersepeda, berenang, tari aerobik olahraga dayung, ski lintas alam dan raket tunggal. Olahraga aerobik mengurangi risiko penyakit jantung dengan menurunkan trigliserida dan menaikkan kadar kolesterol HDL; dengan menurunkan tekanan darah, lemak tubuh, gula darah, dan stres mental; serta dengan menyeimbangkan kecenderungan darah untuk menggumpal (Freeman dan Junge, 2008).
                        Aktivitas fisik yang bersifat ringan (denyut jantung  meningkat sampai 10 kali permenit) sudah memberi dampak yang baik, tetapi harus dilakukan hampir setiap hari, sedangkan aktivitas fisik mingguan yang  bersifat  sedang  atau berat cukup dilakukan 2-3 kali seminggu,  yang penting teratur. Olahraga yang murah dan mudah seperti jalan kaki 6 kilometer per jam, senam aerobik beban sedang  (Senam   Jantung   Sehat),  menari,  dan  Olah   raga  bela  diri. Melakukan  kegiatan seperti naik tangga dua tingkat, membawa barang 10 kg, mencangkul dan kegiatan berkebun sudah cukup bermanfaat dalam upaya pencegahan kardiovaskuler. Aktivitas fisik sedang dalam bentuk apapun, asalkan mampu meningkatkan frekuensi nafas yang tidak sampai terengah-engah sudah cukup baik untuk mencegah penyakit jantung dan stroke (Kusmana,2009) .

Tidak ada komentar:

Google Ads