Google ads

Selasa, 24 Maret 2015

Diabetes Mellitus



a. Definisi

Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid, dan protein sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat disebabkan oleh gangguan atau defisiensi produksi insulin oleh sel-sel beta langerhans kelenjar pancreas atau disebabkan oleh kurang responsive sel-sel tubuh terhadap insulin (WHO,1999).

b. Patofisiologi
DM tipe 1 terjadi pada 10% dari semua kasus diabetes. Secara umum DM tipe ini berkembang pada anak-anak atau pada awal masa dewasa yang disebabkan oleh kerusakan sel β pangkreas akibat autoimun, sehingga terjadi defisiensi insulin absolute. DM tipe 2 terjadi pada 90% dari semua kasus DM dan biasanya ditandai dengan resistensi insulin dan defisiensi insulin relative. DM tipe 2 lebih disebabkan karena gaya hidup penderita diabetes (kelebihan kalori, kurang olah raga, dan obesitas) dibandingkan pengaruh genetic. Diabetes yang disebabkan factor lain (1-2% dari semua kasus diabetes) termasuk gangguan endokrin (akromegali, sindrom Cushing), diabetes mellitus gestasional (DMG), penyakit pengkreas eksokrin (pangkreatitis), dan karena obat (glukokortikoid, pentamidin, niasin, dan α-interferon).

c.       Manifestasi klinik
v  DM tipe 1
Penderita DM tipe 1 biasanya memiliki tubh yang kurus dan cenderung berkembang menjadi diabetes ketoasidosis (DKA) karena insulin sangat kurang disertai peningkatan hormone glucagon. Sekitar 20-40% pasien mengalami DKA setelah beberapa hari mengalami poliuria, polidipsia, polifagia, dan kehilangan bobot badan.


v  DM tipe 2
Penderita dengan DM tipe 2 sering asimptomatik. Munculnya komplikasi dapat mengindikasikan bahwa pasien telah menderita DM selama bertahun-tahun, umumnya muncul neuropathi. Pada diagnosis umumnya terdeteksi adanya letargi, poliuria, nokturia, dan polidipsia sedangkan penurunan bobot badan secara signifikan jarang terjadi.

d.      Gejala klinis
Penyakit diabetes sering kali muncul tanpa gejala. Namun demikian ada beberapa gejala yang harus diwaspadai sebagai isyarat kemungkinan diabetes. Gejala tipikal yang sering dirasakan penderita diabetes antara lain poliuria (sering buang air kecil). Polidipsia (sering haus), dan polifagia (banyak makan/ mudah lapar). Selain itu juga sering muncul keluhan penglihatan kabur. Koordinasi gerak anggota tubuh terganggu, kesemutan pada tangan atau kaki, timbul gatal-gatal yang sering sekali mengganggu (pruritus), dan berat badan menurun tanpa sebab yang jelas (Depkes RI, 2005).
·      Pada DM tipe 1 gejala klasik yang umum dikeluhkan adalah poliuria, polidipsia, polifagia, penurunan berat badan, cepat merasa lelah (fatigue), iritabilitas, dan pruritus (gatal-gatal pada kulit).
·      Pada DM tipe 2 gejala yang dikeluhkan umumnya hampir tidaka ada. DM tipe 2 seringkali muncul tanpa diketahui, dan penanganan baru dimulai beberapa tahun kemudian ketika penyakit sudah berkembang dan komplikasi sudah terjadi. Penderita DM tipe 2 umumnya lebih mudah terkena infeksi. Sukar sembuh dari luka, daya penglihatan makin buruk, dan umumnya menderita hipertensi, hiperlipidemia, obesitas, dan juga komplikasi pada pembuluh darah dan syaraf (Depkes RI, 2005).
e.       Terapi
a)    Terapi Insulin
Terapi Insulin merupakan suatu keharusan bagi penderita DM tipe 1. Pada DM tipe 1, sel-sel B langerhans kelenjar pankreas penderita rusak, sehingga tidak dapat lagi memproduksi insulin. Sebagai penggantinya, maka penderita DM tipe 1 harus mendapat insulin eksogen untuk membantu agar metabolisme karbohidrat di dalam tubuhnya dapat berjalan normal. Mekanisme kerja dari insulin adalah menurunkan kadar gula darah dengan menstimulasi pengambilan glukosa perifer dan menghambat glukosa hepatic. Walaupun sebagian besar penderita DM tipe 2 tidak memerlukan terapi insulin, namun hampir 30% ternyata memerlukan terapi insulin disamping terapi hipoglikemik oral (Depkes RI, 2005).
b)      Sulfonilurea
Mekanisme kerja dari sulfonil urea adalah berkerja langsung pada sekresi insulin pada pangkreas sehingga hanya efektif bila sel beta pangkreas masih dapat berproduksi. Contoh: klorpropamid, glikazid, glibenklamid, glipizid, glikuidon, glimapirid, tolbutamid.
c)      Biguanida
Mekanisme kerja dari biguanida adalah menghambat glukoneogenesis dan meningkatkan penggunaan glukosa dijaringan. Contoh: metformin hidroklorida.
d)     Tiozolidindion
Mekanisme kerja Tiozolidindion adalah meningkatkan sensitivitas insulin pada otot dan jaringan adipose dan menghambat glukoneogenesis hepatic. Contoh: pioglitazon.
e)      Penghambat α-glukosidase
Mekanisme kerja Penghambat α-glukosidase adalah akarbose berkerja menghambat α-glukosidase sehingga mencegah penguraian sukrosa dan karbohidrat kompleks dalam usus halus dengan demikian memperlambat dan menghambat penyerapan karbohidrat (Depkes RI, 2005).

Tidak ada komentar:

Google Ads