1.
Pengertian
Kolesterol
Kolesterol adalah
molekul sejenis lipid dalam aliran darah. Kolesterol diproduksi oleh hati
berguna untuk proses
metabolisme tubuh. Namun jika makanan yang mengandung kolesterol
dikonsumsi secara berlebihan akan mengakibatkan penumpukan lemak yang menyumbat
pembuluh darah atau mengakibatkan pengapuran dan pengerasan pembuluh darah
(aterosklerosis) (Hardjono, 2009). Kolesterol
dalam di dalam tubuh terutama
diperoleh dari hasil sintesis di
dalam hati. Bahan bakunya diperoleh dari karbohidrat, protein dan lemak. Jumlah
yang disintesis bergantung pada
kebutuhan tubuh dan jumlah yang diperoleh dari makanan (Almatsier, 2004).
Kolesterol
merupakan salah satu elemen lemak dan pasti terdapat di setiap tubuh manusia.
Dalam kondisi normal senyawa ini tidak berbahaya. Bersifat merugikan (menjadi
penyakit) serta dianggap sebagai penyebab berbagai penyakit mematikan, seperti
jantung koroner, stroke, tekanan darah tinggi, dan diabetes saat jumlahnya
melebihi batas normal (Herliana dan Sitanggang, 2009).
Tabel 2.1. Kadar Kolesterol dalam darah
|
Normal
|
Ambang Normal
|
Tinggi
|
LDL kolesterol (mg/dl)
|
< 130
|
130-159
|
160
|
HDL kolesterol(mg/dl)
|
> 45
|
35-45
|
<35
|
Trigliserida (mg/dl)
|
< 200
|
200-399
|
400
|
Total kolesterol (mg/dl)
|
< 200
|
200-239
|
240
|
Sumber : Arumdati, 2009 (PERKENI , Persatuan
Endokrin Indonesia 1995)
Kadar kolesterol
dalam tubuh dinyatakan normal pada saat kadar kolesterol total kurang 200
mg/dl. Sementara, kolesterol HDL 35-65 mg/dl dan kolesterol LDL kurang dari 150
mg/dl (Herliana dan Sitanggang, 2009).
2.
Manfaat
Kolesterol Dalam Tubuh
Freeman dan
Junge 2008, kolesterol menjalankan fungsi utama:
1. Kolesterol
membantu membentuk selubung luar sel.
2.
Kolesterol
membentuk asam empedu yang mencerna makanan di usus.
3. Kolesterol
memungkinkan tubuh membentuk vitamin D dan hormon-hormon, seperti estrogen pada
wanita dan testosteron pada pria.
Kolesterol diperlukan oleh semua sel
tubuh untuk membangun membran yang berguna sebagai pelindung sel dari zat-zat
perusak dari luar tubuh yang bertahan di dalam tubuh. Kolesterol juga berperan dalam pembentukan hormon-hormon
anak ginjal, buah pelir (testis) dan indung telur (ovarium) (Yatim, 2010)
3.
Kandungan
Kolesterol Dalam Makanan
Makanan yang
mengandung tinggi kolesterol yaitu minyak dan lemak hewan, antara lain daging
sapi/kambing/babi, kulit ayam, jerohan, otak, hati ayam, cumi, udang, kerang,
kepiting, kuning telur (Oetoro, 2008).
4.
Jenis
Kolesterol
Menurut
Arumdati (2009), Jenis kolesterol ada 3 yaitu :
a) Low-density lipoprotein
(LDL)
LDL mengandung 75% kolesterol dan hanya sedikit protein.
LDL berperan untuk mengalirkan kolesterol ke seluruh tubuh. Kelebihan LDL dapat
menyebabkan penumpukan lemak di dinding arteri.
b) High density lipoprotein
(HDL)
HDL mengandung banyak protein dan mengalirkan 20% hingga
30% kolesterol ke seluruh tubuh. HDL berperan untuk membuang kelebihan
kolesterol dari sel dan dinding arteri serta membawa kolesterol kembali ke
hati.
c)
Triglicerides
Berperan
dalam penyimpanan lemak dan berpengaruh dalam pembentukan lipoprotein kaya
kolesterol yang menyebabkan kolesterol tinggi serta m
eningkatkan
pembentukan gumpalan darah.
Ada dua macam kolesterol dalam
tubuh, yaitu low density lipoprotein (LDL) dan high density lipoprotein (HDL). LDL
bersifat aterogenik, karena mudah
melekat di pembuluh darah dan menyebabkan
penumpukan lemak yang lama kelamaan mengeras (membentuk plak).
Akibatnya, terjadi penyumbatan dan kekakuan. Pada akhirnya dapat menimbulkan
arterosklerosis (penyempitan dan pengerasan pembuluh darah arteri) (Herliana
dan Sitanggang, 2009). Akibatnya, jantung kesulitan memompa darah dan timbul
rasa nyeri di dada, pusing-pusing, dan berlanjut kegejala serangan jantung
mendadak. Bila penyumbatan terjadi di otak maka yang diderita adalah stroke dan
bisa juga menyebabkan kelumpuhan (Mahdiana, 2010).
Sebaliknya,
HDL bersifat anti-aterogenik. Fungsinya
mengangkut kolesterol bebas atau LDL dari pembuluh darah dan jaringan lain
menuju hati. Selanjutnya, mengeluarkannya melalui empedu (Herliana dan
Sitanggang, 2009).
5. Komplikasi
Akibat Kelebihan Kolesterol (Hiperkolesterol)
Menurut Siswono (2001), kolesterol darah yang tinggi
merupakan salah satu faktor risiko yang dapat menyebabkan :
1.
Penyumbatan
pada pembuluh darah jantung yang dapat menimbulkan
serangan jantung.
serangan jantung.
2.
Penyumbatan
pada pembuluh darah otak yang dapat menimbulkan
serangan stroke.
serangan stroke.
Menurut
Herliana dan Sitanggang (2009), komplikasi akibat hiperkolesterol bisa muncul
di organ tubuh. Bahkan, beberapa penyakit disebabkan oleh hiperkolesterol.
a. Hipertensi
(tekanan darah tinggi)
Hipertensi biasa disebut darah tinggi. Faktor risiko
penyakit ini terjadi karena kolesterol menempel pada pembuluh darah sehingga
meningkatkan tekanan dalam pembuluh darah. Gejala-gejala penderita penyakit
hipertensi sangat umum pusing, leher terasa kaku dan tidak semua orang bisa
merasakan gejala tersebut (Hardjono, 2009).
b. Diabetes
Pembuluh darah yang menyempit dapat meningkatkan kadar
gula dalam darah.
c. Jantung
Koroner
Penyakit
jantung koroner adalah
penyakit yang mematikan. Penyakit ini terjadi karena
penyempitan pembuluh darah yang menyediakan darah dan oksigen ke jantung. Darah
yang mengandung oksigen sulit mengalir melalui pembuluh darah arteri yang
menyempit sehingga beberapa bagian dari jantung tidak cukup pasokan oksigen.
Bagian otot jantung ini sangat lemah hingga tidak bisa menjalankan fungsinya.
Sebagian otot jantung
yang lain bekerja lebih keras untuk menjalankan fungsinya sehingga
melelahkan jantung.
Terjadi jantung koroner bila arteri tersumbat,
tersumbatnya koroner mengakibatkan darah terhenti dan pada akhirnya berakibat
jantung rusak. Karena jantung rusak maka sebagian otot-otot jantung tidak dapat
bekerja dengan sempurna sehingga jantung hanya dapat memompa darah dalam jumlah
kecil ke bagian tubuh lainnya (Hardjono, 2009).
d. Stroke
Hiperkolesterol menyebabkan dan memperburuk
aterosklerosis. Akibatnya, terjadi penebalan dan kerusakan dinding pembuluh
darah secara berangsur-angsur. Sehingga makanan yang banyak mengandung
kolesterol seperti junk food dapat
membahayakan dan mempercepat kemungkinan munculnya penyakit stroke (Herliana
dan Sitanggang, 2009).
e.
Katarak
atau kebutaan. Akibat penumpukan kolesterol di pembuluh darah mata.
f. Gagal ginjal. Terjadi penyempitan pembuluh darah di
ginjal akibat penumpukan kolesterol sehingga kerja ginjal menjadi lebih keras. Karena
itu, penderita harus cuci darah seumur hidup.
6.
Cara
Menanggulangi Hiperkolesterol
Menurut Hardjono
(2009), untuk usaha pencegahan dan pengendalian kolesterol dan trigliserida
tinggi diperlukan perbaikan gaya hidup dengan menerapkan pola hidup sehat,
diantaranya yaitu :
a.
Mengontrol
berat badan : pengurangan berat badan mampu membantu menurunkan kolesterol LDL
dan trigliserida serta meningkatkan HDL.
b.
Olahraga
secara teratur dapat meningkatkan kadar HDL.
c.
Mengatur
pola makan: Membatasi makanan berlemak dan kolesterol tinggi, serta membiasakan
banyak buah dan sayur yang banyak mengandung vitamin C dan serat larut dapat
membantu membuang kolesterol. Banyak makan ikan laut yang mengandung asam lemak
tak jenuh majemuk akan membantu menurunkan kolesterol.
d.
Mengubah
kebiasaan : meninggalkan kebiasaan-kebiasaan tidak sehat seperti merokok,
minuman beralkohol dan perilaku tidak sehat lainnya.
Herliana dan Sitanggang 2009, anjuran yang harus dipatuhi penderita
hiperkolesterol sebagai berikut :
a)
Tidak
mengonsumsi makanan berlemak dan mengandung kolesterol tinggi secara
berlebihan. Misalnya daging berlemak, jeroan, kuning telur,
dendeng, dan gorengan.
b)
Banyak
mengkonsumsi makanan berserat yang larut dalam air. Misalnya buah segar, sayur
(wortel, buncis, bayam, dan sayuran berwarna hijau gelap hingga jingga), serta
kacang-kacangan.
c)
Mengurangi
konsumsi fast food. Fast food umumnya
banyak mengandung lemak, tinggi karbohidrat, dan rendah serat. Sebagian ayam
ras yang digunakan untuk fast food misalnya, diperoleh dari mutasi genetik serta
diberi pakan yang mengandung banyak hormon. Akibatnya, sistem metabolisme
terbebani dan tubuh dipaksa bekerja berat mencerna bahan yang tidak berguna
bahkan berbahaya bagi tubuh.
d)
Menurunkan
berat badan (jika mengalami kegemukan). Antara lain melalui diet makanan dan
berolahraga secara teratur.
e)
Berolahraga
secara teratur. Olahraga atau latihan fisik harus dilakukan secara rutin oleh penderita
hiperkolesterol. Olahraga harus
dilakukan secara rutin seumur hidup. Kadar kolesterol serta kadar gula
dan tekanan darah akan menjadi normal dengan rutin berolahraga. Keuntungan
lainnya adalah berat badan terjaga dan mencegah terjadinya osteoporosis
(keropos tulang).
f)
Berhenti
merokok. Merokok dapat memicu penebalan atau penyempitan pembuluh darah.
g)
Menghindari
stress. Stress dapat meningkatkan kolesterol dalam pembuluh darah. Pada saat stres, adrenalin dan hormon tiroid yang
diproduksi menjadi berlebih. Akibat rangsangan adrenalin, tekanan darah menjadi
meningkat. Begitu juga dengan kolesterol. Jika stres terjadi berulang-ulang
tekanan darah dan kolesterol akan terus meningkat yang akhirnya menyebabkan
hiperkolesterol dan stroke.
h)
Memeriksakan diri
secara rutin ke dokter Check up (pemeriksaan
kesehatan) harus dilakukan, meskipun tidak menderita penyakit.
Jika seseorang
telah menderita penyakit, penderita harus memeriksakan diri secara rutin ke
dokter atau laboratorium untuk mengetahui secara pasti kondisi tubuhnya
(melalui pemeriksaan laboratorium).
B. Faktor-Faktor
Yang Mungkin Berhubungan Dengan Hiperkolesterol
Faktor risiko
kolesterol dibagi dua, yakni faktor risiko yang dapat dikendalikan dan yang tidak dapat
dikendalikan. Faktor risiko yang tidak dapat dikendalikan antara lain usia.
Biasanya semakin bertambah usia, kadar kolesterol semakin tinggi. Selain itu,
jenis kelamin juga merupakan salah satu faktor. Biasanya wanita memiliki risko
terkena kolesterol tinggi ketika masa menopause karena pada masa ini kadar LDL
dalam tubuh wanita cenderung meningkat. Faktor genetik juga bisa menjadi faktor
risiko yang mempengaruhi tingginya kadar HDL atau LDL seseorang (Arumdati,
2009).
Sementara itu,
faktor risiko yang dapat dikendalikan antara lain faktor gaya hidup, seperti
obesitas, kandungan gizi pada makanan yang kurang diperhatikan saat dikonsumsi,
kurang aktivitas yang bisa memicu naiknya kadar kolesterol, dan merokok. Semua
faktor ini dapat membantu pembentukan penumpukan lemak pada dinding arteri.
Jika kolesterol yang menumpuk dalam darah semakin banyak, maka akan terjadi
penyumbatan darah hingga berisiko penyakit jantung, stroke, dan penyakit
kardiovaskular lainnya (Arumdati, 2009).
1. Faktor
Risiko Yang Tidak Dapat Dikendalikan
a.
Umur
Semakin
bertambah umur semakin bertambah umur maka semakin tinggi risiko untuk
menderita kadar kolesterol tinggi. Risiko paling tinggi pada umur 40 tahun
keatas. Kadar kolesterol pada laki-laki dan perempuan mulai meningkat umur 20
tahun. Pada laki-laki kolesterol meningkat sampai umur 50 tahun. Pada perempuan
sebelum menopause (45-50 tahun) lebih rendah dari pada laki-laki dengan umur
yang sama. Setelah menopause kadar kolesterol perempuan meningkat menjadi lebih
tinggi dari pada laki-laki (Karma, 2010).
Risiko penyakit jantung dan pembuluh darah meningkat pada usia
diatas 55 tahun untuk laki-laki dan diatas 65
tahun untuk perempuan. Pada usia > 18 tahun deteksi dini
untuk mengetahui kadar kolesterol dalam darah sudah dapat ditegakkan. Karena pada usia tersebut kadar kolesterol dalam darah
sudah mengalami peningkatan (Depkes RI, 2009).
b.
Jenis
Kelamin
Sebelum menopouse, wanita berisiko dengan kolesterol lebih rendah dibanding pria.
Tetapi setelah menopouse, kadar kolesterol dalam tubuh wanita meningkat. Sebelum
menopouse, wanita terlindungi dari LDL atau kolesterol jahat karena hormon
estrogen pada wanita cenderung meningkatkan kadar HDL. Tetapi ketika
memasuki masa menopouse, kadar estrogen dalam tubuh mulai menurun dengan
drastis dan menyebabkan kadar LDL meningkat sementara HDL menurun (Arumdati,
2009).
Masa
premenopause, perempuan dilindungi oleh hormon estrogen, sehingga dapat
mencegah aterosklerosis. Estrogen
dengan kolesterol bekerja dengan cara meningkatkan HDL dan menurunkan LDL pada
darah. Setelah menopause, kadar estrogen pada perempuan akan menurun, sehingga
terjadi hiperkolesterol dan aterosklerosis menjadi setara dengan laki-laki
(Anies, 2010).
c.
Keturunan
Hampir 80%
kolesterol di dalam darah diproduksi oleh tubuh. Faktor genetik menyebabkan
produksi kolesterol setiap
orang berbeda. Sehingga,
sebagian orang mengalami hiperkolesterol meskipun hanya sedikit mengonsumsi
makanan dengan kandungan kolesterol tinggi (Herliana dan Sitanggang, 2009).
Ada variasi
kelainan genetis yang mempengaruhi tubuh menghasilkan lipid. Terkait dengan
risiko penyakit jantung, kelainan lipid yang paling merusak meningkatkan kadar LDL dan menurunkan kadar
HDL. Riwayat keluarga terkait masalah jantung dapat meningkatkan risiko siapa pun untuk menderita penyakit jantung.
Namun, bagi orang dengan mutasi gen yang menyebabkan
kadar kolesterol tinggi dan usia yang sangat muda, risikonya hampir pasti
(Freeman dan Junge, 2008).
Dalam penelitian
ini, peneliti tidak meneliti faktor risiko genetik. Karena faktor genetik hanya
diturunkan oleh keluarga yang mempunyai hubungan darah (ayah). Sehingga untuk
mengurangi bias penelitian ini, peneliti tidak mencantumkan faktor risiko
genetik.
2.
Faktor
Risiko Yang Dapat Dikendalikan
a.
Indeks
Massa Tubuh (IMT)
Indeks massa tubuh (IMT) atau Body Mass Indeks (BMI), adalah hasil
pengukuran berat badan dibagi dengan tinggi badan. Yang
memberikan gambaran akurat
tentang lemak tubuh.
IMT yang dianggap normal
adalah antara 18,6-24,9
sedangkan IMT yang melebihi
dari 25 berarti
kelebihan berat badan,
dan nilai yang >29
didefinisikan sebagai obesitas
(Freeman dan Junge, 2008).
Obesitas
(kegemukan) berisiko tinggi terserang penyakit jantung. Kolesterol LDL hanya
turun sedikit apabila berat badan turun 5-10 kg. Obesitas dapat meningkatkan
kadar kolesterol dan LDL kolesterol (Yatim, 2010).
Berat Badan (kg)
IMT =
Tinggi
Badan2 (m)
Tabel 2.2 Klasifikasi Obesitas Menurut WHO (1998)
Indeks Massa Tubuh (IMT)
|
Kategori
|
< 18,5
|
Berat badan kurang
|
18,5-24,9
|
Berat badan normal
|
25-29,9
|
Berat badan lebih
|
30-34,9
|
Obesitas I
|
35-39,9
|
Obesitas II
|
>39,9
|
Sangat obesitas
|
sumber : Arumdati, 2009
Distribusi lemak
tubuh berperan penting dalam peningkatan faktor risiko penyakit jantung dan
pembuluh darah. Penumpukan lemak di bagian sentral tubuh akan meningkatkan
risiko penyakit jantung dan pembuluh darah. Lingkar perut > 90 cm untuk
laki-laki dan > 80 cm untuk perempuan (obesitas sentral) akan
meningkatkan risiko penyakit jantung dan pembuluh darah (Depkes RI, 2009).
b.
Lingkar
Perut
Fakta menunjukkan bahwa distribusi lemak
tubuh berperan penting dalam peningkatan faktor risiko penyakit jantung dan
pembuluh darah. Penumpukan lemak dibagian sentral tubuh akan meningkatkan
risiko penyakit jantung dan pembuluh darah. Lingkar perut > 90 cm
untuk laki-laki dan > 80 cm untuk perempuan (Obesitas Sentral) akan
meningkatkan risiko penyakit jantung dan pembuluh darah (Depkes RI, 2009).
Lemak perut yang dikenal dengan istilah abdominal fat mencakup lemak subkutan (subcutaneous fat) dan lemak omentum (visceral fat) yang melingkupi lemak yang
terletak di belakang rongga perut (retroperitoneal
fat) serta organ-organ dalam perut. Penumpukan tersebut bukan hanya sebagai
cadangan penyimpanan energi atau pembakaran karbohidrat yang berlebih, namun
dari banyak riset yang dilakukan, sel-sel lemak terutama lemak di sekitar perut
juga bersifat aktif secara biologis. Lemak di bagian perut lebih berbahaya,
sebagian ahli lebih memilih penghitungan lingkar perut, pinggang atau pinggul
pada wanita sebagai tolak ukur obesitas dari pada berat badan atau beberapa
penghitungan indeks massa tubuh (BMI), dan patokan yang sering diambil untuk
pria <90 cm dan wanita <80 cm (Daniel, 2010).
Penumpukan lemak di bagian perut
merupakan salah satu penyebab munculnya berbagai penyakit. Penumpukan lemak diperut dapat mempengaruhi pelepasan hormon-hormon
yang memiliki hubungan respon sel
terhadap penyebab penyakit termasuk insulin terhadap diabetes yang
mengakibatkan resistensi insulin dalam
pengaturan kadar gula, selain itu beberapa bahan kimia yang berkaitan dengan sistem imun, kardiovaskular
(pembuluh darah). Dalam resiko penyakit-penyakit pembuluh darah seperti
hipertensi, stroke dan penyakit jantung, penumpukan lemak dan ketidakseimbangan
komposisi tadi akan dibarengi dengan peningkatan kolesterol yang bisa menumpuk
sebagai plak di dinding-dinding pembuluh darah sehingga salurannya semakin
sempit dan menghambat aliran darah. Akibatnya, jantung memompa darah lebih kuat
sehingga terjadi hipertensi (tekanan darah tinggi) dan selanjutnya bisa
menyebabkan pecahnya pembuluh darah. Terhambatnya aliran darah dari dan ke
jantung juga akan menyebabkan gangguan pada jantung dan otot-ototnya (Daniel,
2010).
c.
Pola
Makan
Pola hidup
sehat menjadi sesuatu yang sulit dilakukan saat ini. Rutinitas membuat pola makan menjadi
tidak teratur dan aktivitas fisik pun
makin minim dilakukan. Kurang kesadaran terhadap pola hidup sehat menyebabkan
berbagai masalah kesehatan rentan terjadi. Salah satunya, peningkatan
kolesterol di dalam darah. Konsumsi daging, otak, jeroan, udang, dan makanan
tinggi lemak lainnya dapat meningkatkan kadar kolesterol dalam darah (Arumdati,
2009).
Dalam penelitian
ini, penelliti tidak memasukkan faktor risiko pola makan. Karena keterbatasan
yang dimiliki peneliti, selain itu peneliti tidak mengetahui ukuran yang pasti
tentang pola makan yang salah sebagai faktor risiko hiperkolesterol.
d.
Kebiasaan
Merokok
Merokok dapat mempengaruhi sistem
kardiovaskular, dengan cara menurunkan kadar oksigen dan memicu proses
kerusakan jantung. Beberapa penelitian dalam lingkup kecil juga menunjukkan
bukti bahwa merokok dapat menurunkan kolesterol (HDL) dan meningkatkan
kolesterol (LDL) (Ihsan, 2011).
Risiko penyakit jantung koroner pada
perokok 2-4 kali lebih besar daripada yang bukan perokok. Kandungan zat racun dalam rokok antara lain tar, nikotin
dan karbon monoksida. Rokok akan menyebabkan penurunan kadar oksigen dalam
jantung, peningkatan tekanan darah dan denyut nadi, penurunan kadar kolesterol
HDL, peningkatan penggumpalan darah, dan kerusakan endotel pembuluh darah
koroner (Depkes RI, 2009).
e.
Aktivitas
Fisik
Olahraga
aerobik, yang menggerakkan kelompok
otot besar secara rutin dan
berulang selama periode waktu yang panjang, dianggap sebagai jenis olahraga
yang baik bagi jantung. Contohnya, jalan kaki dengan kecepatan sedang, jogging
dan lari, bersepeda, berenang, tari aerobik olahraga dayung, ski lintas alam
dan raket tunggal. Olahraga aerobik mengurangi risiko penyakit jantung dengan
menurunkan trigliserida dan menaikkan kadar kolesterol HDL; dengan menurunkan
tekanan darah, lemak tubuh, gula darah, dan stres mental; serta dengan
menyeimbangkan kecenderungan darah untuk menggumpal (Freeman dan Junge, 2008).
Aktivitas fisik yang bersifat ringan
(denyut jantung meningkat sampai 10 kali
permenit) sudah memberi dampak yang baik, tetapi harus dilakukan hampir setiap
hari, sedangkan aktivitas fisik mingguan yang
bersifat sedang atau berat cukup dilakukan 2-3 kali
seminggu, yang penting teratur. Olahraga
yang murah dan mudah seperti jalan kaki 6 kilometer per jam, senam aerobik
beban sedang (Senam Jantung
Sehat), menari, dan
Olah raga bela
diri. Melakukan kegiatan seperti
naik tangga dua tingkat, membawa barang 10 kg, mencangkul dan kegiatan berkebun
sudah cukup bermanfaat dalam upaya pencegahan kardiovaskuler. Aktivitas fisik
sedang dalam bentuk apapun, asalkan mampu meningkatkan frekuensi nafas yang
tidak sampai terengah-engah sudah cukup baik untuk mencegah penyakit jantung
dan stroke (Kusmana,2009) .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar