Google ads

Jumat, 06 Maret 2015

Antibiotik



Definisi Antibiotik
Antibiotika adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik, yang mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam organisme, khususnya dalam proses infeksi oleh bakteri. Penggunaan antibiotika khususnya berkaitan dengan pengobatan penyakit infeksi, meskipun dalam bioteknologi dan rekayasa genetika juga digunakan sebagai alat seleksi terhadap mutan atau transforman.

2.2 Klasifikasi Antibiotika
Secara garis besar jenis-jenis antibiotika dikelompokkan sebagai berikut :
1. Golongan penisilin.
Golongan penisilin bersifat bakterisid dan bekerja dengan mengganggu sintesis dinding sel. Antibiotika pinisilin mempunyai ciri khas secara kimiawi adanya nukleus asam amino-penisilinat, yang terdiri dari cincin tiazolidin dan cincin betalaktam. Spektrum kuman terutama untuk kuman koki Gram positif.

2. Golongan sefalosporin.
Golongan ini hampir sama dengan penisilin oleh karena mempunyai cincin beta laktam. Secara umum aktif terhadap kuman Gram positif dan Gram negatif, tetapi spektrum anti kuman dari masing-masing antibiotika sangat beragam, terbagi menjadi 3 kelompok, yakni:
-          Generasi pertama yang paling aktif terhadap kuman Gram positif secara in vitro. Termasuk di sini misalnya sefalotin, sefaleksin, sefazolin, sefradin. Generasi pertama kurang aktif terhadap kuman Gram negatif.
-          Generasi kedua agak kurang aktif terhadap kuman Gram positif tetapi lebih aktif terhadap kuman Gram negatif, termasuk di sini misalnya sefamandol dan sefaklor.
-          Generasi ketiga lebih aktif lagi terhadap kuman Gram negatif, termasuk Enterobacteriaceae dan kadang-kadang pseudomonas. Termasuk di sini adalah sefoksitin (termasuk suatu antibiotika sefamisin), sefotaksim dan moksalatam.
3. Golongan kloramfenikol
Golongan ini mencakup senyawa induk kloramfenikol maupun derivat-derivatnya yakni kloramfenikol palmitat, natrium suksinat dan tiamfenikol. Antibiotika ini aktif terhadap kuman Gram positif dan Gram negatif maupun ricketsia, klamidia, spirokaeta dan mikoplasma. Karena toksisitasnya terhadap sumsum tulang, terutama anemia aplastika, maka kloramfenikol hanya dipakai untuk infeksi S. typhi dan H. influenzae.
4. Golongan tetrasiklin
Merupakan antibiotika spektrum luas bersifat bakteriostatik untuk kuman Gram positif dan Gram negatif, tetapi indikasi pemakaiannya sudah sangat terbatas oleh karena masalah resistensi, namun demikian antibiotika ini masih merupakan pilihan utama untuk infeksi-infeksi yang disebabkan oleh klamidia, riketsia, dan mikoplasma. Mungkin juga efektif terhadap N. meningitidis, N. gonorhoeae dan H. influenzae., termasuk di sini adalah tetrasiklin, klortetrasiklin, oksitetrasiklin, doksisiklin, minosiklin, metasiklin dan demeklosiklin.
5. Golongan aminoglikosida
Merupakan golongan antibiotika yang bersifat bakterisid dan terutama aktif untuk kuman Gram negatif. Beberapa mungkin aktif terhadap Gram positif. Streptomisin dan kanamisin juga aktif terhadap kuman TBC. Termasuk di sini adalah amikasin, gentamisin, kanamisin, streptomisin, neomisin, metilmisin dan tobramisin, antibiotika ini punya sifat khas toksisitas berupa nefrotoksik, ototoksik dan neurotoksik.
6. Golongan makrolida
Golongan makrolida hampir sama dengan penisilin dalam hal spektrum antikuman, sehingga merupakan alternatif untuk pasien-pasien yang alergi penisilin. Bekerja dengan menghambat sintesis protein kuman. Aktif secara in vitro terhadap kuman-kuman Gram positif, Gram negatif, mikoplasma, klamidia, riketsia dan aktinomisetes. Selain sebagai alternatif penisilin, eritromisin juga merupakan pilihan utama untuk infeksi pneumonia atipik (disebabkan oleh Mycoplasma pneumoniae) dan penyakit Legionnaires (disebabkan Legionella pneumophilla) termasuk dalam golongan makrolida selain eritromisin juga roksitromisin, spiramisin, josamisin, rosaramisin, oleandomisin dan trioleandomisin.
7. Golongan linkosamid.
Termasuk di sini adalah linkomisin dan klindamisin, aktif terhadap kuman Gram positif termasuk stafilokokus yang resisten terhadap penisilin. Juga aktif terhadap kuman anaerob, misalnya bakteroides. Sering dipakai sebagai alternatif penisilin antistafilokokus pada infeksi tulang dan sendi serta infeksi-infeksi abdominal. Sayangnya, pemakaiannya sering diikuti dengan superinfeksi C. difficile, dalam bentuk kolitis pseudomembranosa yang fatal.
8. Golongan polipeptida.
Antibiotika golongan ini meliputi polimiksin A, B, C, D dan E. Merupakan kelompok antibiotika yang terdiri dari rangkaian polipeptida dan secara selektif aktif terhadap kuman Gram negatif, misalnya psedudomonas maupun kuman-kuman koliform yang lain. Toksisitas polimiksin membatasi pemakaiannya, terutama dalam bentuk neurotoksisitas dan nefrotoksisitas. Mungkin dapat berperan lebih penting kembali dengan meningkatnya infeksi pseudomonas dan enterobakteri yang resisten terhadap obat-obat lain.

9. Golongan antimikobakterium
Golongan antibiotika dan kemoterapetika ini aktif terhadap kuman mikobakterium. Termasuk di sini adalah obat-obat anti TBC dan lepra, misalnya rifampisin, streptomisin, INH, dapson, etambutol dan lain-lain.
10. Golongan sulfonamida dan trimetropim
Kepentingan sulfonamida dalam kemoterapi infeksi banyak menurun karena masalah resistensi. Tetapi beberapa mungkin masih aktif terhadap bentuk-bentuk infeksi tertentu misalnya sulfisoksazol untuk infeksi dan infeksi saluran kencing. Kombinasi sulfamektoksazol dan trimetoprim untuk infeksi saluran kencing, salmonelosis, kuman bronkitis, prostatitis. Spektrum kuman mencakup kuman-kuman Gram positif dan Gram negatif.
11. Golongan kuinolon
Merupakan kemoterapetika sintetis yang akhir-akhir ini mulai populer dengan spektrum antikuman yang luas terutama untuk kuman-kuman Gram negatif dan Gram positif, enterobakteriaceae dan pseudomonas. Terutama dipakai untuk infeksi-infeksi nosokomial. Termasuk di sini adalah asam nalidiksat, norfloksasin, ofloksasin, pefloksasin dan lain-lain.
12. Golongan lain-lain
Masih banyak jenis-jenis antibiotika dan kemoterapetika lain yang tidak tercakup dalam kelompok yang disebutkan di atas. Misalnya saja vankomisin, spektinomisin, basitrasin, metronidazol, dan lain-lain. Informasi mengenai pemakaian dan sifat masing-masing dapat dicari dari sumber pustaka baku. Vankomisin terutama aktif untuk Gram positif, terutama untuk S. areus, S. epidermidis, S. pneumoniae. Juga merupakan pilihan untuk infeksi stafilokokus yang resisten terhadap metisilin. Tetapi karena toksisitasnya, maka vankomisin hanya dianjurkan kalau antibiotika lain tidak lagi efektif.

2.3 Penggunaan Antibiotik
Antibiotik hanya efektif digunakan apabila penyebab infeksi adalah bakteri, tapi tidak efektif terhadap virus.  Berikut adalah langkah yang dapat dijadikan panduan dalam pemilihan antibioik :
1. Penegakan diagnosis infeksi, hal ini bisa dikerjakan secara klinis ataupun pemeriksaan-pemeriksaan tambahan lain yang diperlukan, gejala panas sama sekali bukan kriteria untuk diagnosis adanya infeksi.
2. Kemungkinan kuman penyebabnya, dipertimbangkan dengan perkiraan ilmiah berdasarkan pengalaman setempat yang layak dipercaya atau epidemiologi setempat atau dari informasi-informasi ilmiah lain.
3.  Pengkajian apakah antibiotika benar-benar diperlukan, sebagian infeksi mungkin tidak memerlukan terapi antibiotika misalnya infeksi virus saluran pernafasan atas, keracunan makanan karena kontaminasi kuman-kuman enterik.

4.  Jika diperlukan antibiotika, pemilihan antibiotika yang sesuai berdasarkan,
-  Spektrum antikuman,
-  Pola sensitifitas,
-  Sifat farmakokinetika,
-  Ada tidaknya kontra indikasi pada pasien,
-  Ada tidaknya interaksi yang merugikan,
- Bukti akan adanya manfaat klinik dari masing-masing antibiotika untuk infeksi yang bersangkutan berdasarkan informasi ilmiah yang layak dipercaya.
5. Penentuan dosis, cara pemberian, lama pemberian berdasarkan sifat-sifat kinetika masing-masing antibiotika dan fungsi fisiologis sistem tubuh (misalnya fungsi ginjal, fungsi hepar dan lain-lain).
6.  Evaluasi efek obat, apakah obat bermanfaat, kapan dimulai, kapan harus diganti atau dihentikan serta adakah efek samping yang terjadi.

2.4 Resistensi Antibiotik
Resistensi antibiotik merupakan suatu masalah yang besar yang berkembang diseluruh dunia. Kuman-kuman resisten yang muncul akibat penggunaan antibiotika yang berlebihan, akan menimbulkan masalah yang serius dan sulit diatasi. Banyak faktor yang mempengaruhi munculnya kuman resisten terhadap antibiotika, faktor yang paling penting adalah faktor penggunaan antibiotika dan pengendalian infeksi. Ada 5 mekanisme resistensi antibiotik :
1.      Perubahan tempat kerja (target site) obat pada mikroba.
2.      Bakteri menurunkan permeabilitasnya sehingga obat sulit masuk kedalam sel.
3.      Inaktivasi obat oleh bakteri.
4.      Bakteri membentuk jalan pintas untuk menghindari tahap yang dihambat oleh antibiotik.
5.      Meningkatkan produksi enzim yang dihambat oleh antibiotik.

2.5 Efek samping Antibiotika
Dampak negatif pemakaian antibiotika secara sembarangan akan mencakup hal-hal sebagai berikut :
-          Terjadinya resistensi kuman, timbulnya strain-strain kuman yang resisten akan sangat berkaitan dengan banyaknya pemakaian antibiotika dalam suatu unit pelayanan.
-          Terjadinya peningkatan efek samping dan toksisitas antibiotika, yang terjadi secara langsung karena pengaruh antibiotika yang bersangkutan atau karena terjadinya superinfeksi. Misalnya pada pemakaian linkomisin atau vankomisin dapat terjadi superinfeksi dengan kuman Clostridium difficile yang menyebabkan kolitispseudomembranosa.
-          Terjadinya pemborosan biaya misalnya karena pemakaian antibiotika yang berlebihan pada kasus-kasus yang kemungkinan sebenarnya tidak memerlukan antibiotik.
-          Tidak tercapainya manfaat klinik optimal dalam pencegahan maupun pengobatan penyakit infeksi.


Antibiotik merupakan zat yang dihasilkan oleh mikroba yang dapat menghambat pertumbuhan atau membasmi mikroba jenis lain. Adapun prinsip penggunaan antibiotik adalah berdasarkan penyebab infeksi dan faktor pasien (meliputi fungsi ginjal, fungsi hati, riwayat alergi, daya tahan tubuh, terhadap infeksi, daya tahan tubuh terhadap obat, beratnya infeksi, usia, dan hati-hati penggunaan pada wanita hamil dan menyusui).
1.      Peresepan Antibiotik diInstalasi Gawat Darurat (IGD)
Berdasarkan data yang ada, penggunaan antibiotika di Instalasi Gawat Darurat yang paling banyak adalah cefotaksim, ceftriakson, amoksisilin, dan Siprofloksasin .
-          Cefotaksim merupakan golongan antibiotik sefalosporin yang digunakan untuk mengobati infeksi bakteri gram + dan gram -  seperti infeksi saluran nafas bawah, saluran kemih, kulit, saluran pencernaan. Antibiotik ini bekerja dengan cara menghambat sintesis dinding sel mikroba.
-          Ceftriakson merupakan  golongan antibiotik sefalosporin yang digunakan untuk mengobati infeksi bakteri gram + dan gram – yang bekerja dengan cara menghambat sintesis dinding sel mikroba. Efek samping golongan antibiotik ini berupa reaksi alergi dan reaksi anafilaksis dg spasme bronkus dan urtikaria.
-          Amoksisilin merupakan antibiotika golongan penisilin yang digunakan untuk berbagai infeksi bakteri pada tenggorokan, telinga, hidung, kulit/struktur kulit, dan saluran nafas bawah. Penisilin bersifat bakterisid dan bekerja dengan cara menghambat sintesis dinding sel. Obat ini berdifusi dengan baik di jaringan dan cairan tubuh, tapi penetrasi kedalam cairan otak kurang baik kecuali jika selaput otak mengalami infeksi
-          Siprofloksasin merupakan antibiotika golongan kuinolon yang bekerja dengan menghambat DNA gyrase sehingga sintesa DNA bakteri terganggu. Antibiotik ini aktif terhadap bakteri gram positif dan negatif. Siprofloksasin biasanya digunakan terutama untuk infeksi saluran nafas ( bukan pneumonia), saluran kemih, saluran cerna, dan gonore serta septikemia oleh kuman yang sensitif
Dari Data menunjukkan antibiotika golongan sefalosporin, derivat penisilin, dan golongan kuinolon paling banyak diresepkan, yaitu cefotaksim, ceftriakson, amoksisilin, dan Siprofloksasin. Secara theoritik, pemilihan tersebut berindikasi kuat, karena obat yang bersangkutan berspektrum luas, efek samping ringan, reaksi alergi jarang terlaporkan. Untuk pemakaian obat antibiotika dianjurkan untuk tidak menggunakannya dalam pengobatan sendiri karena pemakaian antibiotika yang tidak tepat dengan dosis yang rendah, pemakaian dalam jangka waktu yang lama, yang sudah rusak atau kadaluwarsa menimbulkan terjadinya resistensi atau superinfeksi bahkan timbulnya alergi ataupun syok anafilaksis pada individu tertentu. Antibiotik golongan sefalosporin bekerja dengan cara menghambat sintesis sel mikroba dan aktif terhadap bakteri gram positif dan gram negatif. Farmakologi antibiotik gol. Sefalosporin mirip dengan penisilin, ekskresi terutam melalui ginjal dan dapat dihambat oleh probenesid. Efek samping dari antibiotik golongan sefalosporin adalah reaksi anafilaksis dengan spasme bronkus dan urtikaria dapat terjadi.
Amoksisilin merupakan antibiotik golongan penisilin. Penisilin bersifat bakterisid dan bekerja dengan cara menghambat sintesis dinding sel. Obat ini berdifusi dengan baik di jaringan dan cairan tubuh, tapi penetrasi kedalam cairan otak kurang baik kecuali jika selaput otak mengalami infeksi. Obat ini diekskresi keurin dalam kadar terapeutik. Probenesid menghambat ekskresi penisilin oleh tubulus ginjal sehingga kadar dalam darah lebih tinggi dan masa kerjanya lebih panjang. Efek samping yang ditimbulkan oleh golongan ini adalah urtikaria, dan kadang-kadan reaksi anafilaksis dapat menjadi fatal.
Berdasarkan data yang ada, Penggunaan antibiotik yang paling sedikit digunakan diinstalasi Rawat Darurat adalah Ampisilin, Klindamisin, gentamisin, Kotrimoksazol, dan Sefiksim .
-          Ampisilin merupakan antibiotik golongan penisilin yang aktif terhadap beberapa jenis bakteri gram positif dan negatif , tetapi dirusak oleh penisilinase. Antibiotik ini digunakan untuk infeksi saluran kemih, otitis media, bronkitis kronik, sinusitis, gonore. Sebagian besar bakteri Stafilikokus, 50% E.coli, dan 15% H. Influenzae sudah resisten terhadap ampisilin. Oleh karena itu, kemungkinan resistensi harus dipikirkan sebelum menggunakan ampisilin, sehingga perlu adanya uji kultur.
-          Klindamisin merupakan antibiotik golongan lain yang digunakan pada infeksi stafilokokus pada sendi dan tulang seperti osteomielitis, peritonitis, profilaksis endokarditis. Penggunaan klindamisin terbatas karena efek sampingnya serius yaitu kolitis yang fatal terutama sesudah operasi, oleh karena itu jika terjadi diare segera dihentikan. Klindamisin aktif  terhadap kuman kokus gram positif, obat ini dikonsentrasikan dalam tulang dan diekskresi diurin dan empedu.
-          Gentamisin merupakan antibiotik golongan aminoglikosida yang bersifat bakterisid dan aktif terhadap bakteri gram positif dan negatif. Obat ini digunakan pada septikemia, dan sepsis pada neonatus, meningitis, infeksi pneumonia, pielonefritis, dan prostatitis akut. Spektrum antibakterinya luas, tapi tidak selektif terhadap bakteri anaerob.
-          Kotrimoksazol merupakan antibiotik golongan sulfa yang terdiri dari kombinasi sulfonamida dan trimetoprim. Pada  saat ini penggunaan sulfonamida semakin berkurang dengan banyaknya bakteri yang resisten, dan semakin banyaknya antibiotik yang efektif dan kurang toksik. Trimetoprim digunakan untuk infeksi saluran kemih, bronkitis akut dan kronis.
-          Sefiksim adalah antibiotik golongan sefalosporin yang bekerja dengan cara menghambat sintesis dinding sel mikroba, dan aktif terhadap golongan bakteri gram positif dan negatif. Antibiotik ini digunakan untuk infeksi saluran kemih, faringitis, tonsilitis, bronkitis akut dan kronik, demam tifoid.
2.      Peresepan Antibiotikan diRawat Inap Instalasi Rawat Darurat (IRD)
Berdasarkan data yang ada, penggunaan antibiotika diRawat Inap Instalasi Rawat Darurat yang paling banyak adalah cefotaksim, ceftriakson, ceftazidin, Fosmicin, dan Mikasin.
-          Cefotaksim merupakan golongan antibiotik sefalosporin yang digunakan untuk mengobati infeksi bakteri gram + dan gram -  seperti infeksi saluran nafas bawah, saluran kemih, kulit, saluran pencernaan. Antibiotik ini bekerja dengan cara menghambat sintesis dinding sel mikroba.
-          Ceftriakson merupakan  golongan antibiotik sefalosporin yang digunakan untuk mengobati infeksi bakteri gram + dan gram – yang bekerja dengan cara menghambat sintesis dinding sel mikroba. Efek samping golongan antibiotik ini berupa reaksi alergi dan reaksi anafilaksis dg spasme bronkus dan urtikaria.
-          Ceftazidin merupakan antibiotika golongan sefalosporin yang bekerja pada infeksi bakteri gram + dan gram ­– seperti infeksi saluran kemih, meningitis, pneumonia, pleuritis.  bekerja dengan cara menghambat sintesis dinding sel mikroba. Efek samping golongan antibiotik ini berupa reaksi alergi dan reaksi anafilaksis dg spasme bronkus dan urtikaria.
-          Fosmicin merupakan antibiotika yang digunakan untuk infeksi saluran kemih. Sebaiknya penggunaan antibiotik ini berdasarkan hasil biakan  bakteri (Uji kultur).
-          Mikasin merupakan
Dari Data menunjukkan antibiotika golongan sefalosporin yang paling banyak diresepkan, yaitu cefotaksim, ceftriakson, dan ceftazidin. Secara theoritik, pemilihan tersebut berindikasi kuat, karena obat yang bersangkutan berspektrum luas, efek samping ringan, reaksi alergi jarang terlaporkan. Untuk pemakaian obat antibiotika dianjurkan untuk tidak menggunakannya dalam pengobatan sendiri karena pemakaian antibiotika yang tidak tepat dengan dosis yang rendah, pemakaian dalam jangka waktu yang lama, yang sudah rusak atau kadaluwarsa menimbulkan terjadinya resistensi atau superinfeksi bahkan timbulnya alergi ataupun syok anafilaksis pada individu tertentu. Antibiotik golongan sefalosporin bekerja dengan cara menghambat sintesis sel mikroba dan aktif terhadap bakteri gram positif dan gram negatif. Farmakologi antibiotik gol. Sefalosporin mirip dengan penisilin, ekskresi terutam melalui ginjal dan dapat dihambat oleh probenesid. Efek samping dari antibiotik golongan sefalosporin adalah reaksi anafilaksis dengan spasme bronkus dan urtikaria dapat terjadi.
Berdasarkan data yang ada, Penggunaan antibiotik yang paling sedikit digunakan diRawat Inap Instalasi Rawat Darurat adalah Mikasin, Levofloksasin, gentamisin, dan Siprofloksasin.
-          Mikasin
-          Gentamisin merupakan antibiotik golongan aminoglikosida yang bersifat bakterisid dan aktif terhadap bakteri gram positif dan negatif. Obat ini digunakan pada septikemia, dan sepsis pada neonatus, meningitis, infeksi pneumonia, pielonefritis, dan prostatitis akut. Spektrum antibakterinya luas, tapi tidak selektif terhadap bakteri anaerob.
-          Levofloksasin merupakan antibiotika golongan kuinolon yang bekerja dengan menghambat DNA gyrase sehingga sintesa DNA bakteri terganggu. Antibiotik ini digunakan untuk terapi bronkitis kronik, dan pneumonia.
-          Siprofloksasin merupakan antibiotika golongan kuinolon yang bekerja dengan menghambat DNA gyrase sehingga sintesa DNA bakteri terganggu. Antibiotik ini aktif terhadap bakteri gram positif dan negatif. Siprofloksasin biasanya digunakan terutama untuk infeksi saluran nafas ( bukan pneumonia), saluran kemih, saluran cerna, dan gonore serta septikemia oleh kuman yang sensitif
Dari 5 jenis antibiotik yang paling sedikit digunakan diInstalasi Rawat Darurat dapat diketahui bahwa infeksi yang dapat diobati oleh jenis antibiotik tersebut jarang dijumpai diIRD.
3.      Peresepan Antibiotik Rawat Inap luar Instalasi Rawat Darurat (IRD) (Cendrawasih, Camar, merak, nuri)
Berdasarkan data yang ada, penggunaan antibiotika di Instalasi Gawat Darurat yang paling banyak adalah cefotaksim, ceftriakson, amoksisilin, dan Sefadroksil .
-          Cefotaksim merupakan golongan antibiotik sefalosporin yang digunakan untuk mengobati infeksi bakteri gram + dan gram -  seperti infeksi saluran nafas bawah, saluran kemih, kulit, saluran pencernaan. Antibiotik ini bekerja dengan cara menghambat sintesis dinding sel mikroba.
-          Ceftriakson merupakan  golongan antibiotik sefalosporin yang digunakan untuk mengobati infeksi bakteri gram + dan gram – yang bekerja dengan cara menghambat sintesis dinding sel mikroba. Efek samping golongan antibiotik ini berupa reaksi alergi dan reaksi anafilaksis dg spasme bronkus dan urtikaria.
-          Amoksisilin merupakan antibiotika golongan penisilin yang digunakan untuk berbagai infeksi bakteri pada tenggorokan, telinga, hidung, kulit/struktur kulit, dan saluran nafas bawah. Penisilin bersifat bakterisid dan bekerja dengan cara menghambat sintesis dinding sel. Obat ini berdifusi dengan baik di jaringan dan cairan tubuh, tapi penetrasi kedalam cairan otak kurang baik kecuali jika selaput otak mengalami infeksi.
-          Sefadroksil merupakan Antibiotika golongan sefalosporin yang digunakan untuk infeksi bakteri gram positif dan negatif. Antibiotik ini termasuk antibiotik betalaktam yang bekerja dengan cara menghambat sintesis dinding sel mikroba.
Dari Data menunjukkan antibiotika golongan sefalosporin, derivat penisilin, dan golongan kuinolon paling banyak diresepkan, yaitu cefotaksim, ceftriakson, amoksisilin, dan Siprofloksasin. Secara theoritik, pemilihan tersebut berindikasi kuat, karena obat yang bersangkutan berspektrum luas, efek samping ringan, reaksi alergi jarang terlaporkan. Untuk pemakaian obat antibiotika dianjurkan untuk tidak menggunakannya dalam pengobatan sendiri karena pemakaian antibiotika yang tidak tepat dengan dosis yang rendah, pemakaian dalam jangka waktu yang lama, yang sudah rusak atau kadaluwarsa menimbulkan terjadinya resistensi atau superinfeksi bahkan timbulnya alergi ataupun syok anafilaksis pada individu tertentu. Antibiotik golongan sefalosporin bekerja dengan cara menghambat sintesis sel mikroba dan aktif terhadap bakteri gram positif dan gram negatif. Farmakologi antibiotik gol. Sefalosporin mirip dengan penisilin, ekskresi terutam melalui ginjal dan dapat dihambat oleh probenesid. Efek samping dari antibiotik golongan sefalosporin adalah reaksi anafilaksis dengan spasme bronkus dan urtikaria dapat terjadi.
Amoksisilin merupakan antibiotik golongan penisilin. Penisilin bersifat bakterisid dan bekerja dengan cara menghambat sintesis dinding sel. Obat ini berdifusi dengan baik di jaringan dan cairan tubuh, tapi penetrasi kedalam cairan otak kurang baik kecuali jika selaput otak mengalami infeksi. Obat ini diekskresi keurin dalam kadar terapeutik. Probenesid menghambat ekskresi penisilin oleh tubulus ginjal sehingga kadar dalam darah lebih tinggi dan masa kerjanya lebih panjang. Efek samping yang ditimbulkan oleh golongan ini adalah urtikaria, dan kadang-kadan reaksi anafilaksis dapat menjadi fatal.
Berdasarkan data yang ada, Penggunaan antibiotik yang paling sedikit digunakan diinstalasi Rawat Darurat adalah Siprofloksasin, gentamisin, dan Mikasin.
-          Siprofloksasin merupakan antibiotika golongan kuinolon yang bekerja dengan menghambat DNA gyrase sehingga sintesa DNA bakteri terganggu. Antibiotik ini aktif terhadap bakteri gram positif dan negatif. Siprofloksasin biasanya digunakan terutama untuk infeksi saluran nafas ( bukan pneumonia), saluran kemih, saluran cerna, dan gonore serta septikemia oleh kuman yang sensitif .
-          Gentamisin merupakan antibiotik golongan aminoglikosida yang bersifat bakterisid dan aktif terhadap bakteri gram positif dan negatif. Obat ini digunakan pada septikemia, dan sepsis pada neonatus, meningitis, infeksi pneumonia, pielonefritis, dan prostatitis akut. Spektrum antibakterinya luas, tapi tidak selektif terhadap bakteri anaerob.
-          Mikasin
Dari 5 jenis antibiotik yang paling sedikit digunakan diInstalasi Rawat Darurat dapat diketahui bahwa infeksi yang dapat diobati oleh jenis antibiotik tersebut jarang dijumpai diIRD.

Tidak ada komentar:

Google Ads