Bilirubin adalah pigmen kristal berbentuk jingga
ikterus yang merupakan bentuk akhir dari pemecahan katabolisme heme melalui
proses reaksi oksidasi-reduksi. Bilirubin berasal dari katabolisme protein
heme, dimana 75% berasal dari penghancuran eritrosit dan
25% berasal dari penghancuran eritrosit yang imatur dan protein heme
lainnya seperti mioglobin, sitokrom, katalase dan peroksidase.
Metabolisme bilirubin meliputi pembentukan
bilirubin, transportasi bilirubin, asupan bilirubin, konjugasi bilirubin, dan
ekskresi bilirubin.Langkah oksidase pertama adalah biliverdin yang dibentuk
dari heme dengan bantuan enzim heme oksigenase yaitu enzim yang sebagian besar
terdapat dalam sel hati, dan organ lain.
Biliverdin yang larut dalam air kemudian akan
direduksi menjadi bilirubin oleh enzim biliverdin reduktase.Bilirubin bersifat
lipofilik dan terikat dengan hidrogen serta pada pH normal bersifat tidak
larut. Pembentukan bilirubin yang terjadi di sistem retikuloendotelial,
selanjutnya dilepaskan ke sirkulasi yang akan berikatan dengan albumin.
Bilirubin yang terikat dengan albumin serum ini
tidak larut dalam air dan kemudian akan ditransportasikan ke sel hepar.
Bilirubin yang terikat pada albumin bersifat nontoksik. Pada saat kompleks
bilirubin-albumin mencapai membran plasma hepatosit, albumin akan terikat ke
reseptor permukaan sel. Kemudian bilirubin, ditransfer melalui sel membran yang
berikatan dengan ligandin (protein Y), mungkin juga dengan protein ikatan
sitotoksik lainnya.
Berkurangnya kapasitas pengambilan hepatik bilirubin
yang tak terkonjugasi akan berpengaruh
terhadap pembentukan ikterus fisiologis. Bilirubin yang tak terkonjugasi
dikonversikan ke bentuk bilirubin konjugasi yang larut dalam air di retikulum
endoplasma dengan bantuan enzim uridine
diphosphate glucoronosyl transferase
(UDPG-T). Bilirubin ini kemudian diekskresikan ke dalam kanalikulus
empedu. Sedangkan satu molekul bilirubin yang tak terkonjugasi akan kembali ke
retikulum endoplasmik untuk rekonjugasi berikutnya.
Setelah mengalami proses konjugasi, bilirubin akan
diekskresikan ke dalam kandung empedu, kemudian memasuki saluran cerna dan
diekskresikan melalui feces. Setelah berada dalam usus halus, bilirubin yang
terkonjugasi tidak langsung dapat diresorbsi, kecuali dikonversikan kembali
menjadi bentuk tidak terkonjugasi oleh enzim beta-glukoronidase yang terdapat
dalam usus. Resorbsi kembali bilirubin dari saluran cerna dan kembali ke hati
untuk dikonjugasi disebut sirkulasi enterohepatik.
Secara
normal, bilirubin tidak dijumpai di urin. Bilirubin terbentuk dari penguraian
hemoglobin dan ditranspor ke hati, tempat bilirubin berkonjugasi dan diekskresi
dalam bentuk empedu. Bilirubin terkonjugasi (bilirubin direk) ini larut dalam
air dan diekskresikan ke dalam urin jika terjadi peningkatan kadar di serum.
Bilirubin tak terkonjugasi (bilirubin indirek) bersifat larut dalam lemak,
sehingga tidak dapat diekskresikan ke dalam urin.
Prosedur
Uji
bilirubinuria dapat menggunakan reaksi diazo (dengan tablet
atau dipstick), atau uji Fouchet (Harison spot test) dengan feri klorida asam
(FeCl2). Uji bilirubinuria dengan reaksi diazo banyak dipakai karena lebih
praktis dan lebih sensitif. Di antara dua macam uji diazo, uji tablet (mis.
tablet Ictotest) lebih sensitif daripada dipstick.
1.
Reaksi
diazo
Kumpulkan
spesimen urin pagi atau urin sewaktu/acak (random). Celupkan stik reagen
(dipstick) atau tablet Ictotest. Tunggu 30 detik, lalu bandingkan warnanya
dengan bagan warna pada botol reagen. Pembacaan dipstick dengan instrument
otomatis lebih dianjurkan untuk memperkecil kesalahan dalam pembacaan secara
visual.
- Uji Fouchet
Ke
dalam 12 ml urin, tambahkan 3 ml barium klorida dan 3 tetes ammonium sulfat
jenuh. Centrifuge selama 5 menit dengan kecepatan 3500 rpm. Buang supernatant,
tambahkan 2 tetes larutan Fouchet pada endapan. Amati perubahan warna yang
terjadi.Reaksi negatif jika tidak tampak perubahan warna. Reaksi positif jika
terjadi perubahan warna : hijau atau biru.
Pengujian
harus dilakukan dalam waktu 1 jam, dan urin harus dihindarkan dari pajanan
sinar matahari (sinar ultraviolet) langsung agar bilirubin tidak teroksidasi
menjadi biliverdin.
Nilai Rujukan
Normal
: negatif (kurang dari 0.5mg/dl)
Masalah Klinis
Bilirubinuria
(bilirubin dalam urin) mengindikasikan gangguan hati atau saluran empedu,
seperti pada ikterus parenkimatosa (hepatitis infeksiosa, toksik hepar),
ikterus obstruktif, kanker hati (sekunder), CHF disertai ikterik. Urin yang
mengadung bilirubin yang tinggi tampak berwarna kuning pekat, dan jika
digoncang-goncangkan akan timbul busa.
Obat-obatan
yang dapat menyebabkan bilirubinuria : Fenotiazin – klorpromazin (Thorazine),
asetofenazin (Tindal), klorprotiksen (Taractan), fenazopiridin (Pyridium),
klorzoksazon (Paraflex).
Faktor yang Dapat Mempengaruhi Temuan Laboratorium
- Uji dengan reaksi Diazo
·
Reaksi
negatif palsu terjadi bila urin mengandung banyak asam askorbat (vitamin C),
kadar nitrit dalam urine meningkat, asam urat tinggi, serta bila bilirubin
teroksidasi menjadi biliverdin akibat spesimen urin terpajan sinar matahari
(ultraviolet) langsung.
·
Hasil
positif palsu dapat dijumpai pada pemakaian obat yang menyebabkan urine menjadi
berwarna merah (lihat pengaruh obat
- Uji Fouchet
·
Reaksi
negative palsu terjadi bila bilirubin teroksidasi menjadi biliverdin akibat
penundaan pemeriksaan.
·
Reaksi
positif palsu oleh adanya metabolit aspirin, urobilin atau indikan,
urobilinogen.
Biliverdin
Biliverdin adalah senyawa pigmen empedu dari keluarga porpirin hasil lintasan katabolik gugus heme dari hemoglobin yang terdapat di dalameritrosit,
oleh enzim heme oksigenase.
Bersama bilirubin,
biliverdin merupakan antioksidan yang sangat kuat merespon radikal peroksil seperti hidrogen peroksida, dan menghambat efek mutagen sepertipolycyclic aromatic hydrocarbons dan heterocyclic
amines
Tidak ada komentar:
Posting Komentar