Golongan darah ciri khusus darah dari suatu individu karena adanya
perbedaan jenis karbohidrat dan protein
pada permukaan membran sel darah merah. Dua jenis penggolongan darah
yang paling penting adalah penggolongan ABO dan Rhesus.
Jenis penggolongan darah yang cukup dikenal adalah
dengan memanfaatkan faktor Rhesus yang diketahui memiliki faktor ini pada tahun
1940 oleh Karl Landsteir. Rhesus sendiri adalah protein (antigen) yang terdapat
pada permukaan sel darah merah. Rhesus merupakan penggolongan atas ada atau
tidak adanya antigen D. antigen D pertama dijumpai pada sejenis kera yang di
sebut kera Rhesus pada tahun 1937, dari kera inilah istilah Rhesus diambil.
Seseorang yang tidak memiliki faktor Rh di permukaan sel
darah merahnya memiliki golongan darah Rh-. Mereka yang memiliki faktor Rh pada
permukaan sel darah merahnya disebut memiliki golongan darah Rh+. Jenis
Penggolongan ini sering digabungkan dengan penggolongan ABO.
Orang-orang dengan Rh- mempunyai sejumlah kesulitan
karena diseluruh dunia ini, memang orang dengan Rh- relatif lebih sedikit
jumlahnya. Pada orang kulit putih, Rh- hanya sekitar 15%, pada orang kulit
hitam sekitar 8%, dan pada orang asia bahkan hampir seluruhnya merupakan orang
dengan Rh+.
Di Indonesia, kasus kehamilan dengan Rh- ternyata cukup
banyak di jumpai. Umumnya dijumpai pada orang-orang asing atau orang yang
mempunyai garis keturunan asing seperti Eropa dan Arab, walaupun tidak
langsung. Ada juga orang yang tidak mempunyai riwayat keturunan asing, namun
jumlahnya sedikit.
Kecocokan faktor
Rhesus amat penting karena ketidakcocokan golongan. Misalnya donor darah dengan
Rh+ sedangkan resepiennya Rh- dapat menyebabkan produksi antibodi terhadap
antigen Rh (D) yang menyebabkan hemolisis. Hal ini terutama terjadi pada
perempuan yang pada atau dibawah usia melahirkan karena faktor Rh dapat
mempengaruhi janin pada saat hehamilan.
Mengapa dalam
kehamilan faktor Rhesus sangat penting?
Ada atau tidaknya antigen D dalam darah seseorang sangat
berpengaruh pada kehamilan. Bila seseorang wanita dengan Rh- mengandung bayi
dari pasangan yang mempunyai Rh+ , maka ada kemungkinan sang bayi mewakili rhesus
sang ayah yang positif, dengan demikian akan menjadi kehamilan Rh- dengan bayi
Rh+. Hal ini disebut kehamilan dengan ketidakcocokan rhesus.
Efek
ketidakcocokkan ini bisa mengakibatkan kerusakan besar-besaran pada sel darah
merah bayi yang disebut erytroblastosis foetalis dan hemolisis. Selain itu
kerusakan sel darah merah bisa juga memicu kernikterus (kerusakan otak) dan
jaundice (bayi kuning), gagal jantung dan anemia dalam kandungan maupun setelah
lahir.
Dalam transfusi
darah dari golongan yang tidak kompetibel dapat menyebabkan reaksi transfusi
imunologis yang berakibat anemia hemolis, gagal ginjal, syok, dan kematian.
Hemolis adalah penguraian sel darah merah dimana hemoglobin akan terpisah dari
eritrosit.
Pemilik Rh- tidak
boleh ditransfusi dengan darah Rh+. Jika dua jenis golongan darah ini saling
bertemu, dipastikan akan terjadi perang. Sistem pertahanan tubuh resipien
(penerima donor) akan menganggap rhesus
dari donor itu sebagai benda asing yang perlu dilawan seperti virus atau
bakteri. Sebagai bentuk perlawanan, tubuh reseptor akan membentuk antirhesus.
Saat transfusi
pertama, kadar antirhesus masih belum cukup tinggi sehingga relatif tak
menimbulkan masalah serius, tapi pada transfusi ke dua, akbat nya bisa fatal.
Saat transfusi kedua, antirhesus mencapai kada yang cukup tinggi. Antirhesus
ini akan menyerang dan memecah sel-sel darah merahdari donor. Kondii ini bukan
hanya menyebabkan tujuan transfusi darah tidak tercapai, tapi juga malah
memperparah kondisi si reseptor sendiri. Ginjalnya harus bekerja keras
mengeluarkan sisa pemecahan sel-sel darah merah itu.
Itu sebabnya,
pemilik rhesus negatif tidak boleh menerima donor darah rhesus positif
sekalipun berdasarkan sistem ABO golongannya sama. Aturan ini tetap berlaku
meskipun pendonoradalah keluarga dekat atau bahkan darah dagingnya sendiri.
Tapi aturan ini hanya berlaku satu arah. Pemilik rhesus positif bisa menerima
donor, baik dari sesama rhesus posiif, maupun dari rhesus negatif. Hal ini
karena darah rhesus negatif tidak mengandung benda asing yang dapat disangka
sebagai musuh yang dapat memacu timbulnya antirhesus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar