1.1.1
Pendahuluan
Tuberkulosis
adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis) yang
merupakan bakteri gram positif, berbentuk batang dan bersifat tahan asam
sehingga dikenal juga sebagai Bakteri Tahan Asam (BTA). Sebagian besar kuman TB
menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya.1,2,3
Tuberculosis paru menyerang
jaringan parenchyma paru dan tidak termasuk pleura (selaput paru). TB paru dapat
ditularkan melalui percikan dahak pasien TB BTA positif. Pasien menyebarkan
kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei). Sekali
batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak. Umumnya
penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam waktu yang
lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan, sementara sinar matahari
langsung dapat membunuh kuman. Percikan dapat bertahan selama beberapa jam
dalam keadaan yang gelap dan lembab. Faktor yang memungkinkan
seseorang terpajan kuman TB ditentukan oleh konsentrasi percikan dalam udara
dan lamanya menghirup udara tersebut.1,2,3
1.1.2 Tanda dan Gejala Klinis1,2
Penderita umumnya mengalami
batuk dan berdahak terus-menerus selama 3 minggu atau lebih, batuk darah atau
pernah batuk darah. Adapun gejala-gejala lain dari TB pada orang dewasa adalah
sesak nafas dan nyeri dada, badan lemah, nafsu makan dan berat badan menurun, rasa
kurang enak badan (malaise), berkeringat malam, walaupun tanpa kegiatan dan demam
meriang lebih dari sebulan
Gejala-gejala tersebut diatas
dapat dijumpai pula pada penyakit paru selain tb, seperti bronkiektasis,
bronkitis kronis, asma, kanker paru, dan lain-lain, dan perlu dilakukan
pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung
1.1.3 Komplikasi
Pada penderita TB sering
terjadi komplikasi dan resistensi. Komplikasi berikut sering terjadi pada
penderita stadium lanjut:
- Hemoptisis berat (pendarahan dari saluran nafas bawah) yang mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan nafas.
- Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial
- Bronkietaksis (pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru.
- Pneumotorak (adanya udara didalam rongga pleura) spontan: kolaps spontan karena kerusakan jaringan paru.
- Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, ginjal dan sebagainya.
·
Insufisiensi Kardio Pulmoner (Cardio Pulmonary
Insufficiency).
1.1.4 Penegakan
diagnosis1,2,3
Apabila dicurigai seseorang menderia
TBC, maka beberapa hal yang perlu dilakukan untuk menegakkan diagnosa adalah :
1.
Anamnesa baik terhadap pasien maupun
keluarganya
2.
Pemeriksaan fisik
3.
Pemeriksaan laboratorium (darah, dahak,
cairan otak)
4.
Pemeriksaan patologi anatomi
5.
Rontgen pada dada (thorax foto)
6.
Uji tuberkulin
1.1.5 Terapi1,2,3
Tujuan terapi pasien TB adalah
guna menurunkan angka kesakitan dan angka kematian, memutuskan rantai
penularan, serta mencegah terjadinya multidrug resistance (MDR) dan mencegah
penularan dengan cara menyembuhkan pasien.
Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip -
prinsip sebagai berikut:
1. OAT
harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam jumlah cukup
dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Jangan gunakan OAT tunggal
(monoterapi). Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT – KDT) lebih
menguntungkan dan sangat dianjurkan.
2. Pengobatan
TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan.
a.
Tahap awal
(intensif)
Pada tahap intensif (awal)
pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara langsung untuk
mencegah terjadinya resistensi obat. Bila pengobatan tahap intensif tersebut
diberikan secara tepat, biasanya pasien menular menjadi tidak menular dalam
kurun waktu 2 minggu. Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif
(konversi) dalam 2 bulan.
b.
Tahap
Lanjutan
Pada tahap lanjutan pasien
mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka waktu yang lebih lama. Tahap
lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah
terjadinya kekambuhan
Paduan pengobatan yang digunakan oleh Program
Nasional Penanggulangan TB oleh Pemerintah Indonesia adalah :1,2,3
1.
Kategori 1 : 2HRZE/4H3R3 atau 2HRZE/6HE
atau 2HRZE/4HR
Contoh regimen dosis dan
lama terapi: Tahap intensif terdiri dari HRZE diberikan setiap hari selama 2
bulan. Kemudian diteruskan dengan tahap lanjutan yang terdiri dari HR diberikan
tiga kali dalam seminggu selama 4 bulan.
Obat ini diberikan untuk:
·
Penderita baru TB Paru BTA Positif
·
Penderita baru TB Paru BTA negatif Röntgen
Positif yang “sakit berat”
·
Penderita TB Ekstra Paru berat
2.
Kategori 2 : 2HRZES/HRZE/5H3R3E3 atau 2HRZES/HRZE/6HRE
Contoh regimen dosis dan
lama terapi: Tahap intensif diberikan selama 3 bulan, yang terdiri dari 2 bulan
dengan HRZES setiap hari. Dilanjutkan 1 bulan dengan HRZE setiap hari. Setelah
itu diteruskan dengan tahap lanjutan selama 5 bulan dengan HRE yang diberikan
tiga kali dalam seminggu.
Obat ini diberikan untuk penderita TB paru BTA(+) yang sebelumnya pernah
diobati, yaitu:
·
Penderita kambuh (relaps)
·
Penderita gagal (failure)
·
Penderita dengan pengobatan setelah lalai (after
default).
3. Kategori
3 : 2 HRZ/4H3R3 atau 2 HRZ/6HE atau 2 HRZ/4HR
Contoh
regimen dosis dan lama terapi: Tahap intensif terdiri dari HRZ diberikan setiap
hari selama 2 bulan (2HRZ), diteruskan dengan tahap lanjutan terdiri dari HR
selama 4 bulan diberikan 3 kali seminggu.
Obat ini diberikan untuk:
·
Penderita baru BTA negatif dan röntgen
positif sakit ringan.
·
Penderita TB ekstra paru ringan
4. Kategori
4:
Ini
untuk kasus kronik dimana terapi mengarah kepada panduan WHO yaitu menggunakan
obat lini ke dua.
5. OAT
Sisipan (HRZE)
Bila pada akhir tahap
intensif pengobatan penderita baru BTA positif dengan kategori 1 atau penderita
BTA positif pengobatan ulang dengan kategori 2, hasil pemeriksaan dahak masih
BTA positif, diberikan obat sisipan (HRZE) setiap hari selama 1 bulan.
1.1.6
Efeksamping OAT dan penatalaksanaannya1
Tabel 2. efeksamping ringan pada OAT
Penatalaksanaan
pasien dengan efeksamping gatal dan kemerahan kulit adalah dengan menyingkirkan
dulu kemungkinan penyebab dan berikan anti-histamin sambil meneruskan OAT
dengan pengawasan ketat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar