PENGERTIAN
Pengobatan suportif pada pasien kanker merupakan
hal yang amat penting, sehingga tidak jarang lebih penting daripada pengobatan
pembedahan, radiasi maupun kemoterapi karena pengobatan suportif ini justru
sering berkaitan dengan usaha untuk mengatasi masalah-masalah yang dapat
mengancam jiwa. Pengobatan suportif ini tidak hanya diperlukan pada pasien
kanker yang menjalani pengobatan kuratif tetapi juga pada pengobatan paliatif.
Pengobatan suportif ini meliputi:
1. Masalah
nutrisi dan gangguan saluran cerna
2.
Penanganan nyeri
3.
Penanganan infeksi
4. Masalah
efek samping sitostatika terutama efek mielosupresi
DIAGNOSIS
Masalah Nutrisi
·
Anamnesis:
penurunan berat badan yang cepat
·
Antropometri:
tebal lemak kulit (M. dehoideus lengan atas), indeks masa tubuh (di bawah 1,5
menunjukkan katabolisme berlebihan), penilaian terhadap masa otot.
·
Laboratorium:
-
Hitung
limfosit (bila menurun berat ada gangguan respons imun),
-
Kadar
albumin dan prealbumin (albumin < 3 g/dl dan prealbumin < 1,2 g/dl
menunjukkan malnutrisi),
-
Kadar
urea nitrogen urin (> 24 g/24 jam menunjukkan katabolisme protein
berlebihan), kadar feritin darah
Penanganan Nyeri
·
Anamnesis: waktu timbul nyeri, lokasinya,
intensitasnya dan faktor yang menambah atau mengurangi nyeri.
·
Anamnesis yang teliti dapat diketahui jenis
nyeri pada pasien, apakah nyeri viseral, somatik atau neuropatik.
·
Dari anamnesis dapat juga diketahui tingkatan
nyeri, menggunakan alat bantu VAS (visual analog scale) yaitu skala dari nol
sampai sepuluh (nol menunjukkan tidak ada nyeri sama sekali, sepuluh
menunjukkan nyeri yang paling hebat). Angka yang ditunjuk pasien kemudian dapat
dibagi menjadi empat kelompok:
- Angka 0 menyatakan tidak ada nyeri
- Angka 1-3 menyatakan nyeri ringan
- Angka 4-6 menyatakan nyeri sedang
- Angka 7-10 menyatakan nyeri berat
Hal yang paling menentukan
untuk memulai pengobatan adalah jenis tingkatan nyeri.
Penanganan infeksi maslaah efek samping
samping sitostatika
1. Penekanan sumsum tulang (infeksi
neutropenia, trombositopenia, leukopenia, anemia).
2. Mual
dan muntah
3. Toksisitas jantung (kardiomiopati,
perimiokarditis)
4. Toksisitas ginjal (nekrosis tubular ginjal)
5. Ekstravasasi
6. Sindrom lisis tumor
DIAGNOSIS BANDING
-
PEMERIKSAAN PENUNJANG
·
Masalah Nutrisi
-
Antropometri: tebal lemak kulit, indeks masa tubuh dan
masa otot
-
Laboratorium: Hitung limfosit, albumin dan prealbumin
darah, urea nitrogen urin, feritin darah
·
Penanganan Nyeri
-
Pemeriksaan radiologi: foto, ultrasonografi, bone scan,
CTscan, MRI untuk mengetahui jenis nyeri dan lokasinya
·
Penanganan Infeksi
-
Laboratorium darah perifer lengkap dengan hitung jenis,
kultur darah, kultur urin, kultur sputum, swab tenggorok untuk mencari fokus
infeksi, pemeriksaan terhadap koloni jamur Pemeriksaan radiologi foto dada
·
Masalah Efek Samping Sitostatika
-
Pemeriksaan fisik: luas permukaan tubuh, tingkat
kemampuan berperan, mencari sumber infeksi
-
Pemeriksaan laboratorium darah perifer lengkap dengan
hitung jenis, fungsi ginjal, urinalisis, asam urat darah, fungsi hati, kultur
pada tempat-tempat tertentu secara berkala
-
Pemeriksaan radiologi
-
Pemeriksaan ekokardiografi
TERAPI
Masalah Nutrisi
·
Indikasi terapi:
1. Pasien tidak mampu mengkonsumsi 1000
kalori per hari
2. Bila terjadi penurunan berat badan >
10% BB sebelum sakit
3. Kadar albumin serum < 3,5 gr/dl
4. Terdapat tanda-tanda penurunan daya lahan
tubuh
·
Perhitungan kebutuhan kalori:
Rumus perhitungan kebutuhan kalori=
Kalori basal + aktivitas
sehari-hari + keadaan hiperkatabolik
Kalori basal laki-laki: 27-30
kalori/kgBB ideal/hari
Kalori basal perempuan: 23-26
kalori/kgBB ideal/hari
Perhitungan kebutuhan protein :
Protein yg dibutuhkan adalah 0,6-0,8 g/kgBB
ideal/hari .
Untuk mengganti kehilangan nitrogen tubuh
diperlukan tambahan 0,5 g/kgBB ideal/hari
·
Cara pemberian:
1. Enteral
melalui saluran cerna peroral, lewat
selang nasogastric jejunostomi, gastrostomi.
2. Parenteral
Bila melalui enteral tidak bisa atau pasien tidak mau dilakukan
gastrostomi/jejunostomi.
Sebaiknya melalui vena sentral karena dapat diberikan cairan dengan
osmolalitas tinggi dan dalam waktu lama (6 bulan-1 tahun). Hati-hati terhadap
bahaya infeksi dan trombosis
Penanganan Nyeri
Pengobatan
medikamentosa/ farmakologi
·
Nyeri ringan dimulai dengan asetaminofen atau
OAINS, kemudian dievaluasi dalam 24-72 jam, bila masih nyeri ditambahkan
amitriptilin 3x25 mg atau ditambahkan opioid ringan kodein sampai dengan 6x30
mg/ hari.
·
Nyeri sedang dimulai dengan opioid ringan
kemudian dievaluasi dalam 24 jam, bila masih nyeri diganti dengan opioid kuat,
yang biasa dipakai adalah morfin. Pemberian
morfin dimulai dengan intravena, dosis dititrasi sampai dengan bebas nyeri.
·
Nyeri
berat-diberikan morfin intravena sejak awal dan dievaluasi sampai hitungan jam
sampai nyeri terkendali baik. Setelah didapat dosis optimal maka pemberian
morfin intravena diganti morfin oral masa kerja pendek 4-6 jam dengan
perbandingan 1:3, artinya jika dosis injeksi 20 mg/24 jam maka dosis oral sebanyak
3 x 20 mg/ 24 jam (60 mg), diberikan 6x10 mg atau 4x15 mg/ hari. Bila
setelahnya nyeri terkendali baik maka diganti morfin oral kerja lama dg dosis 2
x 30 mg/ hari. Bila nyeri belum terkendali, morfin dinaikkan dosisnya menjadi
dua kali lipat dan dievaluasi lebih lanjut serta berpedoman pada VAS.
·
Obat
adjuvan diberikan sesuai pengkajian, bila penyebabnya neuropatik maka selain
obat-obat tersebut ditambahkan CABA (gabapentin), bila nyeri somatic akibat
metastasis tulang sedikit dapat ditambahkan Gains dan bifosfonat, bila
metastsis luas dan multiple maka pilihan utamanya adalah radioterapi dan dapat
ditambahkan bifosfonat.
Pengobatan Non Medikamentosa:
1.
Penanganan psikiatris
2. Operasi
bedah saraf
3. Blok
anestes
4.
Rehabilitasi medik
Penanganan Infeksi
·
Infeksi oleh bakteri gram negatif
-
Kombinasi antibiotik beta laktam dengan aminoglikosida
-
Monoterapi dengan ccflazidim, sefepim, imipenem,
meropenem
·
Infeksi oleh bakteri gram positif
Karena Staphylococcus epidermidis sering
resisten pada berbagai macam antibiotika, diberikan vankomisin dan teikoplanin
·
Infeksi jamur
Pemberian amfolerisin B dianjurkan pada pasien neutropenia dengan demam
berkepanjangan setelah pemberian antibiotika spectrum luas untuk beberapa hari
tanpa adanya bacteremia.
·
Infeksi virus
Dapat terjadi pada pasien neutropenia tanpa imoosupresi, sehingga
beberapa pusat menganjurkan pemberian asiklovir sejak awal pada pasien yang
diperkirakan akan mengalami neutropenia berat untuk waktu yang lama.
Masalah Efek Samping Sitoslatika
1. Penekanan
sumsum tulang
·
Pemilihan
dan penjadwalan obat sitostatika yang tepat
·
Pencegahan
infeksi pada pasien neutropenia berupa dekontaminasi saluran cema, kulit dan
rambut bila akan mandapat kemoterapi agresif
·
Pengobatan
infeksi, bila hasil kultur belum ada, diberikan pengobatan empirikal yangdapat
menjangkau gram positif dan negatif, anti jamur, bila perlu antivirus
·
G-CSF
saat ini dapat diberikan pada keadaan granulositopenia, terutama yang mendapat
kemoterapi agresif
2. Mual
dan muntah
Meliputi fenotiazin, haloperidol, metoklopropamid, antagonis serotonin
(ondansetron, granisetron dan tropisetron), kortikosteroid, benzodiazepin,
nabilon, antihistamin dan kombinasi obat-obat antiemetik di alas. Dianjurkan
kombinasi tersebut meliputi deksametason diikuti antagonis serotoniu atau
difenhidramin dan metoklopropamid
3. Toksisitas
jantung
Pasien dengan risiko tinggi (EF< 50%)harus menjalani ekokardiografi
setiap satu atau dua siklus pengobatan, sedangkan pada yang tidak berisiko
tinggi ekokardiografi diulang setelah dosis kumulatif 350-400 mg/m2. Hal yang
paling penting pada pemantauan adalah dosis kumulalif (epirubisin 950 mg/m2,
daunorubisin 750 mg/m2, mitomisin 160 mg/m1 dan doksorubisin 550 mg/m1)
4. Toksisitas
ginjal
Kerusakan ginjal dapat dicegah dengan hidrasi adekuat, alkalinisasi urin
dengan natrium bikarbonat dan diuretik
5. Ekstravasasi
obat-obat kemoterapi yang bersifat vesikan dapat dicegah dengan memastikan
jalan infus IV lancar dan setelah kemoterapi diberikan, cairan infus tetap
diberikan
6. Sindromlisis
tumor
Untuk mencegah, mulai 48 jam sebelum kemoterapi sampai dengan 3-5 hari
setelahnya diberikan hidrasi IV 3000 ml/m1, allopurinil 500 mg/m2 per oral,
bila kadar asam urat > 7 mg/dl diberikan alkalinisasi urin dengan natrium
bikarbonat natrikus dengan mempertahankan pi! urin di atas 7
KOMPLIKASI
Hati-hati dengan
efek samping morfin
PROGNOSIS
·
Ad vitam: malam
·
Ad fungsionam: malam
·
Ad sanasionam: malam
REFERENSI :
1.
Harsal. A. Talalaksana nyeri kanker. Dalam:
Setiati, S, Alwi. I. Kasjmir. YL. Bawazier. LA. Lydia. A. Syam. AFdkk. Current
diagnosis and treatment in internal medicine 2002. PIP IPD FKUI Jakarta
2002:15-20.
2.
Sutandyo. N. Haryanto, A. Peran nutrisi
pada keganasan Dalam. Seliati. S Soewondo.
P. Pitoyo. CIK Syam. AF. Mansjoer. A. Pertemuan Ilmiah Tahunan Perkembangan
Mutakhir IPD. PIP IPD FKUI Jakarta 2003:!30-3.
3. Reksodiputro.
AH. Sutandyo, N. Nafrialdi. Yimihastuti, E. Beberapa aspek pengobatan
suportif pada pasien kanker. Dalam: Alwi, I. Seliaii. S. Sudoyo AW Bawazier,
LA. Kasjmir, 17. Mansjoer. A. Pertemuan Ilmiah Tahunan Ilmu penyakit dalam. PIP
IPD KFUI Jakarta 2001:123-38.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar