Google ads

Senin, 30 Maret 2015

TUBERCULOSIS PARU



1.1.1 Pendahuluan
            Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis) yang merupakan bakteri gram positif, berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga dikenal juga sebagai Bakteri Tahan Asam (BTA). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya.1,2,3
Tuberculosis paru menyerang jaringan parenchyma paru dan tidak termasuk pleura (selaput paru). TB paru dapat ditularkan melalui percikan dahak pasien TB BTA positif. Pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak. Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan, sementara sinar matahari langsung dapat membunuh kuman. Percikan dapat bertahan selama beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan lembab. Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman TB ditentukan oleh konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.1,2,3

1.1.2 Tanda dan Gejala Klinis1,2
Penderita umumnya mengalami batuk dan berdahak terus-menerus selama 3 minggu atau lebih, batuk darah atau pernah batuk darah. Adapun gejala-gejala lain dari TB pada orang dewasa adalah sesak nafas dan nyeri dada, badan lemah, nafsu makan dan berat badan menurun, rasa kurang enak badan (malaise), berkeringat malam, walaupun tanpa kegiatan dan demam meriang lebih dari sebulan
Gejala-gejala tersebut diatas dapat dijumpai pula pada penyakit paru selain tb, seperti bronkiektasis, bronkitis kronis, asma, kanker paru, dan lain-lain, dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung
1.1.3 Komplikasi
Pada penderita TB sering terjadi komplikasi dan resistensi. Komplikasi berikut sering terjadi pada penderita stadium lanjut:
  • Hemoptisis berat (pendarahan dari saluran nafas bawah) yang mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan nafas.
  • Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial
  • Bronkietaksis (pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru.
  • Pneumotorak (adanya udara didalam rongga pleura) spontan: kolaps spontan karena kerusakan jaringan paru.
  • Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, ginjal dan sebagainya.
·         Insufisiensi Kardio Pulmoner (Cardio Pulmonary Insufficiency).

1.1.4 Penegakan diagnosis1,2,3
            Apabila dicurigai seseorang menderia TBC, maka beberapa hal yang perlu dilakukan untuk menegakkan diagnosa adalah :
1.        Anamnesa baik terhadap pasien maupun keluarganya
2.        Pemeriksaan fisik
3.        Pemeriksaan laboratorium (darah, dahak, cairan otak)
4.        Pemeriksaan patologi anatomi
5.        Rontgen pada dada (thorax foto)
6.        Uji tuberkulin        
1.1.5 Terapi1,2,3
Tujuan terapi pasien TB adalah guna menurunkan angka kesakitan dan angka kematian, memutuskan rantai penularan, serta mencegah terjadinya multidrug resistance (MDR) dan mencegah penularan dengan cara menyembuhkan pasien.



Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip - prinsip sebagai berikut:
1.      OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Jangan gunakan OAT tunggal (monoterapi). Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT – KDT) lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan.
2.      Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan.
a.       Tahap awal (intensif)
Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat. Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya pasien menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu. Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2 bulan.
b.      Tahap Lanjutan
Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka waktu yang lebih lama. Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah terjadinya kekambuhan

Paduan pengobatan yang digunakan oleh Program Nasional Penanggulangan TB oleh Pemerintah Indonesia adalah :1,2,3
1.      Kategori 1 : 2HRZE/4H3R3 atau 2HRZE/6HE atau 2HRZE/4HR
Contoh regimen dosis dan lama terapi: Tahap intensif terdiri dari HRZE diberikan setiap hari selama 2 bulan. Kemudian diteruskan dengan tahap lanjutan yang terdiri dari HR diberikan tiga kali dalam seminggu selama 4 bulan.
Obat ini diberikan untuk:
·         Penderita baru TB Paru BTA Positif
·         Penderita baru TB Paru BTA negatif Röntgen Positif yang “sakit berat”
·         Penderita TB Ekstra Paru berat

2.      Kategori 2 : 2HRZES/HRZE/5H3R3E3 atau 2HRZES/HRZE/6HRE
Contoh regimen dosis dan lama terapi: Tahap intensif diberikan selama 3 bulan, yang terdiri dari 2 bulan dengan HRZES setiap hari. Dilanjutkan 1 bulan dengan HRZE setiap hari. Setelah itu diteruskan dengan tahap lanjutan selama 5 bulan dengan HRE yang diberikan tiga kali dalam seminggu.
Obat ini diberikan untuk penderita TB paru BTA(+) yang sebelumnya pernah diobati, yaitu:
·         Penderita kambuh (relaps)
·         Penderita gagal (failure)
·         Penderita dengan pengobatan setelah lalai (after default).

3.      Kategori 3 : 2 HRZ/4H3R3 atau 2 HRZ/6HE atau 2 HRZ/4HR
Contoh regimen dosis dan lama terapi: Tahap intensif terdiri dari HRZ diberikan setiap hari selama 2 bulan (2HRZ), diteruskan dengan tahap lanjutan terdiri dari HR selama 4 bulan diberikan 3 kali seminggu.
Obat ini diberikan untuk:
·         Penderita baru BTA negatif dan röntgen positif sakit ringan.
·         Penderita TB ekstra paru ringan

4.      Kategori 4:
Ini untuk kasus kronik dimana terapi mengarah kepada panduan WHO yaitu menggunakan obat lini ke dua.

5.      OAT Sisipan (HRZE)
Bila pada akhir tahap intensif pengobatan penderita baru BTA positif dengan kategori 1 atau penderita BTA positif pengobatan ulang dengan kategori 2, hasil pemeriksaan dahak masih BTA positif, diberikan obat sisipan (HRZE) setiap hari selama 1 bulan.

1.1.6 Efeksamping OAT dan penatalaksanaannya1
Tabel 2. efeksamping ringan pada OAT

Penatalaksanaan pasien dengan efeksamping gatal dan kemerahan kulit adalah dengan menyingkirkan dulu kemungkinan penyebab dan berikan anti-histamin sambil meneruskan OAT dengan pengawasan ketat.

Tidak ada komentar:

Google Ads