1.1Pengertian
Penimbunan
pigmen empedu dalam tubuh menyebabkan
warna kuning pada jaringan yang dikenal sebagai ikterus. Ikterus biasanya dapat
dideteksi pada sklera (
bagian mata yang putih ), kulit atau kemih yang menjadi gelap bila bilirubin
serum yang mencapai 2 sampai 3 mg/100 ml. Bilirubin serum normal adalah 0,2
sampai 0,9 mg/100 ml. Jaringan
permukaan yang kaya elastin, seperti sklera dan permukaan bawah lidah, biasanya
pertama kali menjadi kuning. 1
1.2. Etiologi dan Faktor Risiko
1.2.1.
Etiologi
Peningkatan kadar bilirubin umum terjadi pada setiap bayi baru lahir, karena:
Peningkatan kadar bilirubin umum terjadi pada setiap bayi baru lahir, karena:
- Hemolisis yang disebabkan oleh jumlah sel darah merah lebih banyak dan berumur lebih pendek.
- Fungsi hepar yang belum sempurna , penurunan ambilan bilirubin oleh hepatosit dan konjugasi.
- Sirkulus enterohepatikus meningkat karena masih berfungsinya enzim glukuronidase di usus dan belum ada nutrien.
Peningkatan kadar bilirubin yang berlebihan (ikterus nonfisiologis) dapat disebabkan oleh faktor/keadaan:
- Infeksi, septikemia, sepsis, meningitis, infeksi saluran kemih, infeksi intra uterin.
- Polisitemia.
- Ekstravasasi sel darah merah, sefalhematom, kontusio, trauma lahir.
- Ibu diabetes.
- Asidosis.
- Hipoksia/asfiksia.
- Sumbatan traktus digestif yang mengakibatkan peningkatan sirkulasi enterohepatik.
1..2. 2. Faktor Risiko
Faktor risiko untuk timbulnya ikterus neonatorum:
a. Faktor Maternal
- Ras atau kelompok etnik tertentu (Asia, Native American,Yunani)
- Komplikasi kehamilan (DM, inkompatibilitas ABO dan Rh)
- Penggunaan infus oksitosin dalam larutan hipotonik.
- ASI
b. Faktor Perinatal
- Trauma lahir (sefalhematom, ekimosis)
- Infeksi (bakteri, virus, protozoa)
c. Faktor Neonatus
- Prematuritas
- Faktor genetik
- Polisitemia
- Obat (streptomisin, kloramfenikol, benzyl-alkohol, sulfisoxazol)
- Rendahnya asupan ASI
- Hipoglikemia
- Hipoalbuminemia
1.3.
Patofisiologi
Bilirubin pada neonatus meningkat akibat terjadinya pemecahan eritrosit. Bilirubin mulai meningkat secara normal setelah 24 jam, dan puncaknya pada hari ke 3-5. Setelah itu perlahan-lahan akan menurun mendekati nilai normal dalam beberapa minggu.
Bilirubin pada neonatus meningkat akibat terjadinya pemecahan eritrosit. Bilirubin mulai meningkat secara normal setelah 24 jam, dan puncaknya pada hari ke 3-5. Setelah itu perlahan-lahan akan menurun mendekati nilai normal dalam beberapa minggu.
Secara umum,
setiap neonatus mengalami peningkatan konsentrasi bilirubin serum, namun kurang
12 mg/dL pada hari ketiga hidupnya dipertimbangkan sebagai ikterus fisiologis.
Pola ikterus fisiologis pada bayi baru lahir sebagai berikut: kadar bilirubin
serum total biasanya mencapai puncak pada hari ke 3-5 kehidupan dengan kadar
5-6 mg/dL, kemudian menurun kembali dalam minggu pertama setelah lahir. Kadang
dapat muncul peningkatan kadar bilirubin sampai 12 mg/dL dengan bilirubin
terkonyugasi < 2 mg/dL.
Pola ikterus fisiologis ini bervariasi sesuai prematuritas, ras, dan faktor-faktor lain. Sebagai contoh, bayi prematur akan memiliki puncak bilirubin maksimum yang lebih tinggi pada hari ke-6 kehidupan dan berlangsung lebih lama, kadang sampai beberapa minggu. Bayi ras Cina cenderung untuk memiliki kadar puncak bilirubin maksimum pada hari ke-4 dan 5 setelah lahir. Faktor yang berperan pada munculnya ikterus fisiologis pada bayi baru lahir meliputi peningkatan bilirubin karena polisitemia relatif, pemendekan masa hidup eritrosit (pada bayi 80 hari dibandingkan dewasa 120 hari) 3
Pola ikterus fisiologis ini bervariasi sesuai prematuritas, ras, dan faktor-faktor lain. Sebagai contoh, bayi prematur akan memiliki puncak bilirubin maksimum yang lebih tinggi pada hari ke-6 kehidupan dan berlangsung lebih lama, kadang sampai beberapa minggu. Bayi ras Cina cenderung untuk memiliki kadar puncak bilirubin maksimum pada hari ke-4 dan 5 setelah lahir. Faktor yang berperan pada munculnya ikterus fisiologis pada bayi baru lahir meliputi peningkatan bilirubin karena polisitemia relatif, pemendekan masa hidup eritrosit (pada bayi 80 hari dibandingkan dewasa 120 hari) 3
Gambar 1: Metabolisme Pemecahan Hemoglobin dan
Pembentukan Bilirubin.
1.4 Manifestasi Klinik
Pengamatan
ikterus paling baik dilakukan dengan cahaya sinar matahari. Bayi baru
lahir ( BBL ) tampak kuning
apabila kadar bilirubin serumnya kira-kira 6 mg/dl atau 100 mikro mol/L ( 1mg/dl
= 17,1 mikro mol/L ). Salah satu cara pemeriksaan derajat kuning pada BBL
secara klinis, sederhana, dan mudah adalah dengan penilaian menurut Kramer.
Caranya dengan jari telunjuk ditekan kan
pada tempat- tempat yang tulangnya menonjol seperti seperti tulang
hidung, dada, lutut dan lain-lain. Tempat yang ditekan tampak pucat atau
kuning. Penilaian kadar bilirubin pada masing-masing tempat disesuaikan dengan
tabel dsb :
Tabel 1 : derajat ikterus pada neonatus menurut kramer
Zona
|
Bagian tubuh yang kuning
|
Rata-rata serum bilirubin inderik(umol/L)
|
1
|
Kepala dan leher
|
100
|
2
|
Pusat-leher
|
150
|
3
|
Pusat-paha
|
200
|
4
|
Lengan + tungkai
|
250
|
5
|
Tangan + kaki
|
>250
|
1.5
. Penatalaksanaan 2
Pada dasarnya,
pengendalian kadar bilirubin serum adalah sebagai berikut :
-
Stimulasi proses konjugasi dengan
menggunakan fenobarbital. Obat ini bekerja lambat, sehingga hanya bermanfaat
apabila kadar bilirubinnya rendah dan ikterus yang terjadi bukan disebabkan
oleh proses hemolitik.
-
Mengurangi peredaran enterohepatik
dengan pemberian makanan oral dini.
-
Memberikan terapi sinar sehingga
bilirubin diubah menjadi isomer foto yag tidak tidak toksik dan mudah
dikeluarkan dari tubuh karena mudah larut dalam air.
-
Mengeluarkan bilirubin secara
mekanik melalui transfusi tukar.
Tata laksana Awal Ikterus Neonatorum (WHO) 5
- Mulai terapi sinar bila ikterus diklasifikasikan sebagai ikterus berat.
- Tentukan apakah bayi memiliki faktor risiko berikut: berat lahir < 2,5 kg, lahir sebelum usia kehamilan 37 minggu, hemolisis atau sepsis
- Ambil contoh darah dan periksa kadar bilirubin serum dan hemoglobin, tentukan golongan darah bayi
·
Bila kadar bilirubin serum di bawah
nilai dibutuhkannya terapi sinar, hentikan terapi sinar.
·
Bila kadar bilirubin serum berada
pada atau di atas nilai dibutuhkannya terapi sinar, lakukan terapi sinar
·
Bila faktor Rhesus dan golongan
darah ABO bukan merupakan penyebab hemolisis atau bila ada riwayat defisiensi
G6PD di keluarga, lakukan uji saring G6PD bila memungkinkan.
- Tentukan diagnosis banding
Tidak ada komentar:
Posting Komentar