Definisi Antibiotik
Antibiotika adalah segolongan senyawa,
baik alami maupun sintetik, yang mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu
proses biokimia di dalam organisme, khususnya dalam proses infeksi oleh bakteri. Penggunaan antibiotika
khususnya berkaitan dengan pengobatan penyakit infeksi, meskipun dalam
bioteknologi dan rekayasa genetika juga digunakan sebagai alat seleksi terhadap
mutan atau transforman.
2.2 Klasifikasi Antibiotika
Secara garis besar jenis-jenis
antibiotika dikelompokkan sebagai berikut :
1.
Golongan penisilin.
Golongan penisilin bersifat
bakterisid dan bekerja dengan mengganggu sintesis dinding sel. Antibiotika
pinisilin mempunyai ciri khas secara kimiawi adanya nukleus asam
amino-penisilinat, yang terdiri dari cincin tiazolidin dan cincin betalaktam.
Spektrum kuman terutama untuk kuman koki Gram positif.
2.
Golongan sefalosporin.
Golongan ini hampir sama dengan
penisilin oleh karena mempunyai cincin beta laktam. Secara umum aktif terhadap
kuman Gram positif dan Gram negatif, tetapi spektrum anti kuman dari
masing-masing antibiotika sangat beragam, terbagi menjadi 3 kelompok, yakni:
-
Generasi pertama yang paling aktif terhadap kuman Gram positif secara in
vitro. Termasuk di sini misalnya sefalotin, sefaleksin, sefazolin,
sefradin. Generasi pertama kurang aktif terhadap kuman Gram negatif.
-
Generasi kedua agak kurang aktif terhadap kuman Gram positif tetapi lebih
aktif terhadap kuman Gram negatif, termasuk di sini misalnya sefamandol dan
sefaklor.
-
Generasi ketiga lebih aktif lagi terhadap kuman Gram negatif, termasuk
Enterobacteriaceae dan kadang-kadang pseudomonas. Termasuk di sini
adalah sefoksitin (termasuk suatu antibiotika sefamisin), sefotaksim dan
moksalatam.
3.
Golongan kloramfenikol
Golongan ini mencakup senyawa
induk kloramfenikol maupun derivat-derivatnya yakni kloramfenikol palmitat,
natrium suksinat dan tiamfenikol. Antibiotika ini aktif terhadap kuman Gram
positif dan Gram negatif maupun ricketsia, klamidia, spirokaeta dan mikoplasma.
Karena toksisitasnya terhadap sumsum tulang, terutama anemia aplastika, maka
kloramfenikol hanya dipakai untuk infeksi S. typhi dan H. influenzae.
4.
Golongan tetrasiklin
Merupakan
antibiotika spektrum luas bersifat bakteriostatik untuk kuman Gram positif dan
Gram negatif, tetapi indikasi pemakaiannya sudah sangat terbatas oleh karena
masalah resistensi, namun demikian antibiotika ini masih merupakan pilihan
utama untuk infeksi-infeksi yang disebabkan oleh klamidia, riketsia, dan
mikoplasma. Mungkin juga efektif terhadap N. meningitidis, N. gonorhoeae dan
H. influenzae., termasuk di sini adalah tetrasiklin, klortetrasiklin,
oksitetrasiklin, doksisiklin, minosiklin, metasiklin dan demeklosiklin.
5.
Golongan aminoglikosida
Merupakan
golongan antibiotika yang
bersifat bakterisid dan terutama aktif untuk kuman Gram negatif. Beberapa
mungkin aktif terhadap Gram positif. Streptomisin dan kanamisin juga aktif
terhadap kuman TBC. Termasuk di sini adalah amikasin, gentamisin, kanamisin,
streptomisin, neomisin, metilmisin dan tobramisin, antibiotika ini punya sifat
khas toksisitas berupa nefrotoksik, ototoksik dan neurotoksik.
6.
Golongan makrolida
Golongan makrolida hampir sama dengan penisilin
dalam hal spektrum antikuman, sehingga merupakan alternatif untuk pasien-pasien
yang alergi penisilin. Bekerja dengan menghambat sintesis protein kuman. Aktif
secara in vitro terhadap kuman-kuman Gram positif, Gram negatif,
mikoplasma, klamidia, riketsia dan aktinomisetes. Selain sebagai alternatif
penisilin, eritromisin juga merupakan pilihan utama untuk infeksi pneumonia
atipik (disebabkan oleh Mycoplasma pneumoniae) dan penyakit Legionnaires
(disebabkan Legionella pneumophilla) termasuk dalam golongan makrolida selain eritromisin juga roksitromisin, spiramisin,
josamisin, rosaramisin, oleandomisin dan trioleandomisin.
7.
Golongan linkosamid.
Termasuk
di sini adalah linkomisin dan klindamisin, aktif terhadap kuman Gram positif
termasuk stafilokokus yang resisten terhadap penisilin. Juga aktif terhadap
kuman anaerob, misalnya bakteroides. Sering dipakai sebagai alternatif
penisilin antistafilokokus pada infeksi tulang dan sendi serta infeksi-infeksi
abdominal. Sayangnya, pemakaiannya sering diikuti dengan superinfeksi C.
difficile, dalam bentuk kolitis pseudomembranosa yang fatal.
8.
Golongan polipeptida.
Antibiotika
golongan ini meliputi polimiksin
A, B, C, D dan E. Merupakan kelompok antibiotika yang terdiri dari rangkaian
polipeptida dan secara selektif aktif terhadap kuman Gram negatif, misalnya
psedudomonas maupun kuman-kuman koliform yang lain. Toksisitas polimiksin
membatasi pemakaiannya, terutama dalam bentuk neurotoksisitas dan
nefrotoksisitas. Mungkin dapat berperan lebih penting kembali dengan
meningkatnya infeksi pseudomonas dan enterobakteri yang resisten terhadap
obat-obat lain.
9.
Golongan antimikobakterium
Golongan antibiotika dan
kemoterapetika ini aktif terhadap kuman mikobakterium. Termasuk di sini adalah
obat-obat anti TBC dan lepra, misalnya rifampisin, streptomisin, INH, dapson,
etambutol dan lain-lain.
10.
Golongan sulfonamida dan
trimetropim
Kepentingan
sulfonamida dalam kemoterapi infeksi banyak menurun karena masalah resistensi.
Tetapi beberapa mungkin masih aktif terhadap bentuk-bentuk infeksi tertentu
misalnya sulfisoksazol untuk infeksi dan infeksi saluran kencing. Kombinasi
sulfamektoksazol dan trimetoprim untuk infeksi saluran kencing, salmonelosis,
kuman bronkitis, prostatitis. Spektrum kuman mencakup kuman-kuman Gram positif
dan Gram negatif.
11.
Golongan kuinolon
Merupakan
kemoterapetika sintetis yang akhir-akhir ini mulai populer dengan spektrum
antikuman yang luas terutama untuk kuman-kuman Gram negatif dan Gram positif,
enterobakteriaceae dan pseudomonas. Terutama dipakai untuk infeksi-infeksi
nosokomial. Termasuk di sini adalah asam nalidiksat, norfloksasin, ofloksasin,
pefloksasin dan lain-lain.
12.
Golongan lain-lain
Masih
banyak jenis-jenis antibiotika dan kemoterapetika lain yang tidak tercakup
dalam kelompok yang disebutkan di atas. Misalnya saja vankomisin,
spektinomisin, basitrasin, metronidazol, dan lain-lain. Informasi mengenai
pemakaian dan sifat masing-masing dapat dicari dari sumber pustaka baku.
Vankomisin terutama aktif untuk Gram positif, terutama untuk S. areus, S.
epidermidis, S. pneumoniae. Juga merupakan pilihan untuk infeksi
stafilokokus yang resisten terhadap metisilin. Tetapi karena toksisitasnya,
maka vankomisin hanya dianjurkan kalau antibiotika lain tidak lagi efektif.
2.3 Penggunaan Antibiotik
Antibiotik
hanya efektif digunakan apabila penyebab infeksi adalah bakteri, tapi tidak
efektif terhadap virus. Berikut adalah langkah yang dapat dijadikan
panduan dalam pemilihan antibioik :
1. Penegakan diagnosis infeksi, hal ini
bisa dikerjakan secara klinis ataupun pemeriksaan-pemeriksaan tambahan lain
yang diperlukan, gejala panas sama sekali bukan kriteria untuk diagnosis adanya
infeksi.
2. Kemungkinan kuman penyebabnya,
dipertimbangkan dengan perkiraan ilmiah berdasarkan pengalaman setempat yang
layak dipercaya atau epidemiologi setempat atau dari informasi-informasi ilmiah
lain.
3.
Pengkajian apakah antibiotika benar-benar diperlukan, sebagian infeksi
mungkin tidak memerlukan terapi antibiotika misalnya infeksi virus saluran
pernafasan atas, keracunan makanan karena kontaminasi kuman-kuman enterik.
4. Jika diperlukan antibiotika, pemilihan
antibiotika yang sesuai berdasarkan,
- Spektrum antikuman,
- Pola sensitifitas,
- Sifat farmakokinetika,
- Ada tidaknya kontra indikasi pada pasien,
- Ada tidaknya interaksi yang merugikan,
- Bukti akan adanya manfaat klinik dari
masing-masing antibiotika untuk infeksi yang bersangkutan berdasarkan informasi
ilmiah yang layak dipercaya.
5. Penentuan dosis, cara pemberian, lama
pemberian berdasarkan sifat-sifat kinetika masing-masing antibiotika dan fungsi
fisiologis sistem tubuh (misalnya fungsi ginjal, fungsi hepar dan lain-lain).
6.
Evaluasi efek obat, apakah obat bermanfaat, kapan dimulai, kapan harus
diganti atau dihentikan serta adakah efek samping yang terjadi.
2.4 Resistensi Antibiotik
Resistensi antibiotik merupakan suatu
masalah yang besar yang berkembang diseluruh dunia. Kuman-kuman resisten yang
muncul akibat penggunaan antibiotika yang berlebihan, akan menimbulkan masalah
yang serius dan sulit diatasi. Banyak faktor yang mempengaruhi munculnya kuman
resisten terhadap antibiotika, faktor yang paling penting adalah faktor
penggunaan antibiotika dan pengendalian infeksi. Ada 5 mekanisme resistensi
antibiotik :
1.
Perubahan tempat kerja (target site) obat pada mikroba.
2.
Bakteri menurunkan
permeabilitasnya sehingga obat sulit masuk kedalam sel.
3.
Inaktivasi obat oleh bakteri.
4.
Bakteri membentuk jalan pintas
untuk menghindari tahap yang dihambat oleh antibiotik.
5.
Meningkatkan produksi enzim
yang dihambat oleh antibiotik.
2.5 Efek samping Antibiotika
Dampak
negatif pemakaian antibiotika secara sembarangan akan mencakup hal-hal sebagai
berikut :
-
Terjadinya resistensi kuman, timbulnya strain-strain kuman yang
resisten akan sangat berkaitan dengan banyaknya pemakaian antibiotika dalam
suatu unit pelayanan.
-
Terjadinya peningkatan efek samping dan toksisitas antibiotika, yang
terjadi secara langsung karena pengaruh antibiotika yang bersangkutan atau
karena terjadinya superinfeksi. Misalnya pada pemakaian linkomisin atau
vankomisin dapat terjadi superinfeksi dengan kuman Clostridium difficile yang
menyebabkan kolitispseudomembranosa.
-
Terjadinya pemborosan biaya misalnya karena pemakaian antibiotika yang
berlebihan pada kasus-kasus yang kemungkinan sebenarnya tidak memerlukan antibiotik.
-
Tidak tercapainya manfaat klinik optimal dalam pencegahan maupun
pengobatan penyakit infeksi.
Antibiotik merupakan
zat yang dihasilkan oleh mikroba yang dapat menghambat pertumbuhan atau
membasmi mikroba jenis lain. Adapun prinsip penggunaan antibiotik adalah
berdasarkan penyebab infeksi dan faktor pasien (meliputi fungsi ginjal, fungsi
hati, riwayat alergi, daya tahan tubuh, terhadap infeksi, daya tahan tubuh
terhadap obat, beratnya infeksi, usia, dan hati-hati penggunaan pada wanita
hamil dan menyusui).
1.
Peresepan Antibiotik diInstalasi Gawat Darurat (IGD)
Berdasarkan
data yang ada, penggunaan antibiotika di Instalasi Gawat Darurat yang paling
banyak adalah cefotaksim, ceftriakson, amoksisilin, dan Siprofloksasin .
-
Cefotaksim merupakan golongan antibiotik sefalosporin yang
digunakan untuk mengobati infeksi bakteri gram + dan gram - seperti infeksi saluran nafas bawah, saluran
kemih, kulit, saluran pencernaan. Antibiotik ini bekerja dengan cara menghambat
sintesis dinding sel mikroba.
-
Ceftriakson merupakan
golongan antibiotik sefalosporin yang digunakan untuk mengobati infeksi
bakteri gram + dan gram – yang bekerja dengan cara menghambat sintesis dinding
sel mikroba. Efek samping golongan antibiotik ini berupa reaksi alergi dan reaksi
anafilaksis dg spasme bronkus dan urtikaria.
-
Amoksisilin merupakan antibiotika golongan penisilin yang
digunakan untuk berbagai infeksi bakteri pada tenggorokan, telinga, hidung,
kulit/struktur kulit, dan saluran nafas bawah. Penisilin bersifat bakterisid dan
bekerja dengan cara menghambat sintesis dinding sel. Obat ini berdifusi dengan
baik di jaringan dan cairan tubuh, tapi penetrasi kedalam cairan otak kurang
baik kecuali jika selaput otak mengalami infeksi
-
Siprofloksasin merupakan antibiotika golongan kuinolon
yang bekerja dengan menghambat DNA gyrase sehingga sintesa DNA bakteri
terganggu. Antibiotik ini aktif terhadap bakteri gram positif dan negatif.
Siprofloksasin biasanya digunakan terutama untuk infeksi saluran nafas ( bukan
pneumonia), saluran kemih, saluran cerna, dan gonore serta septikemia oleh
kuman yang sensitif
Dari Data menunjukkan antibiotika golongan sefalosporin, derivat
penisilin, dan golongan kuinolon paling banyak diresepkan, yaitu cefotaksim,
ceftriakson, amoksisilin, dan Siprofloksasin. Secara theoritik, pemilihan
tersebut berindikasi kuat, karena obat yang bersangkutan berspektrum luas, efek
samping ringan, reaksi alergi jarang terlaporkan. Untuk
pemakaian obat antibiotika dianjurkan untuk tidak menggunakannya dalam
pengobatan sendiri karena pemakaian antibiotika yang tidak tepat dengan dosis
yang rendah, pemakaian dalam jangka waktu yang lama, yang sudah rusak atau
kadaluwarsa menimbulkan terjadinya resistensi atau superinfeksi bahkan
timbulnya alergi ataupun syok anafilaksis pada individu tertentu. Antibiotik
golongan sefalosporin bekerja dengan cara menghambat sintesis sel mikroba dan
aktif terhadap bakteri gram positif dan gram negatif. Farmakologi antibiotik
gol. Sefalosporin mirip dengan penisilin, ekskresi terutam melalui ginjal dan
dapat dihambat oleh probenesid. Efek samping dari antibiotik golongan
sefalosporin adalah reaksi anafilaksis dengan spasme bronkus dan urtikaria
dapat terjadi.
Amoksisilin
merupakan antibiotik golongan penisilin. Penisilin bersifat bakterisid dan
bekerja dengan cara menghambat sintesis dinding sel. Obat ini berdifusi dengan
baik di jaringan dan cairan tubuh, tapi penetrasi kedalam cairan otak kurang
baik kecuali jika selaput otak mengalami infeksi. Obat ini diekskresi keurin
dalam kadar terapeutik. Probenesid menghambat ekskresi penisilin oleh tubulus
ginjal sehingga kadar dalam darah lebih tinggi dan masa kerjanya lebih panjang.
Efek samping yang ditimbulkan oleh golongan ini adalah urtikaria, dan
kadang-kadan reaksi anafilaksis dapat menjadi fatal.
Berdasarkan
data yang ada, Penggunaan antibiotik yang paling sedikit digunakan diinstalasi
Rawat Darurat adalah Ampisilin, Klindamisin, gentamisin, Kotrimoksazol, dan
Sefiksim .
-
Ampisilin merupakan antibiotik golongan penisilin yang aktif terhadap
beberapa jenis bakteri gram positif dan negatif , tetapi dirusak oleh
penisilinase. Antibiotik ini digunakan untuk infeksi saluran kemih, otitis
media, bronkitis kronik, sinusitis, gonore. Sebagian besar bakteri
Stafilikokus, 50% E.coli, dan 15% H. Influenzae sudah resisten terhadap
ampisilin. Oleh karena itu, kemungkinan resistensi harus dipikirkan sebelum
menggunakan ampisilin, sehingga perlu adanya uji kultur.
-
Klindamisin merupakan antibiotik golongan lain yang digunakan pada
infeksi stafilokokus pada sendi dan tulang seperti osteomielitis, peritonitis,
profilaksis endokarditis. Penggunaan klindamisin terbatas karena efek
sampingnya serius yaitu kolitis yang fatal terutama sesudah operasi, oleh
karena itu jika terjadi diare segera dihentikan. Klindamisin aktif terhadap kuman kokus gram positif, obat ini
dikonsentrasikan dalam tulang dan diekskresi diurin dan empedu.
-
Gentamisin merupakan antibiotik golongan aminoglikosida yang bersifat
bakterisid dan aktif terhadap bakteri gram positif dan negatif. Obat ini digunakan
pada septikemia, dan sepsis pada neonatus, meningitis, infeksi pneumonia,
pielonefritis, dan prostatitis akut. Spektrum antibakterinya luas, tapi tidak
selektif terhadap bakteri anaerob.
-
Kotrimoksazol merupakan antibiotik golongan sulfa yang terdiri dari
kombinasi sulfonamida dan trimetoprim. Pada
saat ini penggunaan sulfonamida semakin berkurang dengan banyaknya
bakteri yang resisten, dan semakin banyaknya antibiotik yang efektif dan kurang
toksik. Trimetoprim digunakan untuk infeksi saluran kemih, bronkitis akut dan
kronis.
-
Sefiksim adalah antibiotik golongan sefalosporin yang bekerja dengan
cara menghambat sintesis dinding sel mikroba, dan aktif terhadap golongan
bakteri gram positif dan negatif. Antibiotik ini digunakan untuk infeksi
saluran kemih, faringitis, tonsilitis, bronkitis akut dan kronik, demam tifoid.
2.
Peresepan Antibiotikan diRawat Inap Instalasi Rawat Darurat (IRD)
Berdasarkan data yang ada, penggunaan antibiotika diRawat Inap
Instalasi Rawat Darurat yang paling banyak adalah cefotaksim, ceftriakson,
ceftazidin, Fosmicin, dan Mikasin.
-
Cefotaksim merupakan golongan antibiotik sefalosporin yang
digunakan untuk mengobati infeksi bakteri gram + dan gram - seperti infeksi saluran nafas bawah, saluran
kemih, kulit, saluran pencernaan. Antibiotik ini bekerja dengan cara menghambat
sintesis dinding sel mikroba.
-
Ceftriakson merupakan
golongan antibiotik sefalosporin yang digunakan untuk mengobati infeksi
bakteri gram + dan gram – yang bekerja dengan cara menghambat sintesis dinding
sel mikroba. Efek samping golongan antibiotik ini berupa reaksi alergi dan
reaksi anafilaksis dg spasme bronkus dan urtikaria.
-
Ceftazidin merupakan antibiotika golongan sefalosporin
yang bekerja pada infeksi bakteri gram + dan gram – seperti infeksi saluran
kemih, meningitis, pneumonia, pleuritis.
bekerja dengan cara menghambat sintesis dinding sel mikroba. Efek
samping golongan antibiotik ini berupa reaksi alergi dan reaksi anafilaksis dg
spasme bronkus dan urtikaria.
-
Fosmicin merupakan antibiotika yang digunakan untuk
infeksi saluran kemih. Sebaiknya penggunaan antibiotik ini berdasarkan hasil
biakan bakteri (Uji kultur).
-
Mikasin merupakan
Dari Data menunjukkan antibiotika golongan sefalosporin yang
paling banyak diresepkan, yaitu cefotaksim, ceftriakson, dan ceftazidin. Secara
theoritik, pemilihan tersebut berindikasi kuat, karena obat yang bersangkutan
berspektrum luas, efek samping ringan, reaksi alergi jarang terlaporkan. Untuk
pemakaian obat antibiotika dianjurkan untuk tidak menggunakannya dalam
pengobatan sendiri karena pemakaian antibiotika yang tidak tepat dengan dosis
yang rendah, pemakaian dalam jangka waktu yang lama, yang sudah rusak atau
kadaluwarsa menimbulkan terjadinya resistensi atau superinfeksi bahkan
timbulnya alergi ataupun syok anafilaksis pada individu tertentu. Antibiotik
golongan sefalosporin bekerja dengan cara menghambat sintesis sel mikroba dan
aktif terhadap bakteri gram positif dan gram negatif. Farmakologi antibiotik
gol. Sefalosporin mirip dengan penisilin, ekskresi terutam melalui ginjal dan
dapat dihambat oleh probenesid. Efek samping dari antibiotik golongan
sefalosporin adalah reaksi anafilaksis dengan spasme bronkus dan urtikaria
dapat terjadi.
Berdasarkan
data yang ada, Penggunaan antibiotik yang paling sedikit digunakan diRawat Inap
Instalasi Rawat Darurat adalah Mikasin, Levofloksasin, gentamisin, dan
Siprofloksasin.
-
Mikasin
-
Gentamisin merupakan antibiotik golongan aminoglikosida yang bersifat
bakterisid dan aktif terhadap bakteri gram positif dan negatif. Obat ini
digunakan pada septikemia, dan sepsis pada neonatus, meningitis, infeksi
pneumonia, pielonefritis, dan prostatitis akut. Spektrum antibakterinya luas,
tapi tidak selektif terhadap bakteri anaerob.
-
Levofloksasin merupakan antibiotika golongan kuinolon yang bekerja dengan
menghambat DNA gyrase sehingga sintesa DNA bakteri terganggu. Antibiotik ini
digunakan untuk terapi bronkitis kronik, dan pneumonia.
-
Siprofloksasin merupakan antibiotika golongan kuinolon
yang bekerja dengan menghambat DNA gyrase sehingga sintesa DNA bakteri
terganggu. Antibiotik ini aktif terhadap bakteri gram positif dan negatif.
Siprofloksasin biasanya digunakan terutama untuk infeksi saluran nafas ( bukan
pneumonia), saluran kemih, saluran cerna, dan gonore serta septikemia oleh
kuman yang sensitif
Dari 5 jenis antibiotik yang
paling sedikit digunakan diInstalasi Rawat Darurat dapat diketahui bahwa
infeksi yang dapat diobati oleh jenis antibiotik tersebut jarang dijumpai
diIRD.
3.
Peresepan Antibiotik Rawat Inap luar Instalasi Rawat
Darurat (IRD) (Cendrawasih, Camar, merak, nuri)
Berdasarkan data yang ada, penggunaan antibiotika di Instalasi
Gawat Darurat yang paling banyak adalah cefotaksim, ceftriakson, amoksisilin,
dan Sefadroksil .
-
Cefotaksim merupakan golongan antibiotik sefalosporin yang
digunakan untuk mengobati infeksi bakteri gram + dan gram - seperti infeksi saluran nafas bawah, saluran
kemih, kulit, saluran pencernaan. Antibiotik ini bekerja dengan cara menghambat
sintesis dinding sel mikroba.
-
Ceftriakson merupakan
golongan antibiotik sefalosporin yang digunakan untuk mengobati infeksi
bakteri gram + dan gram – yang bekerja dengan cara menghambat sintesis dinding
sel mikroba. Efek samping golongan antibiotik ini berupa reaksi alergi dan
reaksi anafilaksis dg spasme bronkus dan urtikaria.
-
Amoksisilin merupakan antibiotika golongan penisilin yang
digunakan untuk berbagai infeksi bakteri pada tenggorokan, telinga, hidung,
kulit/struktur kulit, dan saluran nafas bawah. Penisilin bersifat bakterisid dan
bekerja dengan cara menghambat sintesis dinding sel. Obat ini berdifusi dengan
baik di jaringan dan cairan tubuh, tapi penetrasi kedalam cairan otak kurang
baik kecuali jika selaput otak mengalami infeksi.
-
Sefadroksil merupakan Antibiotika golongan sefalosporin yang digunakan
untuk infeksi bakteri gram positif dan negatif. Antibiotik ini termasuk
antibiotik betalaktam yang bekerja dengan cara menghambat sintesis dinding sel
mikroba.
Dari Data menunjukkan antibiotika golongan sefalosporin, derivat
penisilin, dan golongan kuinolon paling banyak diresepkan, yaitu cefotaksim,
ceftriakson, amoksisilin, dan Siprofloksasin. Secara theoritik, pemilihan
tersebut berindikasi kuat, karena obat yang bersangkutan berspektrum luas, efek
samping ringan, reaksi alergi jarang terlaporkan. Untuk
pemakaian obat antibiotika dianjurkan untuk tidak menggunakannya dalam
pengobatan sendiri karena pemakaian antibiotika yang tidak tepat dengan dosis
yang rendah, pemakaian dalam jangka waktu yang lama, yang sudah rusak atau
kadaluwarsa menimbulkan terjadinya resistensi atau superinfeksi bahkan
timbulnya alergi ataupun syok anafilaksis pada individu tertentu. Antibiotik
golongan sefalosporin bekerja dengan cara menghambat sintesis sel mikroba dan
aktif terhadap bakteri gram positif dan gram negatif. Farmakologi antibiotik
gol. Sefalosporin mirip dengan penisilin, ekskresi terutam melalui ginjal dan
dapat dihambat oleh probenesid. Efek samping dari antibiotik golongan
sefalosporin adalah reaksi anafilaksis dengan spasme bronkus dan urtikaria
dapat terjadi.
Amoksisilin
merupakan antibiotik golongan penisilin. Penisilin bersifat bakterisid dan
bekerja dengan cara menghambat sintesis dinding sel. Obat ini berdifusi dengan
baik di jaringan dan cairan tubuh, tapi penetrasi kedalam cairan otak kurang
baik kecuali jika selaput otak mengalami infeksi. Obat ini diekskresi keurin
dalam kadar terapeutik. Probenesid menghambat ekskresi penisilin oleh tubulus
ginjal sehingga kadar dalam darah lebih tinggi dan masa kerjanya lebih panjang.
Efek samping yang ditimbulkan oleh golongan ini adalah urtikaria, dan
kadang-kadan reaksi anafilaksis dapat menjadi fatal.
Berdasarkan
data yang ada, Penggunaan antibiotik yang paling sedikit digunakan diinstalasi
Rawat Darurat adalah Siprofloksasin, gentamisin, dan Mikasin.
-
Siprofloksasin merupakan antibiotika golongan kuinolon
yang bekerja dengan menghambat DNA gyrase sehingga sintesa DNA bakteri
terganggu. Antibiotik ini aktif terhadap bakteri gram positif dan negatif.
Siprofloksasin biasanya digunakan terutama untuk infeksi saluran nafas ( bukan
pneumonia), saluran kemih, saluran cerna, dan gonore serta septikemia oleh
kuman yang sensitif .
-
Gentamisin merupakan antibiotik golongan aminoglikosida yang bersifat
bakterisid dan aktif terhadap bakteri gram positif dan negatif. Obat ini
digunakan pada septikemia, dan sepsis pada neonatus, meningitis, infeksi
pneumonia, pielonefritis, dan prostatitis akut. Spektrum antibakterinya luas,
tapi tidak selektif terhadap bakteri anaerob.
-
Mikasin
Dari 5 jenis antibiotik yang
paling sedikit digunakan diInstalasi Rawat Darurat dapat diketahui bahwa
infeksi yang dapat diobati oleh jenis antibiotik tersebut jarang dijumpai
diIRD.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar