Google ads

Sabtu, 11 April 2015

IKTERUS NEONATORUM


   
1.1Pengertian
Penimbunan pigmen empedu dalam  tubuh menyebabkan warna kuning pada jaringan yang dikenal sebagai ikterus. Ikterus biasanya dapat dideteksi pada sklera                                         ( bagian mata yang putih ), kulit atau kemih yang menjadi gelap bila bilirubin serum yang mencapai 2 sampai 3 mg/100 ml. Bilirubin serum normal adalah 0,2 sampai 0,9 mg/100 ml. Jaringan permukaan yang kaya elastin, seperti sklera dan permukaan bawah lidah, biasanya pertama kali menjadi kuning. 1
1.2.  Etiologi dan Faktor Risiko
1.2.1. Etiologi

Peningkatan kadar bilirubin umum terjadi pada setiap bayi baru lahir, karena:
  • Hemolisis yang disebabkan oleh jumlah sel darah merah lebih banyak dan berumur lebih pendek.
  • Fungsi hepar yang belum sempurna ,  penurunan ambilan bilirubin oleh hepatosit dan konjugasi.
  • Sirkulus enterohepatikus meningkat karena masih berfungsinya enzim  glukuronidase di usus dan belum ada nutrien.

Peningkatan kadar bilirubin yang berlebihan (ikterus nonfisiologis) dapat disebabkan oleh faktor/keadaan:
  • Infeksi, septikemia, sepsis, meningitis, infeksi saluran kemih, infeksi intra uterin.
  • Polisitemia.
  • Ekstravasasi sel darah merah, sefalhematom, kontusio, trauma lahir.
  • Ibu diabetes.
  • Asidosis.
  • Hipoksia/asfiksia.
  • Sumbatan traktus digestif yang mengakibatkan peningkatan sirkulasi enterohepatik.

1..2. 2. Faktor Risiko

Faktor risiko untuk timbulnya ikterus neonatorum:

a.    Faktor Maternal
  • Ras atau kelompok etnik tertentu (Asia, Native American,Yunani)
  • Komplikasi kehamilan (DM, inkompatibilitas ABO dan Rh)
  • Penggunaan infus oksitosin dalam larutan hipotonik.
  • ASI
b.    Faktor Perinatal
  • Trauma lahir (sefalhematom, ekimosis)
  • Infeksi (bakteri, virus, protozoa)

c.    Faktor Neonatus
  • Prematuritas
  • Faktor genetik
  • Polisitemia
  • Obat (streptomisin, kloramfenikol, benzyl-alkohol, sulfisoxazol)
  • Rendahnya asupan ASI
  • Hipoglikemia
  • Hipoalbuminemia



1.3.            Patofisiologi

            Bilirubin pada neonatus meningkat akibat terjadinya pemecahan eritrosit. Bilirubin mulai meningkat secara normal setelah 24 jam, dan puncaknya pada hari ke 3-5. Setelah itu perlahan-lahan akan menurun mendekati nilai normal dalam beberapa minggu.
Secara umum, setiap neonatus mengalami peningkatan konsentrasi bilirubin serum, namun kurang 12 mg/dL pada hari ketiga hidupnya dipertimbangkan sebagai ikterus fisiologis. Pola ikterus fisiologis pada bayi baru lahir sebagai berikut: kadar bilirubin serum total biasanya mencapai puncak pada hari ke 3-5 kehidupan dengan kadar 5-6 mg/dL, kemudian menurun kembali dalam minggu pertama setelah lahir. Kadang dapat muncul peningkatan kadar bilirubin sampai 12 mg/dL dengan bilirubin terkonyugasi < 2 mg/dL.

            Pola ikterus fisiologis ini bervariasi sesuai prematuritas, ras, dan faktor-faktor lain. Sebagai contoh, bayi prematur akan memiliki puncak bilirubin maksimum yang lebih tinggi pada hari ke-6 kehidupan dan berlangsung lebih lama, kadang sampai beberapa minggu. Bayi ras Cina cenderung untuk memiliki kadar puncak bilirubin maksimum pada hari ke-4 dan 5 setelah lahir. Faktor yang berperan pada munculnya ikterus fisiologis pada bayi baru lahir meliputi peningkatan bilirubin karena polisitemia relatif, pemendekan masa hidup eritrosit (pada bayi 80 hari dibandingkan dewasa 120 hari) 3
Gambar 1:  Metabolisme Pemecahan Hemoglobin dan Pembentukan Bilirubin.

1.4 Manifestasi Klinik
Pengamatan ikterus paling baik dilakukan dengan cahaya sinar matahari. Bayi baru lahir        ( BBL ) tampak kuning apabila kadar bilirubin serumnya kira-kira 6 mg/dl atau 100 mikro mol/L ( 1mg/dl = 17,1 mikro mol/L ). Salah satu cara pemeriksaan derajat kuning pada BBL secara klinis, sederhana, dan mudah adalah dengan penilaian menurut Kramer. Caranya dengan jari telunjuk ditekan kan  pada tempat- tempat yang tulangnya menonjol seperti seperti tulang hidung, dada, lutut dan lain-lain. Tempat yang ditekan tampak pucat atau kuning. Penilaian kadar bilirubin pada masing-masing tempat disesuaikan dengan tabel dsb :
Tabel 1 : derajat ikterus pada neonatus menurut kramer
Zona
Bagian tubuh yang kuning
Rata-rata serum bilirubin inderik(umol/L)
1
Kepala dan leher
100
2
Pusat-leher
150
3
Pusat-paha
200
4
Lengan + tungkai
250
5
Tangan + kaki
>250

1.5  . Penatalaksanaan  2
Pada dasarnya, pengendalian kadar bilirubin serum adalah sebagai berikut :
-          Stimulasi proses konjugasi dengan menggunakan fenobarbital. Obat ini bekerja lambat, sehingga hanya bermanfaat apabila kadar bilirubinnya rendah dan ikterus yang terjadi bukan disebabkan oleh proses hemolitik.
-          Mengurangi peredaran enterohepatik dengan pemberian makanan oral dini.
-          Memberikan terapi sinar sehingga bilirubin diubah menjadi isomer foto yag tidak tidak toksik dan mudah dikeluarkan dari tubuh karena mudah larut dalam air.
-          Mengeluarkan bilirubin secara mekanik melalui transfusi tukar.

Tata laksana Awal Ikterus Neonatorum (WHO) 5
  • Mulai terapi sinar bila ikterus diklasifikasikan sebagai ikterus berat.
  • Tentukan apakah bayi memiliki faktor risiko berikut: berat lahir < 2,5 kg, lahir sebelum usia kehamilan 37 minggu, hemolisis atau sepsis
  • Ambil contoh darah dan periksa kadar bilirubin serum dan hemoglobin, tentukan golongan darah bayi
·       Bila kadar bilirubin serum di bawah nilai dibutuhkannya terapi sinar, hentikan terapi sinar.
·       Bila kadar bilirubin serum berada pada atau di atas nilai dibutuhkannya terapi sinar, lakukan terapi sinar
·       Bila faktor Rhesus dan golongan darah ABO bukan merupakan penyebab hemolisis atau bila ada riwayat defisiensi G6PD di keluarga, lakukan uji saring G6PD bila memungkinkan.
  • Tentukan diagnosis banding

Tidak ada komentar:

Google Ads