I. Pendahuluan
1.1 Penyakit
Diabetes Mellitus
1.1.1 Pengertian DM
Diabetes
mellitus adalah sindrom yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara kebutuhan
dan suplai insulin.Sindrom ini ditandai oleh adanya hiperglikemia dan berkaitan
dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak dan protein (Waspadji,
2007).
1.1.2
Jenis DM
Istilah
diabetes mellitus sebenarnya mencakup 4 kategori yaitu tipe I (insulin
dependent diabetes mellitus atau IDDM), tipe II (non insulin dependent
diabetes mellitus atau NIDDM), diabetes mellitus sekunder dan diabetes
mellitus yangberhubungan dengan nutrisi. Selain itu terdapat dua kategori lain
tentangabnormalitas metabolisme glukosa yaitu kerusakan toleransi glukosa (KTG)
dandiabetes mellitus gestasional (DMG) (Waspadji, 2007) .
1.1.3
Gejala DM
Penderita
DM dengan diabetes mellitus tipe II mengalami penurunan sensitivitas terhadap
kadar glukosa, yang berakibat pada pembentukan kadar glukosa yang tinggi.
Keadaan ini disertai dengan ketidakmampuan otot dan jaringan lemak untuk
meningkatkan ambilan glukosa, sehingga mekanisme ini menyebabkan meningkatnya
resistensi insulin perifer (Adnyana, dkk, 2003).
Gejala klasik
diabetes adalah adanya rasa haus yang berlebihan, sering buang air kecil
terutama malam hari, dan berat badan turun cepat, kadang-kadang ada keluhan
lemah, kesemutan pada jari tangan dan kaki, cepat lapar, gatal-gatal,
penglihatan kabur, gairah seks menurun dan luka sukar sembuh (Waspadji, 2007).
1.1.4. Komplikasi
Diabetes Mellitus dan hipertensi
Tekanan
darah rata-rata merupakan kekuatan utama untuk mendorong darah ke
jaringan.Tekanan darah tersebut harus diatur supaya tidak berlebih maupun
kurang.Jika tekanan darah kurang, dikhawatirkan darah tidak dapat menjangkau
organ-organ yang membutuhkan terutama otak. Jika berlebih, jantung akan bekerja
terlalu keras juga terjadi peningkatan resiko kerusakan vaskular maupun
rupturnya pembuluh darah kecil.
Meskipun
terdapat kontrol tekanan darah, terutama yang dilakukan oleh baroreseptor di
dalam sistem sirkulasi, kadangkala mekanisme tersebut tidak berjalan dengan
baik. Akibatnya,seseorang dapat mengalami hipotensi (tekanan darah di bawah
100/60mmHg) maupun hipertensi (tekanan darah di atas 140/90 mmHg).
Prevalensi
terjadinya hipertensi pada penderita diabetes adalah dua kali daripada mereka
yang tidak diabetes.Kaitan yang paling utama adalah pada penderita diabetes
terjadi komplikasi yang progresif dan akseleratif baik pada mikrovaskular
(retinopati dan nefropati) serta makrovaskular (aterosklerosis).Penyakit
makrovaskular merupakan mayoritas kematian pada pasien dengan
non-insulin-dependent diabetes mellitus (NIDDM).
Nefropati
diabetesmerupakan
faktor penting terjadinya hipertensi pada penderita diabetes, terutama IDDM
(diabetes mellitus tipe-1). Pasien dengan DM tipe-1 biasanya akan memiliki
tekanan darah yang normal sebelum terjadinya proteinuria yang persisten
(ekskresi albumin lebih besar dari 300-500 mg/hari). Jika sudah terjadi
protenuria, tekanan darah sistoliknya akan mulai naik sekitar 1 mmHg/bulan.
Pada diabetes nefropati, terjadi interelasi antara peningkatan tekanan darah,
mikroalbuminuria, penurunan creatinine clearence dan peningkatan resistensi
vaskular renal.Meskipun begitu, etiologi pada mayoritas penderita diabetes
tidak bisa dijelaskan dengan dasar penyakit renal tersebut.Pada pasien ini,
hipertensinya adalah jenis hipertensi esensial.Sementara pada NIDDM (diabetes
mellitus tipe-2), hipertensi tidak terlalu berkaitan dan sering terjadi sebelum
diagnosis diabetes.
Tanda
hipertensi pada penderita tipe-1 maupun tipe-2 adalah terjadinya peningkatan
resistensi perifer vaskular.Aterosklerosis prematur pada penderita diabetes
dapat menyebabkan penuaan prematur juga pada vaskularisasi.Hal tersebut
nantinya berperan dalam prevalensi hipertensi sistolik terisolasi dan penurunan
sensitivitas baroreseptor pada penderita DM bahkan yang masih muda.Penurunan
sensitifitas refleks baroreseptor dapat menyebabkan perubahan inervasi kardiak
sehingga mungkin terjadi hipotensi ortostatik pada penderita DM dengan
hipertensi.
II. Managemen Nutrisi pada diabetik hipertensi
Proses pengelolaan nutrisi meliputi tahapan
:
1. Penilaian
Mengumpulkan informasi dan
analisis data, meliputi data historis pasien sebelum intervensi gizi dimulai.
2. Perencanaan
Menguraikan strategi yang
akan digunakan dalam managemen nutrisi digunakan untuk mencapai tujuan dan
evaluasi keberhasilan strategi tersebut. Perencanaan ini mencakup informasi
untuk mendidik pasien.
3. Implementasi
Proses tindakan yang
dilakukan dalam strategi managemen nutrisi
4. Koordinasi
Melibatkan komunikasi
dan dokumentasi. Seluruh langkah
strategi haruslah dikomunikasikan kepada seluruh anggota tim perawat managemen
nutrisi. Agar tercapai target yang diinginkan.
5. Evaluasi
Adalah proses pemeriksaan implementasi,
untuk memastikan apakah proses yang dijalankan mencapai target yang diinginkan.
Membandingakan hasil sebenarnya dengan tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya.Ini juga melibatkan observai terhadap pasien apakah pasien siap
menerima managemen nutrisi ke tingkat yang lebih tinggi. Dari observasi didapat
temuan tak terduga baik yang positif ataupun negatif berfungsi untuk
memperbaiki managemen nutrisi ke depan.
2.1.1.Terapi
Pola
terapi yang dapat diterapkan untuk mengatasi diabetes mellitus komplikasi hipertensi ini ada
beberapa tahap yaitu :
1.
Mengatur tekanan darah
2.
Mengubah gaya hidup
3.
Terapi farmakologi
Mengatur tekanan darah
Adapun nilai tekanan darah
yang diharapkan adalah tidak lebih dari 130/80 mmHg.Dianjurkan untuk menjaga
berat badan dengan cara mengubah gaya hidup.
Mengubah gaya hidup
Menurut
Waspadji (2007) mengutip pendapat Joslin (1952) dari Medical Centre
Institute, dalam penatalaksanaan diet diabetes mellitus ada 3 (tiga) J
yangharus diketahui dan dilaksanakan oleh penderita DM diabetes mellitus, yaitu
jumlahmakanan, jenis makanan dan jadwal makanan. Berikut ini uraian mengenai
ketiga haltersebut:
1) Jumlah makanan
Jumlah
makanan yang diberikan disesuaikan dengan status gizi penderita DM, bukan
berdasarkan tinggi rendahnya gula darah.Jumlah kalori yang disarankan berkisar
antara 1100 2900 KKal.
Sebelum
menghitung berapa kalori yang dibutuhkan seorang pasien diabetes, terlebih
dahulu harus diketahui berapa berat badan ideal (idaman) seseorang. Yang paling
mudah adalah dengan rumus Brocca : Berat Badan Idaman : 90% X (tinggi
badan dalam cm = 100) X 1 kg.
Tingkat
Kegiatan Sehari-hari untuk Perhitungan Kalori
Ada
beberapa cara untuk menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan seorang pasien
diabetes :
1.
Menghitung kebutuhan basal dahulu dengan cara mengalikan berat badan idaman
dengan sejumlah kalori :
- Berat badan idaman
dalam kg x 30 Kkal untuk laki-laki
- Berat badan idaman
dalam kg x 25 Kkal ntuk perempuan
Kemudian ditambah
dengan jumlah kalori yang diperlukan untuk kegiatan sehari-hari (lihat tabel
1).Tampak pada tabel itu ada tiga jenis kegiatan, dari yang ringan sampai yang
berat.
- Kerja ringan :
tambah 10 % dari kalori basal
- Kerja sedang :
tambah 20 % dari kalori basal
- Kerja berat :
tambah 40-100% dari kalori basal
- Tambahkan kalori
sekitar 20-30% pada keadaan sbb:
a. Pasien kurus
b. Pasien masih
tumbuh kembang
c.
Ada stres misalnya infeksi, hamil atau menyusui
-
Kurangi kalori bila gemuk sekitar 20-30% tergantung tingkat kegemukannya.
2.
Cara lain tertera pada tabel 2.2 yang tampaknya lebih mudah. Tampak pada table
itu bahwa seseorang dengan dengan berat badan normal yang bekerja santai
memerlukan 30 Kkal/kg BB idaman.Bagi orang yang kurus dan bekerja berat
memerlukan 40-50 Kkal/kg BB idaman. Dengan cara ini tidak perlu ditambahkan
lagi.
3. Untuk gampangnya,
secara kasar dapat dibuat suatu pegangan sbb :
- Pasien kurus :
2300-2500 Kkal
- Pasien berat normal
: 1700-2100 Kkal
- Pasien gemuk :
1300-1500 Kkal
Tabel
Kebutuhan Kalori pada Pasien Diabetes Mellitus
Perkumpulan
Endokrinologi Indonesia (PARKENI) telah menetapkan standar jumlah gizi pada
diet diabetes mellitus, dimana telah ditetapkan proporsi yang ideal untuk zat
makanan seperti karbohidrat, protein, lemak, kolesterol, serat, garam dan
pemanis dalam satu porsi makanan utama. Menurut Moehyi (1996) ketentuan
mengenai pengaturan jumlah zat makanan yang harus dikonsumsi oleh penderita DM
diabetes mellitus adalah sebagai berikut:
a. Karbohidrat
Sampai
saat ini sebagian orang berpendapat bahwa pasien diabetes mellitus harus
mengkonsumsi makanan rendah karbohidrat.Namun belakangan banyak dilakukan
penelitian dan ditemukan bahwa justru diet tinggi karbohidrat dan rendah lemak
lebih unggul daripada diet rendah karbohidrat.Didapatkan pula bahwa diet tinggi
karbohidrat menimbulkan perbaikan glukosa terutama pada pasien diabetes
mellitus yang tidak terlalu berat, apalagi pada pasien yang gemuk. Tetapi harus
diingat, walaupun pasien dianjurkan diet tinggi karbohidrat, pasien tersebut
harus menghindari karbohidrat yang mudah diserap tubuh seperti sirup, gula,
sari buah dan makanan lain yang manis atau mengandung gula. Selain itu
penderita DM harus mengetahui bahwa jumlah karbohidrat dalam makanan untuk
setiap kali makan harus diatur sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi
kebutuhan tubuh akan hidrat arang sepanjang hari.
b. Protein
Protein
merupakan bahan dasar untuk zat pembangun, pertumbuhan, hormone dan antibodi.
Pada penderita diabetes mellitus, kebutuhan protein akan meningkat akibat
digunakannya protein sebagai energi. Sedangkan karbohidrat sendiri tidak dapat
diserap oleh tubuh sehingga penderita merasa lemas.Berdasarkan hal tersebut,
maka seorang penderita DM diabetes mellitus memerlukan protein sebanyak 10-15%
untuk memenuhi kebutuhan tubuhnya.
c. Lemak
Pada
penderita diabetes mellitus penggunaan lemak dibatasi, terutama lemak jenuh
yang secara tidak langsung dengan mekanisme tertentu dapat mempengaruhi
kenaikan kadar gula darah. Makanan yang mengandung lemak jenuh antara lain
minyak kelapa, margarin, santan, keju dan lemak hewan. Sedangkan lemak tidak
jenuh efeknya jauh lebih kecil terhadap kadar gula darah daripada lemak jenuh.
d. Kolesterol
Kadar
kolesterol yang tinggi dalam tubuh dapat menimbulkan hiperkolesterolemia yang
berkaitan dengan terjadinya aterosklerosis. Pada penderita diabetes mellitus,
kadar kolesterol yang tinggi dapat memperberat penyakitnya. Oleh karena itu
konsumsi makanan yang berkolesterol harus dibatasi, dengan perkiraan jumlah
yang dibutuhkan <300 mg per hari.
e. Serat
Serat
yang dikonsumsi sebanyak 25 gram per hari akan mempercepat pergerakan makanan
di saluran pencernaan dan pembentuk massa sehingga absorbs glukosa dan lemak di
usus akan berkurang.
f. Garam
Penggunaan garam yang tinggi dalam makanan
dapat meningkatkan kerja jantung.Oleh karena itu pada penderita diabetes
mellitus dengan hipertensi, pemakaian garam dibatasi. Mengurangi
asupan garam tidak lebih dari 100 mmol per hari (2,4 g Natrium atau 6 g Natrium
klorida)
g. Pemanis
Selama
ini pemanis yang ada di pasaran adalah sukrosa, fruktosa, sorbitol, manitol,
xylol, sakkarin, siklamat dan aspartam.Pemanis yang mengandung kalori adalah
sukrosa dan fruktosa. Berikut ini tabel perbandingan jumlah total zat makanan
yang terdapat dalam satu porsi makanan utama penderita DM
Table
jumlah total zat makanan yang dikonsumsi
2) Jenis makanan
Penderita
diabetes mellitus harus mengetahui dan memahami jenis makananapa yang
boleh dimakan secara bebas, makanan yang
mana harus dibatasi dan makanan apa yang harus dibatasi secara ketat. Makanan
yang mengandung karbohidrat mudah diserap seperti sirup, gula, sari buah harus
dihindari. Sayuran dengan kandungan karbohidrat tinggi seperti buncis, kacang
panjang, wortel, kacang kapri, daun singkong, bit dan bayam harus dibatasi.
Buah-buahan berkalori tinggi seperti pisang, pepaya, mangga, sawo, rambutan,
apel, duku, durian, jeruk dan nanas juga dibatasi. Sayuran yang boleh dikonsumsi
adalah sayuran dengan kandungan kalori rendah seperti oyong, ketimun, kol, labu
air, labu siam, lobak, sawi, rebung, selada, toge, terong dan tomat (Waspadji,
2007). Cukup banyak pasien DM mengeluh karena makanan yang tercantum dalam
daftar menu diet kurang bervariasi sehingga sering terasa membosankan. Untuk
itu agar ada variasi dan tidak menimbulkan kebosanan, dapat diganti dengan
makanan penukar lain. Perlu diingat dalam penggunaan makanan penukar, kandungan
zat gizinya harus sama dengan makanan yang digantikannya (Suyono, 1996).
Contohcontoh bahan makanan penukar adalah sebagai berikut:
(1) Golongan I:
Sumber Karbohidrat
Sumber
bahan makanan penukar karbohidrat mempunyai takaran 1 satuan
penukar = 175 Kal, 4
gr protein, 40 gr karbohidrat. Adapun daftar bahan makanan
penukar tersebut
dapat dilihat pada Tabel 2.3
Tabel Bahan Makanan Penukar Karbohidrat
(2) Gol. II: Sumber
Protein Hewani
Sumber
protein hewani ini dapat diperoleh dari bahan makanan yang lazim dikonsumsi
sehari-hari dengan takaran 1 satuan penukar = 95 Kal, 10 gr protein, 6 gr
lemak. Adapun jenis makanan penukar protein hewani dapat dilihat pada Tabel
Tabel Bahan Makanan Penukar Protein Hewani
(3) Gol. III: Sumber
Protein Nabati
Sumber
protein nabati mempunyai takaran 1 satuan penukar = 80 Kal, 6 gr protein, 3 gr
lemak, 8 gr karbohidrat. Adapun jenis bahan makanan penukar protein hewani
dapat dilihat pada Tabel
Tabel Bahan Makanan Penukar Protein Nabati
(4) Gol. IV: Sayuran
Jenis
sayuran yang dapat dijadikan sebagai bahan makanan penukar adalah sayuran A dan
sayuran B, bebas dimakan, seperti pada Tabel
Tabel
Bahan Makanan Penukar Sayuran A dan B
(5) Gol. V: Buah
Sumber bahan makanan
bersumber buah-buahan mempunyai takaran 1 satuan penukar = 40 Kal, 40 g karbohidrat,
seperti pada Tabel
Tabel Bahan
Makanan Penukar Buah
(6) Bahan Makanan
Golongan Susu
Sumber
bahan makanan golongan susu mempunyai takaran 1 satuan penukar= 130 Kal, 7 gr
protein, 7 g lemak, 9 gr karbohidrat, seperti pada Tabel
Tabel
Bahan Makanan Penukar Susu
7) Gol. VII: Minyak
Bahan
makanan penukar minyak mempunyai takaran 1 satuan penukar = 45 Kal, 5gr lemak,
seperti pada Tabel 2.10.
Tabel Bahan Makanan
Penukar Minyak
Rumus perhitungan :
1. BBI
( Berat Badan Ideal )
BBI = Tinggi Badan (cm) - 100 cm - 10%.
BBI digunakan untuk menghitung jumlah kalori
yang dibutuhkan
Untuk wanita, kebutuhan dasar adalah
(Berat Badan Ideal x 25 kalori)ditambah 20% untuk aktivitas. Sedangkan untuk
pria, (Berat Badan Ideal x 30 kalori) ditambah 20% untuk aktivitas
Contoh
:seorang pria bertinggi badan 164 cm, berat badan 70
kg, maka BBI = 64 kg - 10% = 58 kg. Kebutuhan kalori dasar = 58 x 30 kalori =
1.740 kalori. Ditambah kalori aktivitas 20% = 2.088 kalori. Jadi, pria ini
memerlukan diet sekitar 2.000 kalori sehari.
2.
BMR
merupakan
jumlah energi yang dikeluarkan untuk aktivitas vital tubuh seperti denyut
jantung, bernafas, transmisi elektrik pada otot dan lain-lain.
BMR pria = 66+(13,7xberat badan dalam kg)+(5xtinggi dalam cm)-(6.76xumur)
BMR wanita =
655+(9.5xberat badan dalam kg)+(1.8xtinggi dalam cm)-(4.7xumur)
Basal
Metbolisme Rate (BMR) untuk laki-laki berdasarkan Berat Badan
Basal
Metbolic Rate (BMR) untuk perempuan berdasarkan berat badan
3.
IMT ( Indeks Massa Tubuh )
IMT merupakan pembagian berat badan dalam kg oleh
tinggi badan dalam satuan meter dikuadratkan.
4.
Specific Dynamic Action (SDA)
SDA merupakan jumlah energi yang dibutuhkan untuk
mengolah makanan dalam tubuh, antara lain untuk proses pencernaan dan
penyerapan zat-zat gizi oleh usus. Besarnya SDA kurang lebih 10 % dari Basal
Metabolic Rate (BMR).
Food pyramid untuk pasien hipertensi
Dietary Approaches to Hypertension (DASH)
3) Jadwal makan
Penderita
diabetes mellitus harus membiasakan diri untuk makan tepat pada waktu yang
telah ditentukan.Penderita diabetes mellitus makan sesuai jadwal, yaitu 3 kali
makan utama, 3 kali makan selingan dengan interval waktu 3 jam. Ini dimaksudkan
agar terjadi perubahan pada kandungan glukosa darah penderita DM, sehingga
diharapkan dengan perbandingan jumlah makanan dan jadwal yang tepat maka kadar
glukosa darah akan tetap stabil dan penderita DM tidak merasa lemas akibat
kekurangan zat gizi. Jadwal makan standar yang digunakan oleh penderita DM
diabetes mellitus (Waspadji, 2007) disajikan dalam tabel berikut:
Tabel
Jadwal Makan Penderita DM
Olahraga
Bagi penderita Diabetes Mellitus
(DM) komplikasi hipertensi seringkali
mendapatkan pesan atau nasihat dari dokter yang merawatnya agar melakukan
kegiatan fisik. Seringkali pada pasien DM terutama DM tipe 2, faktor resiko
yang menyebabkan ia jatuh ke dalam kondisi DM adalah kegemukan atau obesitas.
Obesitas disini mempunyai peran dalam menyebabkan resistensi atau gagalnya
tubuh mempergunakan hormon insulin untuk menurunkan kadar gula di dalam darah.
Kegiatan fisik ternyata
mempunyai manfaat yang besar bagi pasien penderita DM tipe II yang masih
terkontrol gula darahnya dan tidak mempunyai komplikasi. Ternyata dengan
melakukan kegiatan fisik seperti olahraga, selain mampu menurunkan berat badan
untuk mencapai berat badan yang ideal, ternyata dengan olahraga mampu
menurunkan kadar gula darah.
Tubuh manusia mempunyai beberapa
sistem transportasi yang mengantarkan gula yang terdapat di dalam darah untuk
masuk ke dalam sel, dimana gula ini di dalam sel akan dibakar untuk menjadi
energi supaya manusia bisa tetap hidup dan bisa melakukan aktivitas
sehari-hari. Sistem transport gula tersebut disebut juga sebagai GLUT (Glucose
Transporter).
Di dalam otot manusia terdapat
GLUT tipe 4, dimana pada saat manusia ini aktif melakukan aktivitas fisik atau
olahraga yang banyak mempergunakan otot, maka GLUT ini akan aktif menangkap
gula yang beredar di dalam darah dan akan dimasukkan ke dalam otot dan dibakar
untuk dirubah menjadi energi. Uniknya GLUT tipe 4 ini tidak memerlukan insulin
dimana pada penderita DM tipe II biasanya ditemukan insulin yang sedikit sekali
sehingga kurang cukup aktivitasnya untuk menurunkan kadar gula di dalam darah,
sehingga cocok sekali dengan mengaktifkan sistem GLUT ini bagi penderita DM
untuk menurunkankadargula di dalam darah dengan aktivitasfisik.Namun aktivitas
fisik dibatasi hanya pada penderita DM tipe II dimana gula darahnya terkontrol
baik oleh obat-obatan dan tidak mempunyai komplikasi yang berat, sehingga tidak
ada halangan dalam menjalankan aktivitas fisik seperti olahraga. Selain itu
juga penderita DM tipe II yang terutama yang gemuk, perlu berkonsultasi dahulu
dengan dokter yang merawatnya untuk pengaturan olahraga yang baik baginya agar
olahraga tetap bisa dijalankan dengan baik.
Apakah anda
mengharapkan segelas bir pada saat berolah raga, atau segelas anggur ketika
makan malam? Menurut American Diabetes Association, jika anda penderita
diabetes tipe 2, maka itu semua kemungkinan boleh-boleh saja sepanjang gula
darah anda dibawah kendali, anda tidak akan mempunyai komplikasi yang disebabkan
oleh alkohol (seperti tekanan darah tinggi), dan tahu seberapa banyak pengaruh
minum terhadap gula darah anda. Mengkonsumsi minuman beralkohol setiap hari
mungkin bisa membantu jantung anda (dan jika anda belum pernah minum, maka
kebanyakan pakar berkata untuk tidak mulai untuk mengkonsumsinya).
Membatasi
konsumsi alkohol dan merokok
Pada penderita DMt2 kompliksai
diabetes tidak boleh mengkonsumsi alkohol lebih dari 24 oz beer, 10 oz wine dan 3 oz
whiskey.Penderita diabetes yang memilih untuk minum, maka perlu ekstra hati-hati
terhadap keseimbangan makanan, obat, alkohol, dan gula darah. Janis Roszler,
RD, seorang pendidik tentang diabetes di Miami, Fla. merekomendasikan:
- Mencampur minuman beralkohol dengan air atau soda diet bebas kalori.
- Setelah anda selesai meminumnya, ganti dengan minuman non-alkohol, seperti air putih.
- Pastikan anda mempunyai strategi makan untuk menghindari makan dan minum berlebih dalam situasi sosial. Alkohol bisa membuat anda lebih rileks dan mengabaikan keinginan untuk makan dan minum.
- Jangan minum dengan perut kosong karena alkohol dapat menurunkan glukosa darah dengan sangat cepat, yang mana makanan bisa memperlambatnya.
- Jika anda berkeinginan untuk minum, pakailah gelang atau kalung identifikasi diabetes
Merokok
berbahaya bagi setiap orang, khususnya bagi penderita diabetes, yang pada
dasarnya sudah berisiko mengalami komplikasi seperti penyakit kardiovaskular.
Jika Anda pengidap diabetes juga seorang perokok, tidak masalah sudah berapa
lama, Anda bisa memperbaiki kesehatan dengan berhenti merokok. Menurut Asosiasi
Diabetes Amerika (the American Diabetes Association), berikut merupakan
bahaya potensial bagi penderita diabetes yang merokok:
- Merokok mengurangi kadar oksigen pada jaringan yang bisa menyebabkan serangan jantung atau stroke
- Merokok meningkatkan kadar kolesterol dan tekanan darah yang meningkatkan risiko serangan jantung
- Merokok mempersempit dan merusak pembuluh darah sehingga memperparah bisul kaki
- Merokok meningkatkan risiko kerusakan saraf dan ginjal
- Merokok meningkatkan risiko terserang flu serta penyakit pernapasan lainnya
- Merokok meningkatkan kadar gula darah
- Merokok meningkatkan risiko kematian akibat penyakit kardiovaskular hingga 3 kali lipat dibandingkan dengan penderita diabetes yang tidak merokok
Tidak ada komentar:
Posting Komentar